Chapter 39
Apakah sebuah mimpi buruk dan kenyataan yang sedang terjadi punya perbedaan?
Bagi Sooyoung, jika dirinya yang ditanya begitu maka jawabannya adalah tidak ada! Mimpi-mimpi buruknya dan kenyataan yang sedang terjadi sama sekali tidak punya perbedaan. Mimpi buruknya mengganggu tidurnya, dan kenyataan yang tengah terjadi padanya mengganggu kehidupannya saat sadar, selalu begitu, berulang-ulang dan tidak terlihat ujungnya. Sebut saja itu sebuah lingkaran setan! Karena lingkaran tidak punya ujung, tidak ada sudut dan tidak pernah punya sebuah akhir.
Sooyoung membuka sepasang matanya bulatnya, berkedip dan merasa pusing. Entah sekarang sudah pukul berapa, hari apa dan sudah berapa lama dia hanya berbaring diatas ranjang tidurnya saja.
Yena kembali mengetuk pintu, seperti biasanya dan Sooyoung pikir mungkin ini pagi hari atau siang, atau bahkan sudah malam? Bodoh sekali bukan?
TOK TOK TOK...
"Park Sooyoung, ini aku, Yena! Apa aku bisa masuk?"
Sooyoung ingin mengatakan sesuatu, tapi bibirnya terasa kelu. Apa dia benar-benar tertidur terlalu lama ataumemang Sooyoung sendiri tidak tahu apa-apa. Yang jelas, untuk mengatakan sepatah katapun ia tidak mampu, merasa terlalu lemah. Terlalu tidak bertenaga.
Didepan pintu kamar, Yena dengan wajah Khawatirnya berpikir berkali-kali sebelum pada akhirnya memutuskan untuk menerobos masuk kedalam kamar, membuka pintu kamar kemudian ia berlari mendekati ranjang. "Park Sooyoung, apa yang terjadi? Kenapa kau tidak keluar kamar dan tidak menjawab panggilanku sejak kemarin pagi?" Dengan tatapan penuh kekhawatirannya, Yena memeriksa suhu badan Sooyoung, meletakan satu tangan kanannya keatas dahi Sooyoung, mengeceknya. Sepasang mata Yena membelalak terkejut. "Astaga, Park Sooyoung, kau demam! Suhu tubuhmu panas sekali! Apa kau sakit sejak kemarin? Ya tuhan... Apa yang harus ku lakukan?"
Sakit sejak kemarin, katanya? Mungkinkah sejak Sooyoung bangun tidur, berjalan keluar balcony, menghadang angin pada musim dingin? Atau mungkin, sejak Sooyoung mengecek pesan yang masuk pada ponselnya itu kemudian membuatnya harus berdiri diam berlama-lama dalam beberapa menit dan tidak tahu harus melakukan apa-apa?
Sooyoung tersenyum pada Yena yang membantunya untuk sedikit bangun dan bersandar pada headboard ranjang tidurnya itu. Yena bahkan sesekali menggerutu sambil mendekatkan segelas air putih kebibir Sooyoung, meminta Sooyoung untuk meminum air yang Yena rasa masih segitu-gitu saja isinya sedari kemarin lusa terakhir kali ia menyiapkannya. "Seharusnya aku menerobos masuk ke dalam sini sejak kemarin siang kan? Astaga...! Kenapa aku bodoh sekali sih membiarkanmu terkurung didalam kamar selama dua hari ini? Dan sebenarnya, apa yang terjadi?"
Yena menatap Sooyoung yang wajahnya terlihat sangat pucat kemudian wajahnya Yena ikut pucat karena terlalu khawatir juga takut (takut pada tuannya yang gila itu jika setelah ini Yena melapor pada Taehyung soal Sooyoung yang terkurung dua hari didalam kamarnya dengan keadaan sakit sedangkan Yena hanya diam saja dan baru menerobos masuk hari ini maka masalah besar sudah pasti akan terjadi).
Perlahan Sooyoung meneguk airnya, menelannya sambil sesekali mengernyit saat tenggorokannya yang sudah kurang lebih dua hari itu tidak diairi oleh air atau apapun. Kurang lebih dua hari, benar! Jadi, sudah selama itukah Sooyoung hanya berbaring memejam tanpa makan dan minum?
Sooyoung rasa ia sudah bisa menggerakan bibirnya saat ini. Jadi dia menatap Yena dengan pandangan kosongnya saat bertanya. "Kenapa aku tidak mati?"
"APA?" Yena kaget, benar-benar kaget karena gelas (minuman Sooyoung yang tadi itu) yang sedang ia pegangi hampir saja jatuh. Yena meletakan gelasnya dengan benar, berdiri disamping Sooyoung dan membalas tatapan Sooyoung untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanficKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!