Chapter 52
Taehyung belum bisa memejamkan sepasang matanya, memang masih ingin terus terbuka dan tidak mungkin dia bisa memejamkan matanya yang tajam itu setelah dua tahun tidak berbaring bersebelahan dengan Sooyoung seperti sekarang ini coba? Ditambah lagi ranjang tidur Sooyoung ini berukuran single jadi mereka berdua harus saling berbagi agar bisa muat berbaring berdua bersama-sama. Huft...
Sangat menyiksa!
"Hem..." Taehyung berkedip, berusaha agar tidak bergerak menyamping (ke arah Sooyoung tentunya) karena dia tahu kalau dia melakukannya maka dia akan semakin tidak bisa tidur. Jadi Taehyung hanya menyudutkan pandangannya ke samping, tepatnya pada punggung Sooyoung (Sooyoung berbaring memunggunginya seperti seseorang yang tengah merajuk dan mencoba menghindari Taehyung padahal Taehyung sedang tidak berbuat kesalahan atau punya penyakit menular). "Apa kau sudah tidur?"
Sooyoung tersenyum (Dan Taehyung tidak mengetahuinya). "Belum!"
Taehyung juga tersenyum, masih sambil mencoba bertahan untuk tidak bergerak menyamping atau memeluk Sooyoung erat. "Aku juga, masih belum bisa tidur!"
Sekali lagi Sooyoung tersenyum sebelum dia membalikan dirinya, berbaring untuk menghadap Taehyung setelah menghadap dinding kamarnya yang bercat putih dan sedikit membosankan itu. Sooyoung lagi-lagi tersenyum, merasa geli melihat Taehyung yang berbaring dan terlihat kaku. "Apa kau merasa tidak nyaman, Taehyung?"
"Tidak!" Taehyung menggelengkan kepalanya dengan cepat saat sadar dengan jawabannya sendiri kemudian dia menoleh, hanya sebentar untuk menjelaskan. "Maksudku, ranjang inikan memang berukuran untuk satu orang jadi jika kita berdua yang berbaring maka agak sedikit sempit dan tidak nyaman bukan? Tapi aku senang!"
"Senang?"
Kini Taehyung menganggukan kepalanya, tersenyum menatap atap kamar Sooyoung. "Aku selalu senang bersama denganmu apalagi di tempat yang sempit, seperti sekarang ini!" Taehyung sengaja menggerakan lengan kirinya yang berada sangat dekat dengan Sooyoung hingga saling bersenggolan dengan lengan kanan Sooyoung. "Sekali bergerak, bisa langsung bersentuhan denganmu."
Sooyoung tersenyum, kembali merasa geli (geli karena lucu maksudnya). "Dasar aneh!"
"Sekarang kau mau mengataiku aneh setelah terus-terusan menyebutku gila?"
Masih dengan senyumannnya Sooyoung menggelengkan kepalanya. Seling beberapa detik setelahnya, Sooyoung agak menatap serius Taehyung yang masih saja berbaring kaku disebelahnya itu. Dia berkedip memandangi Taehyung dan berkata. "Pada sore itu, sebenarnya ada hal yang ingin aku katakan padamu."
"Sore itu?" Taehyung mengernyit, berpikir sejenak dan pada akhirnya dia berbalik menghadap Sooyoung. Taeyung harus mengakui kalau dia memang tidak bisa berbuat apa-apa jika menyangkut Sooyoung. Entah itu seluruh syaraf diotaknya sendiri atau bahkan hatinya, semuanya bergerak secara langsung pada Sooyoung seolah Sooyoung lah tuannya padahal harusnya Taehyung, ckckckkck.
Rasanya seolah sedang naik roller coaster dimana kereta roller coaster yang kita naiki itu tengah menanjat sebuah jalur tinggi yang sangat curam, maka sekiranya begitulah keadaan jantung Taehyung saat ini. Taehyung berkedip, berlebihan karena salah tingkah. Lalu Sooyoung yang menyaksikan itu tersenyum. "Bolehkah aku bercerita sedikit tentang sore itu? Sore itu, aku memutuskan sesuatu yang sangat besar. Sesuatu yang belum pernah aku lakukan sebelumnya."
Tangan Taehyung gatal rasanya, ingin menyentuh pipi Sooyoung atau memeluk dan mendekap Sooyoung tapi Taehyung harus tetap terus mencoba menahannya. Menepis semua keinginannya itu, Taehyung memikirkan perkataan Yuri yang sempat perempuan tua itu ceritakan saat Sooyoung koma dua tahun yang lalu. Cerita soal Sooyoung yang sebenarnya adalah putri kandung dari Yuri, cerita yang saat pertama kali mendengarnya membuat Taehyung ingin memukul wajah perempuan selain Lee Jia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanfictionKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!