44. Preman Kelas Sebelah

2.5K 459 34
                                    


"Sampai kapanpun,Lo bukan lawan buat gue, Devon" ujar Geon meremehkan ketua Erion tersebut.

Memang, untuk saat ini posisi Zhero lebih tinggi daripada Erion dan hal ini tentu tak bisa membuat Devon berkata-kata lagi.

"Lo juga pengecut! Haha ! Ketua Zhero, ngelindungi keluarga Alvares! Lo pengecut,Geon ! Pengecut!"

Bugh !

"Dan,Lo jauh lebih pengecut dari gue!"

Geon berdiri. Cowok itu menatap beberapa anggota Erion yang melarikan diri dan beberapa ada yang tak sadarkan diri di jalanan.

Fokus cowok itu beralih pada Resha yang menangis disamping tubuh Kevin yang tergeletak tak sadarkan diri.

Geon kembali menatap Devon yang kini sudah berusaha bangkit, "Gue saranin Lo hati-hati. Alvares bentar lagi ngamuk," ujar Geon lalu kembali memukul Devon hingga cowok itu kembali terjatuh di aspal.

"Mol,Lo gak papa" tanya Geon panik sambil mendekati Resha yang mengguncang-guncangkan badan Kevin.

"Ish ! Jangan nanya ! Kamu panggil ninuninu ! Bawa Abang Eca ke tempat sakit!"

"Iya iya gue udah nelfon ambulans kok,gue juga udah nelfon Abang Lo,"

"Nda usah omongin Abang! Eca males!"
ketus Resha.

...

Gibran dan antek-anteknya langsung tiba di rumah sakit setelah mendengar kabar mengejutkan itu dari Geon.

Dari informasi yang Gibran dapat, kaki Resha terpaksa harus di perban karena terluka akibat bergesekan dengan aspal juga lecet akibat tendangan. Jidat Resha juga tak luput dari perban akibat terkena benturan pada mobil saat ia diseret.

Setidaknya Resha tidak harus dirawat di rumah sakit. Berbeda dengan Kevin yang mendapat luka serius. Cowok itu terpaksa harus menginap di rumah sakit karena sampai saat ini ia tak kunjung sadarkan diri.

"Siapa" ujar Gibran dingin sambil menatap Geon yang memangku Resha. Entahlah, intinya Resha tidak mau dipangku Gibran.

"Erion,"

"11 malam,bakar markas mereka" ujar Gibran .

"Gue yakin mereka gak ada yang dimarkas," ujar Lucas diangguki Zafran.

"Mereka tahu siapa kita,dan mereka tahu kita seperti apa. Jadi,gua yakin kalau mereka pasti udah pergi dan ninggalin markasnya buat sementara waktu," ujar Zafran.

"Bener,Lo jangan lupa,sepengecut apa Erion" ujar Lucas mengingatkan.

"Lo pikir gue butuh orangnya?" tanya Gibran dingin dan seketika semua terdiam.

"Bakar markasnya,kosong ataupun enggak" tambah Gibran.

Geon hanya diam sambil menatap ke arah lain, cowok itu kesal. Ia tak seharusnya disini sekarang. Lagian ini masalah Alvares,kan?

"Gue cabut" ujar Geon lalu meletakkan Resha di sofa sampingnya.

"Nda boleh!" cegah Resha.

"Lo pergi,Resha urusan gue," ujar Gibran dan tanpa menjawab,Geon segera pergi meninggalkan ruang rawat Kevin.

Tapi sebelum itu Geon beribisik pada Gibran, "Gue yakin mereka suruhan si Dhaka."

...

"Sha...Abang minta maaf ya, gara-gara Abang Resha jadi kayak gini..." ujar Gibran sambil merayu si bocil.

"Abang nda boleh marahin Abang itu!" tunjuk Resha pada Kevin yang kini menatap keduanya bingung,ya cowok itu sudah sadar dua jam yang lalu.

