Chapter 13
Sooyoung mengangkat lemah tangan kanannya ke depan saat mulutnya terbuka dan berkata, "Cukup!"
Taehyung mengangkat sebelah alisnya sebelum tangannya yang tengah memegangi sesendok berisi bubur kini ia letakan kembali kedalam mangkuk bubur yang masih terisi hampir penuh. Ia berdecak (Ingatkan kalau dia memang tipikal lelaki yang mudah kesal) kemudian menatap tajam Sooyoung sambil berkata. "Ini baru sendok ketiga! Astaga... Apa kau memang susah sekali untuk diberi makan yah?" Sepasang mata tajam Taehyung masih menatap Sooyoung kesal saat ia menambahkan. "Kau tidak suka sayuran, tidak suka makan banyak saat malam. Bahkan semalam kau hanya makan remah-remah pizza. Kau mau mati yah?"
Cukup dan cukup! Pertama, semalam Sooyoung tidak memakan remah-remah pizza. Sooyoung hanya memakan dua gigitan dari sepotong pizza. Kedua, Sooyoung masih belum mau mati walau hidupnya begini-begini saja. Ia yakin ia tidak akan mati hanya karena tidak memiliki selera makan yang baik.
Taehyung kembali mengambil sendok makan buburnya kemudian ia arahkan kedepan mulut Sooyoung. Dengan senyuman yang tidak seperti senyuman (terlihat menyeramkan seolah isi sendok yang Taehyung ingin suapkan ke mulut Sooyoung adalah racun paling pahit). "Ayo buka mulutmu lagi!"
Sooyoung menundukan tatapannya agar bisa menatap Taehyung yang masih saja duduk dibawah (dilantai yang beralaskan karpet). Padahal tadi Sooyoung sudah meminta agar Taehyung duduk bersebelahan saja dipinggir ranjang dengannya tapi lelaki itu lebih memilih untuk duduk di bawah dan berhadapan dengan Sooyoung. Ia menggelengkan kepalanya dengan sepasang mata bulat yang berkaca-kaca, memohon agar Taehyung berhenti menyuapinya.
Sedang Taehyung, ia tidak mengerti dan tidak mau mencoba mengerti serta paling egois karena ia memang si brengsek yang selalu ingin menang sendiri jadi Taehyung tetap menyuguhkan sendok itu kedepan mulut Sooyoung yang tertutup. "Ayo buka mulutmu itu!"
Sooyoung menggelengkan kepalanya, mulutnya sengaja ia tutup rapat-rapat. Sooyoung juga memeberanikan diri untuk tetap menatap Taehyung walau ia yakin sebentar lagi mungkin saja Taehyung akan tambah kesal dan marah padanya.
"Ck!" Taehyung tidak menyerah, ia hanya tengah menahan kesal. Jadi ia letakan sendoknya kembali kedalam mangkuk bubur. Tapi mulutnya tentu masih ingin berkomentar banyak saat ini. Jadi dengan gerakan yang tidak perlu seolah ingin membanting sendok itu, Taehyung berkata. "Aku akan tetap memaksamu untuk makan, jadi jangan berharap aku akan pergi jika kau tidak menghabiskan makananmu ini, Sooyoung."
"Tapi aku sudah kenyang!"
"Kenyang?" Taehyung menolehkan kepalanya yang sebelumnya tertuju pada mangkuk bubur yang menurutnya isinya masih segitu-segitu saja. Lalu Taehyung kembali mengambil sendok buburnya, masih terus ingin mencoba menyuapi Sooyoung. Ia arahkan lagi sendok itu kedepan mulut Sooyoung. "Setidaknya habiskan setengahnya saja, Park Sooyoung! Setangahnya saja!"
Sooyoung melirik sendok yang ada didepan mulutnya. Sendok itu terlihat seperti segunung bubur yang ia sendiri tidak yakin bisa masuk kedalam mulutnya atau tidak. Taehyung bahkan kini semakin menyuguhkannya kedepan mulutnya. Dan sebelum segunung bubur itu semakin dekat dengan bibirnya, Sooyoung angkat tangan kanannya kembali. Ia pegangi pergelangan tangan Taehyung itu agar berhenti mencoba menyuapinya. "Cukup, Kim Taehyung! Aku sudah kenyang."
Tangan Taehyung otomatis mematung. Tidak bisa terus maju padahal ia ingin sekali memasukan sesendok bubur itu kedalam mulut Sooyoung. Sepasang mata tajamnya bahkan kini berkedip lucu ketika telinganya terasa tergelitik setelah suara Sooyoung yang mencicit itu memanggil namanya barusan. Panggilan kedua kalinya dalam setahun baginya. Lucukah, atau justru kedengarannya menyedihkan?
Taehyung melirik tangan Sooyoung yang masih menyentuh pergelangan tangannya hingga Sooyoung ikut menyadarinya kemudian menjauhkan tangan lembut itu dari pergelangan tangan Taehyung. Kenapa Sooyoung melepasnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
FanfictionKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!