25. Rayuan Maut

2.6K 497 68
                                    


"Sha, ayolah...jangan ngambek lagi, jangan cuekin gue lagi dong ..."

Gibran berjongkok di depan Resha sedangkan bayi itu abai. Resha malah asyik ngomong sendiri sambil bermain mobil-mobilan kecil. "Sha, dengerin dulu dong" rengek Gibran.

"Ish ! Capa cih amu? Eca nda enal!"

"Kok Lo gitu sih?! Sha...Lo bakal tambah ganteng tambah imut tambah pinter kalau mau maafin gue. Percaya deh"

"Ish! Gi Cana ! Eca au ainan!"

"Reshaaaa~"

"Udah si Gibran,anak kayak Resha kalau udah gak bisa dikasih tahu secara halus ya berarti harus pake cara kasar"

Gibran dan Resha langsung menoleh ke arah belakang. Abel datang sambil tersenyum, cewek itu berdiri di samping Gibran. "Resha,kamu jangan nyusahin Abang kamu dong! Jangan seenaknya" sinis Abel.

"Amu tuh ! Angan ceenakna !" sungut Resha.

Gibran berdiri, sumpah ! Kalau deket-deket Abel rasanya gerah dan pengen muntah. "Sha, ayo tidur" anak Gibran,cowok itu enggan menatap Abel yang sudah berpindah posisi di depannya alias di belakang Resha.

"Ayuk!" mungkin karena terlampau kesal dengan Abel, Resha menuruti permintaan Gibran hingga kedua kakak beradik itu berjalan bersama menuju ke kamar mereka.

"Dasar pengganggu" ucap Abel geram.

...

"Abang cayang,Eca?" tanya Resha.

Gibran mengangguk mantap,"Sayaaaang banget !"

"Au di aapin nda?"

"Mau lah !"

"Beneyan?"

"Iya sayang..."

Resha tersenyum senang, kedua tangannya memegang pipinya sendiri karena gemas dengan kakaknya yang mau-mau saja ia perdaya.

"Ucing peyempuan tu"

"Maksud Lo si Kuntilanak?"

Resha mengangguk. Bayi itu menyibak poni nya dan menunjukan luka lebam yang kini berwarna ungu kehitaman.

"Anjir ! Lo diapain sama dia?!" teriak Gibran panik.
Cowok itu langsung memangku Resha dan meniup-niup luka yang ada di sana.

"Adi Eca di yempayin yemot"

"Hah?! Di lemparin remot?!!" Resha mengangguk.

"Haduh, sakit ya? Maaf ya,Abang gak tahu. Sekarang diobatin ,oke?"

"Nda obatin nda apa, Eca uwattt!!!!" teriak Resha sambil tertawa . Gibran tetap ikut tertawa meski dalam hati, keinginan untuk melenyapkan Abel semakin besar.

"HUAAAA!!!!!"

"Lah,kok nangis ? Sakit ya? Lukanya kena baju Abang? Eh,kenapa,Sha?" runtutan kalimat yang menandakan kecemasan itu keluar dari mulut Gibran.

"Tilanak uwang yam na Eca !!!!! Yam Eca ,hiyang!!!?? HUAAAAA!!!"

Gibran mengangguk-angguk pura-pura sedih. Padahal ia tidak masalah jika itu perempuan membuang anak ayam kesayangan Resha. Kan dia tidak punya saingan, muehehe.

"Nti ayo nak yam na Eca angis mana? Acian..."

"Gak gimana-gimana. Udah jangan nangis ya. Besok kita beli mainan yang lain. Sekarang,Abang obatin luka nya dulu "

"Nda au! Au nak yam!"

"Anak ayam apa cebong?"

"Uwa uwa na"

Gibran membuat wajah datar.

"Cayiin ya"

Kini Gibran menyesal sudah menawarkan pilihan pada Resha.

...
Bruk !

Gibran mendorong Abel hingga itu cewek tersungkur di depan pintu utama rumah. Persis seperti pengusiran di sinetron.

"Sakit, Gibran" ucap Abel manja. Cewek itu berdiri sambil mengusap-usap siku nya .

"Pergi dari sini" ucap Gibran datar.

"Salah aku apa?! Aku bakal pergi kalau aku emang salah ! Tapi aku gak salah sama sekali !"

Gibran masih diam,cowok itu menatap lurus ke depan dengan tangan terkepal erat.

"Kamu dihasut ya sama Resha?" sinis Abel.

"Jaga bicara Lo,"

"Emang kan? Ya gitu kalau anak kecil yang tumbuh tanpa didikan orang tua, pasti di-AAAAAAA !!!"

Abel memegang pipinya yang panas. Gibran baru saja menampar pipi kiri Abel dengan keras hingga menimbulkan bunyi yang begitu menyakitkan.

Cewek itu terisak kuat, dari mulutnya yang terbuka, darah keluar dari sana. Ya bayangin aja, Gibran yang terbiasa tawuran itu nampar cewek kayak Abel. Udah dipastikan huh!

"S-salah a-aku ap-apa?" isak Abel.

"Lo ngatain Resha,mati Lo ditangan gue"

"K-kamu di fit-

"Pergi sebelum gue bertindak"

"Ta-

Gibran mengangguk cepat sambil tersenyum sinis, sepertinya cowok itu sedang tertarik untuk berbicara banyak.

"Jadi maksud Lo , Resha yang nipu gue gitu? Lo pikir gue cowok yang mudah di hasut, terlebih yang Lo jadiin tumbal itu adik gue."

Abel tak menjawab,cewek itu masih terus terisak sambil memegangi pipinya. "Pergi"

Gak ada pilihan lain selain mengiyakan.

...

"Mana Gibran?!" Gavin berteriak di depan kelas Gibran. Cowok itu menggebrak meja paling depan dan segera mendekat Gibran yang duduk di bangku belakang.

"Lo apain Geon hah?!" amuk Gavin.

"Maksud Lo apa,anjir ! Kita gak ada masalah ya sama kembaran Lo!" itu bukan Gibran, melainkan Alan yang tengah sensi.

"Oh ya? Geng mana lagi yang sering terlihat sama Geon? Cuman geng Lo !" teriak Gavin sambil menunjuk Gibran yang tengah bermain asik dengan gitarnya.

"Alah! Ganggu gue nyayi!" ketus Umay.

Biarpun di depannya,Geon tampak menyebalkan dengan segala umpatan juga hinaan, Gibran tetap santai dan seakan tak peduli. Kali ini,Gibran tak tahu menahu.

"Kalau bukan gara-gara geng Lo,pasti Geon gak akan masuk rumah sakit kayak sekarang!"

Alan maju ,cowok itu hendak memberikan bogeman untuk Gavin tapi dihadang Lucas dan Umay.
"Kalem ,Kan!"

Merasa situasi makin panas,Gibran meletakkan gitarnya di meja yang ada di belakangnya. Cowok itu menatap tajam kedua mata Gavin, " Gue dan geng gue gak ada campur tangan"

"Bisa aja Lo gak ngaku ! Atau anak anak buah Lo yang ngelakuin itu!" teriak Gavin. Cowok itu masih menuntut pengakuan dari Gibran.

"Heh ! Gak ada anak Alvares yang berani berhianat ! Konsekuensi, bro!" ujar Lucas.

"Lo pikir gue percaya?" smirk Gavin.

Gibran memejamkan matanya,cowok itu mengantuk. "Bukan gue yang bikin Geon sekarat,"

"Sialan" umpat Gavin.

"Tapi antena kemarin dia bisa bikin Resha seneng, gue bakal jenguk dia."

"Bran,are you oke ?" tanya Lucas syock. Sejak kapan bos tak berperilaku ini menjadi begini?

"Lan,lihat setan apa yang lagi ngerasuki bos" bisik Umay disangguki langsung oleh Alan.

"Setan nya si Resha"

"Lah..."

...

Resha bayi atau Resha dah gedhe ?

GIRESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang