J & J

426 109 17
                                    

Chapter 9

Taehyung tidak yakin Sooyoung mau bicara lebih banyak dengannya. Iya, walau Sooyoung itu tipikal perempuan penurut tapi terkadang perempuan itu sangat menyebalkan. Kalian setuju bukan kalau Taehyung mengatakan Sooyoung itu menyebalkan?

Taehyung bangun berdiri, mengambil nampan (beserta barang-barang diatasnya). Sambil berdiri dihadapan Sooyoung, Taehyung berkata. "Tolong minum obatnya nanti! Yena yang menyiapkannya dan aku tidak ada rencana menukarnya dengan racun. Tidak ada waktu bagiku juga untuk membeli racun. Jadi tolong, minum obatnya agar kau bisa lebih baik." Setelahnya Taehyung bergerak ke arah nakas yang ada disamping ranjang Sooyoung, meletakan nampan itu di sana sambil melanjutkan. "Tadi aku bertanya pada Yena dimana minum untukmu lalu ia bilang kau sudah punya segelas air disini." Taehyung tersenyum melihat satu gelas kristal berukuran besara yang berisi penuh dengan air mineral. "Dia benar! Kau sudah punya air." Lalu Taehyung berbalik, melirik Sooyoung yang masih duduk diam ditempatnya sambil mengigiti bibir bawahnya.

"Baiklah, karena tidak ada lagi yang harus aku lakukan, maka sebaiknya aku per-"

"Kami bahkan sudah tidak pernah bertemu lagi." Sooyoung mengangkat kepalanya, mengarahkannya pada Taehyung yang berdiri didepan nakas itu. Sooyoung tersenyum, meragu tapi ia melanjutkan. "Kami berpisah saat umurku 12 tahun. Dan setelah itu, kami tidak pernah bertemu lagi, tidak pernah..." Sekali lagi Sooyoung tersenyum dan yang Taehyung lihat seolah ada rasa kecewa yang tergambar dari senyuman Sooyoung barusan.

Taehyung menarik nafasnya, menghempaskannya kasar lalu ia bersender pada nakas di belakangnya itu (hanya sedikit bagian pinggulnya karena nakas itu pendek) kemudian ia dengan gaya paling angkuhnya melipat kedua tangannya itu kedepan dada. Seperti biasa, Taehyung menaikan sebalah alisnya lebih dulu sebelum berkata. "Jadi, apa dia teman yang sangat istimewa bagimu?"

Lagi, Sooyoung tersenyum sambil mengalihkan pandangannya lurus kedepan. Dan tanpa membalas tatapan Taehyung untuknya, Sooyoung berkata. "Aku tidak dekat dengan siapapun. Pada Yena juga tidak sebelumnya. Yang kau katakan tadi itu benar. Dengan sikapku ini, tidak ada yang mau berteman denganku. Kecuali dia!"

Taehyung tersenyum, menahan rasa kesal yang tiba-tiba kembali muncul. Astaga...! Kenapa dia jadi cepat kesal begini sih? Masih dengan sorot mata tajamnya, Taehyung menimpali. "Aku mengerti sampai disini. Artinya, Jang Jiyeol itu satu-satunya teman yang kau miliki makanya kau menganggapnya istimewa. Karena satu-satunya makanya ia berharga. Dan karena satu-satunya teman yang kau miliki itu dia, maka kau..." Taehyung merasa ia sangat aneh saat ini. Benar-benar aneh! Untuk melengkapi kalimatnya sendiri saja ia tidak mampu, seolah sebuah duri tertelan dan mengganjal ditenggorokannya saat ini, sulit.

Sooyoung menolehkan kepalanya, berkedip saat melihat Taehyung yang tidak terlihat seperti biasanya (Taehyung menundukan kepalanya kini dan tidak sedang menatapnya tajam, anehkan?). "Maka aku kenapa?"

Taehyung sudah bilang ia aneh hari ini. Jadi ia menjawab tanpa menegekan kepalanya, hanya menunduk seperti Sooyoung sebelum-sebelumnya. Ia bahkan mencongkel-congkel karpet lantai Sooyoung dengan ujung sandal rumahnya seperti anak kecil saat berkata. "Maka kau merindukannya! Kau rindu padanya, iyakan?" uri yang ada ditenggorokan Taehyung seolah hilang dan muncul kedalam perutnya hingga perutnya terasa mual sekarang setelah mengatakan kalimatnya barusan itu.

Sooyoung mengedipkan matanya normal, menarik nafas dan menghempaskannya kemudian ia meluruskan kepalanya. Lagi, tanpa saling memandang Sooyoung menjawab. "Tentu, aku merindukan temanku itu. Teman satu-satunya yang pernah ku miliki."

Taehyung tersenyum walau hatinya seolah baru saja ditusuk menggunakan belati tumpul berkali-kali. Padahal Taehyung yakin ia belum pernah ditusuk sebelumnya, tapi rasa-rasanya memang seperti itu saat ini. Lalu ia mengangkat kepalanya, mencoba melihat Sooyoung yang kini menatap kosong ke arah didepannya. Lagi, Taehyung tersenyum pedih sebelum berkata. "Tentu saja! Sudah belasan tahun bukan? Pasti kau juga merindukan seseorang yang sudah selama itu tidak bertemu. Aku juga! Aku juga pernah merindukan ayah dan ibu saat aku kuliah dulu." Kemudian Taehyung meringis, merasa kalau yang ia katakan sebenarnya agak tidak nyambung. Tapi mau bagaimana lagi? Taehyung kan memang tidak punya perasaan rindu pada orang lain sebelumnya. Dan lagi, kenapa sekarang Taehyung merasa sedikit iri yah?

The Fake WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang