Chapter 42
Yena mendekati Sooyoung yang masih duduk disofa setelah Taehyung dan ibunya pergi sepuluh menit yang lalu. Dengan pandangan khawatirnya, Yena berdiri di samping Sooyoung. "Apa yang terjadi? Kenapa Nyonya Kim terlihat sangat marah padamu? Tuan Kim bahkan sempat mengamuk setelah kau dan Jiyeol pergi tadi. Sebenarrnya apa yang terjadi?"
Sooyoung tidak bergerak sedikitpun, hanya sepasang mata bulatnya yang berkedip itupun karena setiap mata manusia butuh berkedip. Jika seandainya tidak begitu, maka Sooyoung bahkan tidak mengedipkan matanya saat ini.
Apa hanya Yena yang merasa gemas setiap kali melihat Sooyoung yang hanya diam saja begini?
Huft...
Yena mengehela nafasnya, mengatur emosinya yang sebenarnya memang tidak pantas ia keluarkan karena dia merasa tidak perlu ikut campur. Tapi melihat Sooyoung yang menurut Yena sudah dia anggap temannya ini, maka Yena mejadi penasaran dan berharap bisa membantu masalah dari Sooyoung jika saja dia mengetahuinya. Tangan kanan Yena terangkat kemudian ia sentuh bahu kanan Sooyoung, ia tepuk-tepuk perlahan dengan lembut. "Tidak apa-apa, Sooyoung, tidak apa-apa! Apapun yang sedang terjadi saat ini, semuanya akan baik-baik saja dan kembali seperti semula." Yena tersenyum sebelum menambahkan. "Semuanya bahkan akan lebih baik lagi nantinya dari pada yang sebelumnya, aku yakin akan hal itu!"
Sooyoung tidak suka disentuh, mungkin kalian sudah bosan mendengar kalimat yang itu. Sejak kecil, Sooyoung sangat benci itu karena menurutnya setiap orang yang bertemu dengannya itu ingin sekali menyentuhnya. Setiap kali Yuri membawanya untuk meeting bersama dengan para donatur, mereka semua selalu saja membelai rambut panjang Sooyoung, mencubit gemas pipi Sooyoung dan terkadang mengelus pipinya dan Sooyoung benci itu semua. Semakin benci ketika ia tumbuh sebagai gadis remaja dimana salah satu donatur (lelaki tua yang sedikit gemuk) pernah ingin mengecup pipinya, mencoba memeluk Sooyoung sebelum pada akhirnya lelaki tua itu dipukuli oleh Jiyeol hingga tidak sadarkan diri.
Jadi, bisakah kalian mencoba mengerti alasan kenapa Sooyoung sangat tidak suka disentuh? Itu karena masa lalunya! Tapi saat Taehyung menyentuhnya, itu adalah hal lainnya. Rasanya tidak menyebalkan dan tidak menggangu bagi Sooyoung. Lalu sentuhan kecil Yena pada bahunya sekarang ini, Sooyoung rasa itu juga tidak menyebalkan. Apa karena Sooyoung merasa Yena adalah temannya dan sentuhan teman memang terasa seperti ini? Seolah Sooyoung mengerti ketulusan yang kini Yena berikan untuknya melalui sentuhan kecil itu.
Sooyoung mengangkat kepalanya, menatap Yena (Akhirnya) kemudian tersenyum merasakan sesuatu yang terasa lebih baik hinggap ke dalam relung hatinya kini. "Terima kasih!"
Terima kasih? Untuk apa? Belum sempat Yena mengakhiri pemikirannya yang itu, dia segera ingat akan Sooyoung yang tidak suka disentuh lalu tangan kanannya seketika menjauh dari bahu Sooyoung. Sepasang matanya membelalak karena kaget sendiri. "Maaf Sooyoung, maaf! Aku lupa kalau kau tidak suka ada orang yang menyentuhmu! Maaf..." Yena menundukan kepalanya lalu matanya kembali membelalak terkejut saat tangannya yang tadi menyentuh bahu Sooyoung kini diraih dan dipegangi oleh Sooyoung.
Yena menatap Sooyoung, penuh haru kemudian Sooyoung tersenyum tulus sebelum berkata. "Yena, jika semuanya semakin kacau dan jika aku harus pergi nantinya, apa boleh aku memintamu untuk tetap tinggal disini? Tetaplah disini, bekerja untuk Taehyung dan bantu dia untuk mengurus rumahnya yang sangat besar ini!"
"Kenapa kau berkata begitu? Aku kan sudah bilang kalau semuanya akan baik-baik saja. Kita berdua akan selalu tinggal disini, Sooyoung."
Lagi, Sooyoung tersenyum tulus pada Yena. Dia menarik nafasnya dalam-dalam saat intuisinya sebagai perempuan merasa janggal. Sooyoung menghempas nafasnya sambil berkata. "Benar! Semuanya akan baik-baik saja. Jadi, berhentilah mengkhawatirkan aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
أدب الهواةKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!