Chapter 7
Sooyoung rasa ia harus bersyukur untuk kali ini. Setelah malam dimana Taehyung mengungjungi kamarnya untuk pertama kali dan kejadian mengecup didahi itu, pagi harinya Sooyoung diberi kabar kalau Taehyung sudah terbang pagi-pagi buta ke Dubai untuk keperluan pekerjaannya (lagi dan lagi selalu begitu). Padahal sebelum keluar kamar Sooyoung sudah menyiapkan diri, memberanikan diri jika saja Taehyung ingin membahas soal itu. Tapi kemudian, setelah mengetahui kabar Taehyung yang tidak bisa sarapan bersamanya (sudah biasa sebenarnya Sooyoung ditinggalkan begini tanpa berpamitan lebih dulu) perasaannya justru menjadi lega bukan main. Jangankan satu minggu, Sooyoung bahkan berharap Taehyung tidak akan cepat pulang (Setahun saja sekalian!).
"Jadi, Taehyung akan pulang besok?" Ayah mertua Sooyoung menolehkan kepalanya, menatap Sooyoung dan tersenyum hangat seperti biasanya.
Sebenarnya Sooyoung tidak tahu jadwal pasti dari suaminya itu. Yang ia tahu Taehyung pergi ke Dubai lalu akan kembali sekitar kurang lebih satu minggu. Dan lagi, satu minggu ini berjalan sangat cepat karena nyatanya sudah lima hari sejak Taehyung meninggalkannya pagi itu. Dan itu artinya lelaki itu akan segera kembali bukan? Huft...
Ibu mertuanya kini ikut menoleh, mengrnyitkan dahinya sambil menatap Sooyoung sedikit bingung. "Bukankah anak kita akan pulang lebih cepat? Tadi pagi saat ibu telepon, Taehyung bilang ia sudah siap-siap untuk pulang."
Siap-siap untuk pulang? Kim Taehyung? Kapan? Hari ini?
Sooyoung terkejut tapi kemudian sebisa mungkin tetap memberikan ekspresi datarnya. Ia sempat tersenyum menatap ibu mertuanya sebelum berkata. "Aku belum menghubunginya hari ini."
Belum menghubungi Taehyung hari ini? Yang benar saja! Dalam setahun ini Sooyoung kan memang tidak pernah mencoba menghubungi Taehyung. Lagi pula, untuk apa Sooyoung harus menghubungi Taehyung yang sebenarnya adalah suaminya sendiri coba? Apa yang harus Sooyoung bicarakan nantinya? Sooyoung ingat ia pernah mengirimkan pesan pada Taehyung dua kali (setahun ini), itu juga hanya untuk mengirimkan suatu alamat.
Ibu mertuanya kembali mengernyitkan dahinya, sepasang matanya masih menatap Sooyoung (cukup aneh) saat berkata. "Kau harus sering menghubungi suamimu itu! Taehyung itukan memang lelaki yang tidak peka, jadi harus kau duluan yang menanyakan banyak hal. Coba kau telepon dia, tanya kepastian dari jadwal pulangnya!"
Sooyoung mengedipkan sepasang matanya, lebih cepat dari biasanya. Dengan gerakan kaku, ia menjawab. "Baiklah, aku akan menghubunginya."
Ayah mertuanya seketika berkomentar. "Nanti saja! Kita harus makan siang dulu." Ayah mertuanya kini menolehkan kepalanya pada istirnya dan menambahkan. "Kau tahu sendiri kalau putra kita itu sulit dihubungikan? Kau bahkan harus kesal dan marah-marah dulu sebelum pada akhirnya putra kesayanganmu itu menjawab telepon darimu. Jangan lupa kalau putramu itu menyebalkan bukan?Jadi, biarkan menantu kita ini makan dulu sebelum menghubungi si anak nakal itu."
Ibu mertunya Sooyoung memutar bola matanya malas sebelum berkata. "Ada benarnya! Terkadang anak itu memang menyebalkan." Ibu Mertuanya kembali tersenyum saat menolehkan kepalanya pada Sooyoung dan berkata. "Baiklah, ayo makan dulu! Kau terlihat lebih kurus dari sebelumnya, jadi kau harus banyak makan mulai sekarang."
Syukurlah...! Sekali lagi, Sooyoung harus bersyukur. Bersyukur dan bersyukur... Sooyoung tersenyum membalas senyuman ibu mertuannya kemudian seperti biasanya, si anak penurut itu menganggukan kepalanya. Ia menganggukan kepalanya walau perutnya kii bergejolak mual membayangkan berapa banyak makanan yang harus ia makan nantinya.
***
Setelah makan siang bersama disalah satu restaurant ternama yang letakanya dekat dari perusahaan ayahnya itu, Sooyoung masih harus menjalani serangkaian kegiatan yang sebenarnya mau tidak mau harus dia lakukan. Pergi ke salon untuk mengganti nail art (padahal baru seminggu yang lalu, sebelum hari perayaan ulang tahun pernikahannya itu ibu mertuanya itu sudah mengajaknya untuk mengganti naik art) dan lagi, kuku-kuku Sooyoung masih terlihat cantik walau ia sendiri tidak begitu menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanficKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!