24. Tak Semudah Itu

2.8K 489 29
                                    


Resha itu pintar bahkan sangking pintarnya ia bisa membuat semua anak Alvares pusing untuk mencari kecebong. Iya,Gibran yang menyuruh anak buahnya untuk mencari kecebong.

"Pokoknya Lo semua cari sampai dapat !"

Kan,gini nih kalau punya ketua yang bucin sama bayi, semuanya jadi gak bener. Tapi mana ada yang berani membantah. Semua anak Alvares nurut aja bahkan ada yang dibela-belain nyari sumur tua dengan harapan bisa mendapat kecebong.

"Ck, Bran ! Suruh Resha minta yang lain napa sih?! Ini malah kecebong!" sungut Alan sambil ngedumel. Cowok itu tengah berjongkok di depan kubangan air sambil memegang kayu kecil yang cukup panjang.

"Tinggal cari aja repot!" ketus Gibran. Padahal permintaan sederhana ini lah yang sangat merepotkan.

"Ini udah sore, mana ada kecebong ! Mau beli juga mana ada yang jual" ujar Umay.

Gibran menatap langit yang hampir gelap,"Ya udah suruh semua anak pulang" setelah berucap seperti itu,Gibran segera pergi menuju ketiga temannya yang masih asik menggerutu.

Gibran masuk ke rumah dengan kesal bukan main, makin kesal aja ketika melihat Resha yang badannya masih kotor tapi udah goleran asik di sofa. Entah kemana ini si Grandma sama si Kunti.

"Sha,"

"Eh! Ana Bong na?" Resha duduk dan menatap Gibran dengan antusis.

"Udah jadi katak"

Resha merengut tak suka, dengan cepat Resha turun dan hendak berlari ke kamarnya tapi gagal karena sudah ditangkap Gibran duluan. "Kenapa Lo belum mandi?!"

"Ish ! Eca au andi bayeng Bong ! Api bong na nda ! jadi,Eca nda Andi!"

"Heh! Mana bisa begitu ! Badan Lo bau keringet ,asem !"

"Bang uga!"

"Gak ! Gue wangi!"

"Au ! Kok na,Eca nda au aapin, ayo nda da Bong!"

...

Resha menatap kendaraan yang lewat lalu lalang di depannya. Posisinya, dia lagi berdiri di pinggir jalan dengan tangan yang dipegang erat oleh Gibran. Sedangkan cowok itu lagi antri beli siomay.

Malam-malam gini,makan siomay kan enak.

Btw Resha masih betah loh ngambek nya. Ini kalau gak dipaksa juga mana mau dia ikut ke perempatan malam-malam gini.

Pas lagi asyik-asyiknya ngelamun,Resha tiba-tiba dengar suara anak ayam. Bayi itu langsung menengok ke tempat sekitarnya dengan harapan bisa ketemu dengan anak ayam.

"Mau apa Lo" sinis seorang cowok yang baru saja sampai di samping Gibran.

Gibran diam Bodo amat. Lagian udah tahu ngantri siomay masih aja nanya.

"Ihhh ! Nak ayam !!! Mut anget!!!!" jerit Resha sambil melompat-lompat.

Ternyata suara anak ayam itu berasal dari samping nya, tepatnya orang yang berdiri di samping Gibran. Anak ayam warna-warni! Resha suka !

"Mol! Jauh-jauh Lo dari ayam gue" sungut Geon. Cowok itu menjauhkan kandang kecil berisi enam anak ayam warna-warni dari Resha. Bayi itu menatap sedih membuat Gibran langsung melotot ke arah ketua geng musuhnya itu.

"Bang..." Resha menarik-narik ujung kaos Gibran dengan tangan satunya. Bayi itu menatap penuh harap.

"Eca au nak ayam..."

"Lo mau?" Resha mengangguk berkali-kali hingga rambutnya bergerak lucu.

