Chapter 33
"Aku punya wine terbaik, jacuzzi terbaik serta bikini terbaik. Dan yang paling penting, aku tidak sekaku istrimu itu. Jadi, bagaimana? Bisakah kita pergi untuk berendam sekarang juga, Kim Taehyung?"
Taehyung tidak melirik Sooyoung karena dia tidak siap dengan segala ekspresi yang dihadirkan perempuan itu yang kemungkinannya hanya ekspresi datar melihat semua yang terjadi kini. Ha...! Memangnya apa yang Taehyung harapkan saat ini? Taehyung menjauhkan tangannya dari dada Jia (Taehyung merasa risih sedari tadi sebenarnya). Tanpa menoleh ke Jia, Taehyung menjawab. "Apa bagusnya wine terbaik, jacuzzi terbaik serta bikini terbaik jika orang terbaik yang kau harapkan itu tidak akan pernah bisa mengerti dengan harapanmu padanya?"
Jia tersenyum, menahan tawanya dengan pandangan meledek. Sepasang mata tajamnya (Agak mirip dengan tatapan tajamnya milik Taehyung) melirik Sooyoung yang masih saja menggigiti bibir bawahnya itu. Dan sebagai sesama perempuan, tentu saja Jia mengerti dengan sikap yang Sooyoung tengah ditampilkannya itu. Jadi, si kaku itu merasa terganggu?
Lagi-lagi Jia tersenyum, merasa senang karena tahu Taehyung tidak memerhatikan Sooyoung (Kadang Taehyung memang sebodoh itu). "Kenapa orang terbaik itu tidak pernah bisa mengerti dengan harapanmu? Memangnya apa yang seorang Kim Taehyung harapkan dari orang yang menurutmu terbaik itu?" Jia sengaja lebih menekankan kata terbaik yang dia ucapkan barusan. Sengaja memancing Taehyung dan sengaja membuat perempuan kaku itu panas.
Taehyung tersenyum, hanya setengah yang membuat wajahnya jadi terlihat seram. Ia bahkan meneguk minumannya dulu (hanya satu kali tegukan dan tidak menghabiskan isi gelasnya itu). Taehyung biarkan wine itu menjalar didalam tenggorokannya sebelum ia membuka mulutnya untuk berkata dengan nada yang sinis. "Bukankah kau pemilik pestanya? Apa tidak ada orang yang ingin kau sapa selain terus duduk di sebelahku?" Taehyung menoleh, menatap datar Jia dan menambahkan. "Aku rasa kau harus menyapa para tamu yang lainnya, Lee Jia!"
Jia tersenyum manis walau hatinya sama sekali tidak terasa manis saat ini kemudian Jia berdiri bangun. Ia menatap Taehyung yang kini fokus mengamati gelas wine ditangan kanannya yang sedang lelaki itu goyang-goyangkan kecil ke kanan dan ke kirinya. Lagi, Jia tersenyum sebelum berkata. "Jacuzzi terbaiknya ada di lantai 27. Kau tinggal sebutkan namaku kalau mau memasukinya kapanpun kau mau." Jia melirik Sooyoung, sedikit mengamati perempuan yang masih saja menggigit bibir bawahnya itu lalu ia menambahkan. "Aku akan menyapa tamu yang lainnya. Telepon aku kalau kau butuh teman untuk menemanimu berendam! Tentu saja, bukan teman kaku yang bahkan tidak bisa diajak untuk berkomunikasi dengan benar." Setelahnya, Jia benar-benar pergi meninggalkan meja Taehyung dan Sooyoung.
Sooyoung tidak sadar berapa lama ia sudah mengigit bibir bawahnya itu. Dia bahkan masih menggigit bibir bawahnya itu dengan kedua tangan mengepal disetiap sisi tubuhnya saat Taehyung menoleh padanya. Taehyung menaikan sebelah alisnya, menatap Sooyoung dan berkata. "Jangan terus menggigiti bibirmu! Bibirmu bisa saja terluka nantinya."
Sooyoung mengedipkan sepasang matanya. Melepas gigitan pada bibir bawahnya juga melepas setiap kepalan dikedua tangannya itu. Entah pandangan apa yang Sooyoung berikan saat ia menoleh dan bersitatap dengan Taehyung karena Sooyoung sendiri tidak tahu tatapan apa yang kini ia hadirkan pada sepasang mata bulatnya itu. Sooyoung bahkan harus menarik nafasnya dulu sebelum ia membuka suara untuk berkata. "Kenapa kau menolaknya?"
Satu alis Taehyung terangkat, lebih tinggi dari biasanya. "Menolak apa?"
"Ajakan Jia soal Wine terbaik, Jacuzzi terbaik juga bikini terbaiknya!"
Taehyung tersenyum, merasa lucu kemudian ia menjawab. "Kapan aku menolak ajakannya itu? Memangnya dari semua kalimat yang aku ucapkan tadi ada kata penolakan dari ajakannya itu? Aku rasa aku hanya bilang agar dia menyapa para tamu yang lainnya tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanfictionKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!