Chapter 28
"Ini laporan yang anda minta, Nonya Kim!"
Lia meraih tumpukan berkas dari orang suruhannya kemudian ia memerhatikan isinya, membancanya dengan detail seolah tidak ingin terlewatkan satu katapun. Seketika dahinya mengernyit setelah beberapa menit membaca isi berkas itu. Ia melirik orang suruhannya sejenak untuk berkata. "Bukankah dia adalah partner kerjanya Taehyung?"
Jaebum menganggukan kepalanya dan menjawab. "Jeremy adalah lelaki yang sama, yang bernama Jang Jiyeol. Selain itu, Jeremy juga salah satu pemegang saham terbesar pada proyek baru yang Taehyung sedang kerjakan. Dia berperan banyak pada proyek itu!"
Lia tersenyum, merasa tidak percaya sebelum ia kembali membuka suaranya. "Jadi, selama ini menantu kesayanganku itu bermain-main dengan partner kerja suamianya sendiri? Astaga... Drama macam apa ini?!" Lia melempar lembaran kertas yang sedari tadi ia baca itu ke atas meja dimana disana sudah ada kotak kecil yang ia temukan di dalam laci di toilet kamarnya Taehyung tiga hari yang lalu itu.
Benar! Tiga hari yang lalu, saat ia mendapati salah satu fakta yang sangat membuatnya terkejut. Ketika ia mengetahui kalau putra dan menantunya itu tidur berpisah. Dan saat Lia membereskan kamar Taehyung agar bisa memindahkan barang-barang Sooyoung ke sana, betapa terkejutnya dia saat mendapatkan benda kecil yang satu itu.
Ya Tuhan... Seolah tidak memercayainya, Lia bahkan harus berdiri diam ditempatnya sekitar sepuluh menit saat itu untuk membuatnya tersadar kalau benda kecil yang ia temukan itu (yang didalamnya terdapat sepeucuk surat cinta menurutnya) adalah benar milik Park Sooyoung, si menantu sempurnanya itu.
Jaebum melirik wajah nyonya besarnya yang terlihat kesal kemudian ia berkata. "Apa aku harus memberitahukan ini ke tuan Kim?"
Lia menatap Jaebum. "Tidak, jangan!" Lia kembali melirik kotak kecil yang sebenarnya sangat ia benci itu saat menambahkan. "Suamiku akan merasa sangat kecewa kalau ia mengetahuinya. Dan lagi, bukankah kau bilang selama ini mereka berdua tidak sering bertemu?"
Jaebum menganggukan kepalanya. "Mereka baru saling bertemu satu kali, saat di kantor tiga hari yang lalu itu. Putra anda juga ada di sana saat itu."
Sekali lagi, Lia merasa tidak percaya dengan beberapa fakta yang baru ia ketahui ini. Seorang ibu mana yang suka mendengar berita soal masalah yang tengah dihadapi oleh anaknya coba? Lia menatap Jaebum dengan pandangan kesal tentunya saat ia berkata. "Tolong awasi Sooyoung lagi! Jika sesuatu terjadi, jangan lupa laporkan semuanya padaku!" Lia berkedip, kepalanya pusing (agak berelebihan tapi dia memang perempuan tua yang berlebihan) kemudian ia memegangi setiap sisi dahinya, memijitnya perlahan. "Astaga...! Kepalaku rasanya benar-benar ingin pecah saat ini. Ya tuhan... Memangnya apa kurangnya Taehyung selama ini? Yah walau putraku itu memang menyebalkan, tapi kenapa bisa kau melakukannya, Park Sooyoung? Kenapa?"
"... Tunggu-tunggu! Apa luka disudut bibir Taehyung waktu itu... Astaga...! Semakin memikirkannya semakin membuat kepalaku sakit saja..."
***
Sudah tiga hari, oh salah! Terhitung empat hari dengan malam perjanjian itu (Sooyoung boleh bertemu dengan Jeremy kalau Sooyoung mau tidur bersama dengan Taehyung, perjanjian yang itu, ingatkan?) Keadaan Sooyoung juga sudah semakin membaik sekarang. Walau setelah pingsan perempuan itu harus menghabiskan tiga kantong infus dalam semalam (Taehyung tidur tapi tidak benar-benar tidur malam itu, seperti ada alarm yang teratur pada otaknya, dia akan bangun sekitar lima belas menit sekali untuk mengecek keadaan Sooyoung serta infusnya itu). Lalu pagi harinya Taehyung bahkan mengambil cuti, hal yang tidak pernah lelaki itu lakukan sepanjang karirnya. Sungguh, itu adalah kali pertama Taehyung cuti. Tidak perlu dijelaskan lagi bukan untuk apa lelaki yang gila kerja itu mengambil cuti pertamanya? Tentu saja untuk menemani sang istrinya yang sedang sakit. Ckckckckc, so romantic!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanfictionKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!