Gibran terkekeh lalu mengusak rambut Resha dengan gemas,"Oke tapi harus maafin gue"

"Heem"

Gibran berhenti dari acara tersenyum senangnya. Cowok itu menatap nyalang ke arah Geon,. "Kasih anak ayam itu."

Geon mendecih,"Gak sudi"

"Kasih,selama gue masih minta baik-baik, harusnya Lo gak sia-siakan kesempatan ini" peringat Gibran.

"Lo butuh? Usaha" sinis Geon lalu cowok itu tertawa puas apalagi ketika melihat Resha yang hampir menangis karena gagal mendapatkan anak ayam yang imut-imut itu.

"Eh, Mol! Lo mau ini kan?" Geon mengangkat keranjang anak ayam nya . Dengan cepat Resha mengangguk. "Eca au..."

Geon berjongkok di depan Resha, cowok itu tersenyum tipis lalu mengambil satu anak ayam yang diberi warna hijau terang, "Nih buat Lo"

Resha memekik senang, dengan kecepatan kilat bayi itu tertawa. "AAAA ! AMU MUT ANGETTTT!"

"Eits, Lo harus rawat ayam itu sampai besar. Pokoknya jangan sampai mati," ujar Geon.

Resha berhenti dari tertawa nya,"Ayau ati?"

"Kalau sampai mati, Lo jadi musuh gue"

"Gak usah main-main Lo" ketus Gibran sambil menarik Resha menjauhi Geon sedangkan Geon kini berdiri dan menatap tak peduli kearah Gibran.

"Itu bukan urusan Lo"

"Urusan gue. Resha adik gue" geram Gibran.

"Gue gak peduli, Lo tahu gue,Bran. Selama gue suka sama sesuatu maka gue bakal raih apa yang jadi kesenangan gue ,ya biarpun ternyata itu adalah keluarga dari pembunuh yang gue benci"

Mereka lupa kalau Kang Siomay udah nungguin mereka kelar ngomong :)

"Kalau sampai Lo celakain Resha,nasib Lo sama kayak orang tua lo" ucap Gibran tegas.

"Gak gak peduli" Geon pergi, tapi sebelumnya cowok itu memberikan satu keranjang berisikan anak ayam pada Resha.

"Ambil aja semuanya, gue bakal cek setiap seminggu. Itu jumlahnya ada enam. Awas aja kalau berkurang"

Gak ada yang tahu kan, Geon sengaja membeli anak ayam itu memang khusus untuk Resha. Gak sengaja sih awalnya Geon dengar kalau bayi meresahkan itu tengah dalam mode ngambek.
Jadilah Geon berinisiatif memberikan sesuatu yang sekiranya bisa mengembalikan mood Resha.
Dan ternyata itu berhasil !

...

Biarpun Gibran jengkel nya bukan main dengan Geon tapi untuk kali ini Gibran tetap berterima kasih karena Resha sekarang udah gak ngambek lagi semenjak punya enam anak ayam warna-warni.

Tapi tentu ada efek sampingnya dari hal itu. Yaitu,Gibran dicampakkan.

"Sha! Jangan buat mainan terus ntar mati"

"Nda ko" acuh Resha.

"Bang,ayau dah becay, uat pa?"

"Ya digoreng ntar jadi ayam goreng. Kan Lo suka ayam goreng tuh,jadi lumayan bisa ngirit" ledek Gibran.

Dasar cowok aneh ! Baru aja Resha selesai ngambek malah diledek lagi !

"Ih ! Nda oyeh !!! Nda oyeh goyenggg !"

"Ya bodo amat, pokoknya itu besok digoreng. Bisa jadi ayam goreng, ayam geprek, atau jadiin soto, atau mie ayam ? Hmmmm enak banget ,Sha...."

"GLANMAAAAAA !!! ABANG HAT ! ACA AU GOYENG YAM NA ECA !!!! NDA OYEHHHHHHH!!!"

"Goreng,wle!!!"

"Abang Hat ! Eca nda cuka ! Nda cuka ! Nda cuka !"

Dan,raut wajah Gibran murung seketika .

:(

....

GIRESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang