Chapter 30
"Jadi, ibu menggeledah kamarku?" Taehyung menatap tajam ibunya (ibu kandungnya sendiri padahal) kemudian ia menambahkan. "Tidak bisakah ibu memahami arti kata dari privasi?"
Lia menatap balik Taehyung, walau tidak terima putranya itu menatapnya tajam tapi dia masih bisa memakluminya karena putranya itu memang menyebalkan. "Bukannya ibu menggeledah. Tapi saat itu ibu menemukannya. Dan karena penasaran makanya ibu membuka kotak kecil itu."
"Ibu benar-benar keterlaluan!" Taehyung berdiri bangun dari duduknya, menatap lebih tajam ibunya untuk beberapa detik hingga ibunya sendiri bertambah kesal lalu Taehyung duduk kembali ditempatnya semula duduk. "Apa nenek akan melakukan hal ini pada ibu? Menggeledah kamar ibu yang sudah bersuami tanpa memberitahu ibu dulu, tidak kan?"
"Kenapa kau jadi membawa-bawa nenekmu?"
"Karena tingkah ibu sangat menyebalkan, tahu tidak?"
Kini gantian Lia yang berdiri bangun, menatap putranya seperti tatapan tidak percaya. Lia bahkan harus menghempaskan kasar nafasnya sebelum ia berkata. "Apa kau harus semarah ini pada ibumu?"
"Menurut ibu, apa orang lain tidak akan kesal jika jadi aku?"
"Baiklah!" Lia kembali duduk. Masih menatap tajam putranya yang juga menatapnya tajam, ia menambahkan. "Ibu akui ibu salah karena menggeledah kamarmu kemarin itu. Tapi kenapa kau menyimpan kotak kecil itu kalau memang Sooyoung tidak punya hubungan apapun selain pertemanan murni dengan rekan kerjamu itu? Kenapa kotak kecil itu ada padamu, Taehyung? Dan kenapa kau seolah menyembunyikan kotak itu? Apa Sooyoung tahu kalau kotak itu kau sembunyikan selama ini?"
Taehyung tidak sedang kaget, dia hanya malas berpikir saat ini. Jadi dia harus menaikan sebelah alisnya untuk menutupi sedikit rasa kagetnya itu (oke, jadi sebenarnya Taehyung kaget dalam beberapa saat) kemudian ia menarik nafasnya dan berkata. "Karena aku ingin!"
"Karena kau ingin?" Sungguh, jawaban macam apa itu? Dan lagi, kenapa rasanya Lia ingin tertawa saat ini karena jawaban Taehyung barusan yah? Wah wah wah...
Lia tersenyum, senyuman tidak percaya sebelum ia berkomentar. "Kim Taehyung, sebenarnya apa yang terjadi? Tidak bisakah kau memberitahukannya pada ibumu sendiri?"
Tatapan mata Taehyung tidak setajam sebelumnya sekarang. Ada binaran keraguan pada tatapannya saat membalas pandangan dari ibunya itu. Tapi kemudian mulut Taehyung terbuka begitu saja. Terbuka dan berkata. "Aku juga tidak tahu apa yang sedang terjadi padaku, bu. Aku tidak pernah begini sebelumnya."
Lia menarik nafasnya, menghempaskannya perlahan. Kim Taehyung memanglah anak yang menyebalkan, tapi semenyebalkan apapun anak itu, Taehyung tetaplah anaknya. Anaknya yang sebenarnya sangat ia sayangi. Lia berkedip sebelum berkata. "Bukankah dari dulu ibu sudah bilang untuk mencari teman? Setidaknya, satu saja! Bertemanlah tulus pada satu orang, yang bukan hanya sekedar untuk bisnis! Bertemanlah hingga setidaknya kau bisa menceritakan segala masalahmu padanya kalau memang tidak mampu menceritakannya pada ibu."
Taehyung kini tersenyum, tipikal senyuman seorang pengecut yang baru saja kalah. Berteman? Dengan siapa? Memangnya siapa yang mau berteman dengan orang paling egois dan punya tempramen buruk seperti Taehyung ini? Dan lagi, bukannya Taehyung belum pernah mencobanya. Dia pernah, satu kali waktu semasa ia kuliah dulu. Tapi kisah mencari teman yang tulus itu justru berujung dengan pengkhianatan besar. Dan setelah itu, Taehyung tidak mau lagi dan tidak ada niatan untuk mencari teman yang kata ibunya tulus itu. Tidak ada sebuah pertemanan yang tulus menurutnya di dunia ini. Tidak, termasuk pertemanan Sooyoung dengan Jeremy/Jiyeol??? Entahlah!
"Taehyung!" Lia memandang penuh khawatir pada Taehyung kini. "Ibu hanya akan menanyakan ini padamu, jadi tolong jawablah dengan jujur." Lia memastikan kalau putranya itu masih memerhatikannya sebelum ia menambahkan. "Apa kau menyukai Sooyoung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanfictionKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!