13. Gara-gara Cacing

2.9K 546 24
                                    


"Gibran,kemarin grandma denger dari Bi Asih, kamu dikeroyok sama anak geng motor ya?" tanya grandma cemas.

Wanita tua itu langsung menghampiri Gibran yang baru pulang sekolah dan membimbingnya untuk duduk di sofa ruang tengah. Grandma sedikit meneliti wajah cucunya, tak ada bekas luka apapun disana.

"Aku gak kenapa-kenapa kok, aku cuman sedikit kecolongan aja jadi mereka sempat dorong Resha"

"Iya grandma udah tahu, besok-besok kamu hati-hati ya, grandma gak mau kamu kenapa-kenapa"

Gibran mengangguk patuh walau dalam hati ia sangat tidak peduli. Hei, memang untuk apa grandma mengkhawatirkan cucu seperti dirinya? Dia ini hebat tau !

"Resha mana?" kini Gibran mulai menanyakan makhluk yang menjadi kebucinannya itu.

"Masih di rumah Sena. Tadi siang grandma jemput tapi gak mau. Gak tahu mainan apa dia di belakang rumah sama Sena"

Dari sini,Gibran mencium aroma-aroma tidak beres. Maka cowok itu segera berganti baju dan meminta izin untuk menjemput bayi nakal nya .
Dari gerbang rumah Sena saja,tawa bocah itu sudah terdengar. Dari sini, Gibran makin menerka-nerka, kegilaan apalagi yang akan Resha lakukan.

"Den Resha lagi di belakang sama Den Sena," Maid di rumah Sena langsung mengantarkan Gibran ke tempat yang dimaksud.

Sesampainya disana,Gibran langsung tersenyum lega. Resha hanya bermain dengan tumpukan tanah liat saja.

"Resha !!!" panggil Gibran ceria sambil mendekati Resha yang masih asyik bercanda dengan Sena.

"Eh, Ada Bang Gibran" sapa Sena. Bocah itu termasuk tipe bocah yang ramah dengan orang lain, cukup berbeda dengan Resha.

Kali ini hilang sudah perasaan lega Gibran. Ya gimana enggak, ternyata dua bocah itu tengah mengumpulkan cacing dan meletakkannya di sebuah ember . Sena bilang,dia ingin membuat perkebunan cacing.

"Kenapa Lo selalu mainan yang menjijikkan gini sih" geram Gibran tapi dia bocah itu abai.

Sumpah ! Kali ini Gibran benar-benar kesal dan marah. Cowok itu langsung menuangkan isi ember ke lubang yang sudah Resha gali dan segera menutupnya dengan tanah !

"Kok dibuang?!" Sena menatap marah ke arah Gibran. Hey,mereka sudah mencari ini berjam-jam ya,!

"Mainan apapun selain cacing" tegas Gibran.

Dua bocah itu langsung terdiam sedih. Terlebih Sena. Ia selalu berusaha untuk mengajak Resha bermain dan membahagiakan bayi menggemaskan itu, dan sekarang Resha terlihat sedih yang pasti membuat Sena tidak terima atas tindakan Gibran.

"Sena,Lo udah besar. Jangan ajak Resha mainan kayak gini. Mendingan ajak dia belajar atau apapun asal jangan yang kayak gini" jelas Gibran panjang lebar.

Sena menunduk. Anak itu merasa takut dengan penjelasan panjang Gibran.

Melihat Sena yang ketakutan, jiwa bar-bar Resha bangkit. "Bang ,nda boyeh mayahin Nana !"

"Kenapa gak boleh?" tentang Gibran.

Melihat raut menantang kakaknya, Resha langsung menatap kesal ,"Nda boyeh ! Nana man Eca !"

"Teman ?" sinis Gibran.

Resha mengangguk mantap," Eca nda unya man ain ! Eca nda unya man," sendu si kecil.

Gibran berjongkok, cowok itu tersenyum tipis dan mengusap noda tanah di dagu Resha, "jadi? Lo mau punya teman selain Sena?"

Resha menggeleng,"Nda !"

"Aaf cana !" suruh Resha

Biarpun Gibran anti dengan anak kecil selain Resha, tapi ini sudah titah langsung dari rajanya jadi mau tak mau Gibran kini menarik tangan Sena dengan lembut. Ya,dia berusaha mati-matian untuk itu.

GIRESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang