Chapter 44
"Park Sooyoung!"
Yena berlari sambil membawa mantel ditangan kanannya itu (terlihat kerepotan sekali) untuk mendekati Sooyoung yang diam berdiri di tengah-tengah kebun kosong yang sebenarnya direncanakan Taehyung untuk dibuat kebun bunga untuk Sooyoung nanti setelah musim dingin berlalu. Lagi, Yena memanggil nama teman yang juga majikannya itu. "Park Sooyoung! Astaga...! Kenapa kau di sini sih?"
Sooyoung tersenyum, menertawai Yena yang wajahnya memerah setelah berlarian untuk menemuinya ini. Yena yang masih mengatur deru nafasnya itu memang terlihat lucu kemudian Yena kembali mengeluarkan suaranya. "Salju sudah mulai turun dan hari juga sudah semakin sore." Yena menyampirkan mantel yang dia bawa ditangannya itu ke bahu Sooyoung, penuh perhatian. "Tuan Kim pasti akan memarahiku jika tahu aku membiarkanmu berdiri di luar ruangan pada jam segini!" Yena menghela nafasnya dan menambahkan. "Saljunya juga akan semakin lebat turunnya!"
Lagi, Sooyoung tersenyum sebelum berkomentar. "Hidungmu merah sekali, Yena!" Sooyoung kini membuka mantel yang baru saja disampirkan Yena pada bahunya itu lalu Sooyoung menyampirkan mantel itu ke bahu Yena. "Aku sudah mengenakan mantel tebal! Tapi bagaimana denganmu? Kau bahkan belarian ke sini tanpa mengenakan mantelmu." Sooyoung lagi-lagi tersenyum tulus pada Yena hingga Yena ingin menangis karena terlalu terharu rasanya.
"Sooyoung... Kenapa kau baik sekali padaku?"
Sooyoung tidak menjawab pertanyaan Yena yang itu. Dia justru membalikan tubuhnya, membelakangi Yena dan menatap hamparan kebun kosong yang sudah mulai terlihat memutih karena salju yang sedang turun ini. Sooyoung memejamkan sepasang matanya, tersenyum sambil menghirup nafasnya hingga dadanya terlihat sedikit membusung. Sooyoung menikmati udara dingin yang sangat terasa menyejukan itu. Terus begitu sampai beberapa detik baru kemudian Sooyoung membuka sepasang matanya dan berkata. "Yena, apa menurutmu aku akan bisa melihat kebun bunganya nanti?" Sooyoung menolehkan kepalanya, lagi-lagi tersenyum tulus pada Yena lalu Sooyoung menambahkan. "Apa menurutmu, sampai saat itu datang, saat dimana kebun bunganya ditumbuhi oleh bunga-bunga yang cantik itu, aku akan tetap ada disini, melihat semua keindahannya?"
Yena berkedip beberapa kali dulu sebelum tersenyum. Dia menganggukan kepalanya dan dengan keyakinan penuh Yena menjawab. "Tentu saja! Tuan Kim bilang dia akan menyulap kebun ini secepatnya. Jadi, kita berdua akan segera bisa melihatnya. Kau dan aku bisa bermain-main kebun bunga ini nantinya." Senyuman Yena melebar saat mulutnya tidak sabaran untuk berkata. "Tuan Kim itu akan melakukan apapun untukmu, Sooyoung! Apa nama sebutan kerennya yah? Hem... Budak cinta?! Ah, benar! Tuan Kim adalah budak cintanya Park Sooyoung!"
"Yang benar saja!" Sooyoung tersenyum, cantik sekali kemudian senyumannya menular pada Yena hingga mereka berdua tertawa sore itu padahal salju semakin turun dengan lebatnya.
"Sooyoung, ayo kita masuk ke dalam! Saljunya turun semakin lebat!"
Sooyoung menganggukan kepalanya kemudian dia meraih tangan kiri Yena, menggandengnya sambil berjalan yang membuat senyuman Yena tidak ada hentinya sore itu. Udaranya memang semakin dingin, tapi entah kenapa hati Yena terasa hangat saat ini. "Sooyoung, apa kau baik-baik saja?"
Sooyoung menoleh, tersenyum dan menganggukan kepalanya sambil menjawab. "Aku rasa hari ini adalah hari terbaik ku..."
***
Hari terbaik menurut Park Sooyoung adalah hari dimana dia berniat untuk mengatakan apapun yang dia ingin katakan, melakukan apapun yang ingin dia lakukan. Seperti sore ini! Setelah pagi tadi percakapannya dengan Taehyung menurutnya tidak ada baiknya sama sekali, maka nanti malam saat Taehyung pulang Sooyoung berniat untuk membicarakannya kembali. Sooyoung ingin menyampaikan semua yang sebenarnya tadi pagi belum sempat dia sampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanfictionKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!