Chapter 14
"Pamanku akan menjemputku lusa nanti."
Sooyoung berhenti tersenyum. Sepasang mata bulatnya yang sebelumnya berbinar kini menatap aneh Jiyeol yang berdiri disampingnya. "Jadi kau juga akan pergi?"
Jiyeol tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal (Sepertinya dia merasa bersalah). Lalu dengan menatap penuh harap kedalam mata bulat Sooyoung, Jiyeol berkata. "Haruskah kita kabur saja?"
Mata bulat Sooyoung membelalak lucu hingga Jiyeol tertawa melihatnya. Kemudian Sooyoung mengerucutkan bibirnya, kesal. "Kenapa kau tertawa?"
"Maaf!" Jiyeol mencoba menghentikan tawanya. Anak lelaki yang baru genap berusia 17 belas tahun itu kini membalikan tubuhnya untuk berdiri tepat dihadapan Sooyoung. Tatapannya polos serta tulus saat ia membuka mulutnya untuk berkata. "Aku serius! Haruskah kita kabur saja? Bukankah kau bilang kau bosan tinggal disini? Bukankah kau bilang kau muak menuruti semua perintah ibu panti yang mengharuskanmu menjadi anak manis yang penurut? Bukankah kau bilang kau tidak suka setiap kali paman Kim datang untuk menjengukmu?"
Jiyeol berkedip saat Sooyoung tiba-tiba saja menundukan kepalanya. Ia juga sempat tersenyum sebelum menambahkan. "Park Sooyoung, ayo kita kabur besok pagi!"
Sooyoung mengangkat kepalanya, menatap Jiyeol lalu Jiyeol tersenyum lagi sebelum melanjutkan. "Kemasi saja perlengkapan yang secukupnya! Besok, tepat pukul lima pagi kita akan bertemu di bawah pohon oak ini. Bagaimana?"
Bagaimana jika keesokan harinya, tepat jam lima pagi itu Sooyoung dan Jiyeol datang ke taman belakang? Bagaimana jika mereka berdua bertemu di bawah pohon oak yang sudah Jieyol katakan itu? Apa mungkin Sooyoung tidak akan ada disini, saat ini?
"Park Sooyoung!"
Sooyoung menolehkan kepalanya ke belakang, pada Yena yang baru saja memanggilnya dan kini melangkah mendekatinya. Yena mencoba mengatur nafasnya dulu (tadi ia berlari) sebelum berkata. "Suamimu, mencarimu!"
Sooyoung diam dan hanya mengedipkan sepasang matanya normal. Kim Taehyung sedang mencarinya katanya. Kemudian Sooyoung tersenyum, merasa lucu. Bukan hanya pagi ini, tapi kemarin pagi, kemarinnya paginya lagi, kemarin malamnya, kemarin siangnya, kemarin siangnya lagi pun Taehyung mencarinya. Tidak kah itu semua aneh?
Semuanya berawal dari ciuman pada malam itu. Kecupan dipagi harinya kemudian Taehyung selalu mencarinya, mengganggunya. Siang harinya bahkan Taehyung pulang hanya untuk makan bersama Sooyoung waktu itu. Walau hari setelahnya Taehyung kembali sibuk dengan pekerjaannya, tapi malam harinya lelaki itu menyempatkan diri untuk menemui Sooyoung. Keesokan paginya juga. Terus begitu hingga sabtu pagi ini.
Yena menarik nafasnya sebelum kembali berkata. "Dia langsung menggila saat tidak melihatmu di ruang makan tadi. Suamimu meneriaki namamu seperti kau sudah hilang dalam dua kali dua puluh empat jam. Semua orang hampir mati berdiri menyaksikan kegilaannya. Jadi tunggu apalagi? Kenapa kau masih berdiri di sini? Ayo temui suamimu itu!"
Lagi, Sooyoung tersenyum karena merasa lucu. Kemudian Sooyoung justru meluruskan kepalanya, kembali menghadap sepenuhnya pada pohon oak berukuran kecil yang sedari tadi ia perhatikan. Dengan santainya, Sooyoung bahkan berkata. "Biarkan saja!"
Yena hampir menjatuhkan rahangnya ketika mulutnya terbuka selebar-lebarnya setelah mendengar Sooyoung berkata barusan. Biarkan saja katanya? Astaga...! Sejak kapan Sooyoung si anak manis yang penurut itu justru menjawab begitu dengan santainya? Dan lagi, membiarkan orang gila itu semakin menggila sama saja membiarkan nyawa setiap pekerja yang ada di dalam rumah ini terancam mencekam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Wedding
Fiksi PenggemarKami menikah! Tapi bukan menikah! Ini semua hanyalah sesuatu yang harus dilakukan, walau tidak diinginkan. Yah...begitulah!