"Gak janji,dia yang gak bisa jagain Lo" ujar Gibran.

Kevin mendengar hal itu. Cowok itu menatap tajam ke arah Gibran. "Heh! Gue tanya siapa yang bikin ulah pagi-pagi?! Gue itu cuman berusaha buat ngehibur adik lo!" bantah Kevin.

"Kalau lo tahu,Lo itu bodoh! Jadi gak usah sok-sokan bawa adik gue!" balas Gibran tak kalah sengit.

"Ya! Gue tahu, tapi semua ini gak bakal terjadi kalau Lo gak berulah tadi pagi!"

"Oh, berani lo nyalahin gue" sinis Gibran.

"Emang Lo yang salah kan? Lo udah dewasa! Gak lucu kalau Lo marah sama Resha cuman karena masalah sepele kayak tadi pagi lo-

"Gak usah sok tahu!"

"Gue betul kan? Dan apa setelah keadaan gue kayak gini,Lo masih bilang salah gue juga?"

"Emang Lo yang salah!" teriak Gibran.

Resha hanya diam sambil menatap kedua cowok itu saling mengalahkan. "Eca kok yang salah,Eca nakal. Bener kata Kak Riko, Eca nakal jadi Mama Papa pergi, hiks Eca nakal bikin mereka berantem" ujar bocah itu lirih bahkan nyaris tak terdengar.

Dengan langkah pincang, ia berjalan keluar dan dengan susah payah pula ia menyusuri lorong rumah sakit sendirian.

"Kaki Eca sakit,tapi Eca nda mau di dalam. Berisik."

"Eh Resha !!" teriak seorang anak dari kejauhan dan ternyata itu adalah Roy.

"Kamu ngapain?" tanya Resha pada si preman kelas sebelah yang bongsor itu.

"Aku yang harusnya nanya. Kamu ngapain di sini? Kok sendirian? Kaki kamu juga kenapa di putih-putih gitu?" tanya Roy bingung.

"Ini sakit,kamu mau nendang kaki aku?" tanya Resha . Ya kan biasanya si Roy suka cari gara-gara kalau di sekolah. Jadi Resha gak salah ye kan nanya begini.

"Enggak ah,kamu lucu, kasihan" jawab Roy polos sambil menatap mata Resha.

"Kok kamu juga sendiri di sini?" tanya Resha.

"Aku lagi ikut Mama. Mama aku kan dokter gigi di sini," jelas Roy bangga dan Resha hanya mengangguk angguk saja.

"Ayo duduk di situ,kaki kamu bisa sakit," saran Roy dan akhirnya kedua bocil yang katanya menjadi rival di sekolah itu duduk berdua dengan santuy.

"Aku punya ini, kamu mau?" tanya Roy sambil mengeluarkan satu susu kotak rasa strawberry.

"Aku nda suka itu," ujar Resha.

"Kamu gak suka yang rasa ini? Kamu suka nya yang rasa apa?" tanya Roy.

"Cokelat."

"Umm, besok aku bawain deh pas sekolah," ujar Roy semangat.

"Yang rasa cokelat?" tanya Resha antusias.

"Iya. Kan kamu lucu jadi aku kasih susu," ujar Roy santai.

"Horeee !!! Makasih Roy !" teriak Resha senang.

"Tapi besok diem-diem ya, soalnya aku gak mau ketahuan Johan,"

"Emang kenapa?"

"Kamu kan tahu Johan gimana,temen dia cuman aku. Kalau aku temenan sama kamu,dia bisa marah" jelas Roy.

"Aku nda takut sama Johan" ujar Resha.

"Aku juga nggak takut,tapi..."

"Tapi apa?"

"Johan itu perutnya suka sakit,jadi aku harus tetep bareng sama dia. Johan itu nakal. Suka lupa makan,abis itu pasti sakit perut" beber Roy kesal.

"Jadi, aku harus selalu ngingetin dia makan" lanjut Roy.

GIRESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang