"Bang ! Tu Napa?" jari mungil Resha menunjuk ke arah seorang perempuan yang berjalan melewati mereka dengan keadaan basah kuyup.Mungkin perempuan itu mengalami kasus bullying.
"Bukan apa-apa. Lo mendingan diem deh. Cewek gila pada ngelihatin Lo Mulu" kesal Gibran.
"Bong na Eca ana?"
"Gue buang!"
"Oke nda papa, Eca macih unya anyak !"
"Anak siapa si lu ah! Nyebelin banget" greget Gibran lalu melempar tubuh adiknya keatas lalu menangkap dengan sigap.
Hal itu jelas membuat Resha senang bukan main. Bahkan bayi itu langsung tertawa lepas hingga mengundang semua orang untuk melihat seseorang yang baru masuk lingkungan kantin itu.
"Bro, kok your brother beda ama you" gumam Lucas sembari mengamati kedua kakak beradik itu dari belakang.
"Gak penting" jawab Gibran lalu duduk di tempat duduk yang biasanya dan mendudukkan Resha di pangkuan nya.
Bayi itu diam dan tiba-tiba teringat akan apa yang tidak ia bawa saat ini. Bukan kecebong tapi,
"Bang, tol cucu ana?" tanya si bayi sambil menatap wajah Gibran.
"Anjir! Gue lupa sama botol susu Lo. Minum susu di gelas mau kan?" tanya Gibran penuh harap.
Sontak kedua alis si bayi tampak menyatu karena kesal. Resha berusaha berdiri di pangkuan Gibran lalu dengan kesal, ia menjambak rambut kakaknya.
"Awww !!" ringis Gibran .
Dan lagi-lagi, semua siswa jadi menatap keduanya lagi termasuk Lucas yang kini malah sibuk menertawakan bos nya yang tidak berkutik dibawah kekuasaan Resha.
Ya,Resha adalah bos yang sebenarnya.
"Ih ! Ana tol cucu!!?" teriak Resha.
Kakinya ia gunakan untuk menginjak paha kakaknya dengan keras.
Masa bodoh kalau Gibran kesakitan."Sakit! Anak setan lu"
Mendengar umpatan Gibran membuat Resha makin kesal saja. Kini tangannya ia bawa untuk meremas pipi kakaknya.
"Lepas ,Sha. Atau gue marah" ancam Gibran tapi respon bayi itu berbeda dari perkiraan semua orang. Tapi itu biasa bagi Gibran.
"Aaaaa ! Hat ! Tol cucu Eca ana !! Eca au num !!!! Bang !! Tol cucu !" teriak Resha dengan bahasa bayinya semakin memaksa Gibran.
Siswa lain tak sepenuhnya paham dengan apa yang Rhesa katakan tapi secara garis besar, bayi itu tengah meminta sesuatu yang tidak dituruti Gibran.
"Gak gue bawa,ketinggal. Lo mau minum susu pake botol? Ya udah ayo pulang" ajak Gibran dengan nada biasanya yang ia gunakan untuk berbicara pada Rhesa.
Tentu saja hal itu membuat banyak siswa menjatuhkan rahangnya karena terkejut dengan gaya bicara Gibran .
"Noo ! Eca nda au puyang ! Api Eca au num !"
"Ya kalau Lo gak pulang, disini gak ada botol susu yang biasa Lo pake ,bayiii" geram Gibran lalu ia dekap tubuh adiknya hingga tak bisa bergerak sama sekali.
"Tol cucu , Bang! Ih ana tol cucu na !" kesal Rhesa.
"Dirumah Sha,kan udah di bilang ketinggal juga"
"Cana mbil " suruh Rhesa.
"Apa ?! Lo nyuruh gue ngambil botol susu Lo?!" teriak Gibran membuat kaget semua orang.
Rhesa mengangguk,ia masih berusaha melepaskan diri dari dekapan Gibran ngomong-ngomong.
"Ogah "
Rhesa benar-benar dibuat kesal dengan kelakuan Gibran yang tak kunjung menuruti kemauannya.
Intinya, Gibran akan meledek Rhesa dulu hingga bayi itu menangis. Kalau sudah menangis, maka Gibran akan menurutinya.
"Eca angis nih!" ancam Rhesa.
"Silahkan. Gue buang aja tuh di got belakang sekolah. Atau gue tinggalin disini" ancam Gibran balik.
Biarpun memiliki kelakuan yang super nakal, Rhesa masihlah bayi berumur tiga tahun yang masih bisa dibohongi. Bayi itu tiba-tiba menggeleng keras dan kembali berteriak.
Kali ini, ia menangis.
"HUAAAA ! ABANG HAT !! ECA AU NUM ! AUS ! AU NUM, BANG!!"
"Ya udah sana minum"
"AKE TOL CUCU ,HUEEEE!! TOL CUCU ANA !!!!"
"Nangis aja terus, gue tinggal beneran lu"
"AAAAA !!!" itu bukan teriakan Rhesa melainkan Gibran yang pundaknya digigit oleh si bayi.
"Nakal banget sih ,anak siapa lu?"
"NAK CETAN ! "
"Nah ngaku juga. Kenapa berenti nangis nya ? Kenapa gak lagi? Yang keras sekalian" rupanya Gibran masih belum puas meledek adiknya.
"Eca aus...cini na cakit" ucap Rhesa sambil mendongakkan kepalanya, dengan artian memberi tahu jika kini tenggorokannya terasa sakit .
Ya iyalah, namanya juga haus malah diledek hingga berakhir menangis dan berteriak-teriak. Memang aneh si Gibran.
Gibran berdiri, menggendong Rhesa ala koala lalu mengecup pipinya yang masih basah karena tangisannya tadi.
"Maaf ya, ayo pulang sekarang. Nanti gue kasih hadiah karena Lo udah sekolah hari ini" ujar Gibran namun Rhesa segera memalingkan wajahnya kesal.
Gibran hanya terkekeh, adiknya selalu berusaha balas dendam.Itu unik dan Gibran sangat menyukainya.
Setelah kedua orang kakak beradik itu pergi, kantin yang semula sepi langsung kembali ramai . Mereka membicarakan Gibran dan keanehannya hari ini.
Mulai dari kenapa Gibran sangat ramah dengan anak kecil bernama Rhesa itu? Apakah...
"Woi ! Buat you semua,orang bodoh yang mikir kalau anak tadi itu anaknya Gibran, your brain jijik banget sumpah!" teriak Lucas tiba-tiba sebelum akhirnya cowok itu ikut pergi meninggalkan kantin.
...
"Lo mau susu apa,Sha?"
"Cucu mbing !" jawab Rhesa kesal.
Sudah tahu susu kesukaannya hanya susu cokelat masih saja bertanya si Gibran ini."Bener lo mau susu kambing? Gue beliin beneran tahu rasa Lo"
"Abang yang num!"
"Idih ogah! Gue lebih suka kopi"
"Eca nda anya"
Gibran menatap adiknya yang duduk di pantry dapur geram. Dia,pintar sekali menjawab omongannya.
"Besok mau ikut gue sekolah gak?"
"Eca au ikut cas"
"Ngapain mau ikut Lucas? Padahal Lo punya Abang sendiri"
Rhesa tidak tahu jelas siapa nama cowok yang selalu bersama Gibran, tapi yang Rhesa tahu Gibran selalu memanggil cowok itu dengan kata "Cas".
"Abang jehek! Ayak upang" dan,si bayi kembali mengungkit masalah cupang.
"Gue gak terima Sha,masa cupang gue dikata jelek"
"Nda jeyek nda"
Gibran tersenyum.
"Api Uluk!"
"RHESA ! GUE BUANG JUGA KECEBONG LO!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRESHA
Teen FictionTidak ada yang bisa mengalahkan seorang ketua geng begajulan dan kejam seperti Gibran, kecuali Resha , balita aktif berumur 3 tahun yang selalu membuat geleng-geleng kepala. (BROTHESHIP) 23 September 2022