Chapter 48
Taehyung rasa lebih baik kalau ada seorang mantan narapidana yang tiba-tiba saja lewat di dekat sini, yang membawa pistol lalu menembak kepalanya dari pada dia harus ketahuan dan terus berhadapan dengan Sooyoung seperti malam ini. Tapi masalahnya, Taehyung itukan sudah tidak pernah lagi berharap. Apalagi berharap pada hal-hal yang tidak mungkin seperti itu. Dan lagi, bagaimana kalau si mantan narapidana itu justru menembak Sooyoung, bukan dirinya?
Astaga...!
Sooyoung mengedipkan sepasang mata bulatnya kemudian dengan gerakan paling cekatannya, dia berjinjit untuk meraih dan melepas topi hitam yang digunakan si lelaki kaku itu. Bukan hanya mata Sooyoung saja yang membelalak, tapi Taehyung juga saat topi hitam itu terlepas dari kepala Taehyung, membuat Sooyoung dan Taehyung yang masih saling berhadapan itu menjadi saling beradu tatapan untuk yang pertama kali sejak dua tahun ini.
"Sudah aku duga kalau itu kau, Kim Taehyung!"
Sudah dia duga katanya? Jadi, maksudnya selama ini apa yang Taehyung lakukan secara diam-diam itu percuma saja? Dan yang lebih penting lagi dari itu semua adalah soal janji yang pernah Taehyung buat untuk Sooyoung. Apa setelah ini Sooyoung akan marah pada Taehyung?
Taehyung memejamkan sepasang matanya, mencoba berpikir cepat. Tapi tidak ada satupun ide yang terlintas. Hanya perasaan menjadi orang yang paling bodoh saja rasanya bagi Taehyung saat ini.
Taehyung membuka sepasang matanya kemudian ia bisa langsung segera kembali bertatapan dengan sepasang mata bulat yang cantik itu, yang dia rindukan selama ini. Dan apalagi memangnya yang bisa Taehyung lakukan? Memasang ekspresi paling bodohnya karena terpesona adalah satu-satunya hal yang bisa Taehyung lakukan walau dia sendiri tidak ingin begitu sebenarnya.
Sooyoung tersenyum, berkedip dan bertanya. "Apa yang sedang kau lakukan?"
Senyuman itu, suara itu juga wajah itu! Ah.... kegilaan Taehyung bisa saja kembali dengan cepat kalau begini caranya. Terakhir kali Taehyung melihat wajah Sooyoung dari dekat adalah saat dimana Sooyoung yang masih memejam dengan selang dimulutnya itu dibawa masuk untuk melakukan percobaan operasi yang ketiga kalinya. Yang mana pada akhirnya membuat perempuan itu bisa melepaskan selang dimulutnya hingga menjadi lebih baik lagi disetiap harinya sebelum pada akhirnya Sooyoung sadar dan pergi.
"Maafkan aku...!"
"Apa?" Suara yang baru saja keluar dari mulut Taehyung barusan itu memang kecil sekali, makanya Sooyoung tidak begitu mendengarnya. Kembali mengedipkan sepasang mata bulatnya, Sooyoung menambahkan. "Aku tidak bisa mendengar suaramu, apa yang baru saja kau katakan itu, Taehyung?"
Panggil namaku, terus-menerus karena rasanya menyenangkan! Dan Taehyung tidak akan mengatakan kalimat yang itu. Taehyung justru menundukan kepalanya,seperti sedang meminta maaf dengan gaya paling sopan padahal itu adalah seorang Kim Taehyung yang terkenal gila dan punya tempramen paling buruk. "Maafkan aku, Park Sooyoung! Maafkan aku...!"
Sooyoung menolehkan kepalanya, ke kanan dan ke kiri, merasa khawatir kalau seseorang yang mengenal dirinya bisa saja sedang melihatnya saat ini. Sooyoung menyentuh kedua lengan atas Taehyung. "Apa yang kau lakukan? Jangan begini, Kim Taehyung! Dan lagi, untuk apa kau meminta maaf padaku? Astaga...!"
Taehyung tidak bisa fokus mendengarkan apa yang Sooyoung katakan karena sentuhan tangan Sooyoung dikedua lengannya sudah memporak-porandakan semua fokusnya. Kedua tangan yang lembut itu, yang penuh dengan luka saat terakhir kali Taehyung melihatnya dulu, kini sudah bisa bergerak sesuka si pemiliknya. Bahkan sekarang tangan itu sedang menyentuh lengan Taehyung.
Taehyung menyetabilkan cara berdirinya, berusaha semampunya untuk kembali menatap Sooyoung lalu Sooyoung kembali membuka suaranya lebih dulu dari pada dirinya. Taehyung bahkan merasa lucu karena dulu semua ini tidak pernah terjadi. "Ayo kita ke rumahku dulu dan bicara di sana!" Setelahnya, Sooyoung menggandeng tangan kiri Taehyung, menuntun lelaki itu untuk mengikuti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanfictionKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!