Unexpected Meeting

275 89 11
                                    

Chapter 19

"Park Sooyoung, apa kau tahu kalau kau adalah asset terbesar bagi panti asuhan ini?"

Sooyoung sedang duduk di depan meja riasnya saat ini. Seharusnya ia menatap pantulan dirinya sendiri yang terlihat sangat cantik tapi justru perempuan itu malas untuk menatapi dirinya sendiri. Sedang Yuri (Ibu pemilik panti asuhan itu) yang berdiri tepat di belakang Sooyoung itu tersenyum, merasa puas dengan apa yang menurutnya sudah ia lakukan pada Sooyoung sedari kecil hingga Sooyoung berumur tujuh belas seperti sekarang ini.

Yuri kembali menyisiri rambut Sooyoung yang panjang, perlahan-lahan. "Kau sangat sempurna, Park Sooyoung! Apa kau tahu berapa banyak uang yang masuk ke panti asuhan ini karenamu?" Yuri kembali tersenyum, menatap pantulan wajah Sooyoung lalu melanjutkan. "Aku senang tuan Kim tidak mengadopsimu saat itu. Bayangkan jika aku harus kehilanganmu dulu? Betapa sulitnya aku mencari donatur agar aku bisa tetap memberi makan anak-anak lainnya, memberi kebutuhan yang layak pada semua yang ada disini."

Saat itu Yuri hanya menyisiri rambut Sooyoung, tapi Sooyoung merasa kalau Yuri sedang mencekik lehernya karena sekarang ia merasa kesulitan untuk bernafas. Bahkan semakin sulit ketika Yuri berkata. "Hari ini ulang tahunmu! Kau boleh mencicipi kue ulang tahun yang diberikan tuan Kim nanti padamu, tapi jangan berlebihan!"

Yuri berhenti menyisiri rambut Sooyoung. Tatapannya yang sebelumnya punya binaran rasa bangga tehadap Sooyoung seketika berubah drastis. Tatapan mata dari orang tua itu tajam, seolah ingin memberi peringatan keras saat Yuri kembali membuka mulutnya untuk berkata. "Aku tahu kau paling suka makanan manis, tapi ingat kata-kataku ini untuk selamanya, Park Sooyoung! Jangan pernah membuat berat badanmu bertambah! Jadi kau hanya boleh mencicipi kue itu, hanya mencicipi! Kau hanya boleh makan sayuran yang bagus untuk kulit remajamu itu! Apa kau mengerti, anak manis?"

Sooyoung tidak mengerti dan tidak akan pernah mengerti setiap mengingat semua kenangan buruknya itu. Bukankah kita hidup di dunia ini untuk bisa mencicipi semua makanan enak yang kita inginkan? Lantas, kenapa hanya Sooyoung yang tidak boleh? Apa karena dia tidak punya orang tua makanya orang lain yang telah mengasuh dan membesarkannya ini begitu banyak membuat peraturan untuknya yang harus ia patuhi? Dan karena Sooyoung itu sendirian dari lahir maka ia harus selalu menjadi anak manis yang penurut hingga orang lain bisa menyukainya dan mau mengurusinya, memberinya kasih padanya? Entah itu belas kasih karena iba atau hanya karena ingin memanfaatkan kehidupannya seperti Yuri yang menurut Sooyoung sudah memanfaatkan dirinya sedari kecil itu. Tapi yang jelas, Sooyoung harus begini, harus begitu dimana ia sendiri tidak menginginkan hal yang begini dan begitu itu. Memuakan!

Sungguh, Sooyoung sangat membenci dirinya, kehidupannya...

"Ini, ayo cicipi saladnya! Ibu baru memetik salada itu di kebun belakang tadi pagi." Ibu mertuanya (ibunya Taehyung tentunya) mendekatkan sepiring besar salad berisikan berbagai macam sayuran yang lebih banyak didominasi oleh salada yang katanya baru Lia petik itu ke hadapan Sooyoung.

Sekali lagi, memuakan! Sooyoung benci sayuran. Rasanya perutnya seketika mual jika melihat tumpukan sayuran hijau atau warna lainnya. Tapi memangnya apa yang bisa Sooyoung lakukan selain memasang wajah yang tersenyum?

Taehyung yang sedari tadi mengamati dari tempat duduknya (ia duduk tepat disebelah Sooyoung) segera merampas sepiring salad yang baru saja ibunya dekatkan ke hadapan Sooyoung itu. Tangannya dengan cepat mengambil piring salad itu, menjauhkannya dari Sooyoung sebelum Sooyoung mencicipinya. "Berhenti memberinya sayuran, beri dia daging saja, bu!"

Ibunya Taehyung mengernyit seolah tidak begitu suka dengan apa yang baru saja putranya itu katakan. "Apa maksud perkataanmu itu? Membuat ibu terlihat seperti ibu mertua yang jahat karena hanya selalu memberikan menantunya sayuran saja."

The Fake WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang