Chapter 49
BRAK...
Taehyung membelalakan sepasang matanya, bukan terkejut tapi karena rasa nyeri yang terasa pada lengan atas kanannya yang baru saja mencoba mendobrak pintu baja (Padahal baru satu kali percobaan tapi lengannya sudah terasa sakit begitu, ckkckckck . Dasar payah!). Taehyung melirik Sooyoung sejenak. "Aku rasa...!"
"Ponselmu!" Sooyoung yang sebelumnya terlihat menatap pintu dengan tatapan kosongnya, kini menoleh pada Taehyung, menatap Taehyung dan melanjutkan. "Pinjamkan ponselmu atau coba telepon seseorang, siapa saja yang bisa membantu! Panggilan cepat, 911!"
Sekali lagi, Taehyung membelalakan sepasang mata tajamnya bukan karena terkejut. Tapi karena... "Bukannya aku tidak ingin meminjamkan ponselku padamu, tapi masalahnya ponselku mati sejak dua jam yang lalu. Daya baterainya habis!"
Sooyoung rasanya ingin marah, tapi tidak tahu pada siapa karena dia sendiri belum mengetahui siapa dalang dari semua ini. Apa Sooyoung harus memarahi pintu baja yang sialan itu atau dia harus memarahai Taehyung yang ponselnya mati karena kehabisan baterai? Astaga...!
Sooyoung menarik nafasnya, menghempasnya perlahan lalu berbalik karena tidak mau melihat pintu baja itu lagi. "Aku rasa kita tidak akan bisa keluar dari sini sekarang juga."
"Apa?" Taehyung mengekori Sooyoung. Kemudian mulutnya yang suka berkomentar seolah kembali di saat-saat menyebalkan begini. "Bagaimana dengan ponselmu? Kenapa kau tidak mencoba menghubungi temanmu yang aneh itu?"
Sooyoung berhenti, hampir membuat Taehyung yang mengikuti tepat di belakangnya itu menabrak punggungnya kalau saja Taehyung tidak punya kualitas rem yang premium pada tubuhnya itu. Atau, haruskah Taehyung menabrak Sooyoung saja kemudian mereka berdua jatuh secara dramatis lalu mereka berdua jadi semakin dekat hingga akhirnya mereka berdua berciuman panas di pantry ini hingga pagi?
Iya kalau pada akhirnya mereka begitu, kalau yang terjadi justru Sooyoung mengamuk dan memukuli Taehyung bagaimana?
Lagi lagi Taehyung harus membelalakan sepasang matanya saat Sooyoung berbalik menatapnya, tajam dan Oow... Taehyung rasa setelah kecelakaan itu terjadi, Sooyoung jadi lebih cepat kesal dan menjadi dua kali lebih galak. Karena demi apapun, Sooyoung kini menatapnya seolah sebentar lagi Taehyung akan dimakan hidup-hidup oleh Park Sooyoung yang sangat suka makan daging itu.
Taehyung tersenyum, aneh dan berkata. "Coba hubungi seseorang dengan ponselmu, minta mereka un-"
"Kalau aku membawa ponselku maka aku tidak akan memintamu untuk meminjamkan ponselmu padaku. Astaga...!"
Taehyung berkedip kemudian mulutnya (sekali lagi) yang sangat suka berkomentar itu seketika berkata. "As ta ga....!" Nada bicara Taehyung bahkan terdengar menyebalkan barusan itu, ckckkckc.
Sooyoung mengerucutkan bibirnya, menggemaskan kemudian dia berbalik dan kembali melangkah untuk mencari tempat yang lebih luas lagi karena Sooyoung ingin duduk sambil meluruskan sepasang kakinya itu. Jangan tanya apa yang dilakukan Taehyung karena lelaki itu hanya terus mengikuti apa yang Sooyoung lakukan.
Taehyung duduk tepat disebelah Sooyoung duduk (lengan mereka berdua bahkan saling menempel saat ini), dia juga ikut meluruskan kakinya kemudian menoleh, menatap Sooyoung. "Apa kau lelah?"
Tanpa menoleh atau melirik Taehyung, Sooyoung menganggukan kepalanya lalu Taehyung tersenyum. Sambil melepaskan jasnya (Untung saja penampilan Taehyung selalu rapi dengan setelan jasnya yang kadang terlihat formal atau non formal) Taehyung kembali bertanya. "Yang terjadi saat ini bukan kesalahanku, tapi aku rasa aku tetap harus meminta maaf padamu."
Kini Sooyoung menolehkan kepalanya, menatap Taehyung kemudian Taehyung tersenyum sambil memberikan jasnya yang sudah ia lepas itu ke hadapan Sooyoung. "Disini dingin, jadi pakailah ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanfictionKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!