10. Asli Titisan Gibran

3.5K 524 28
                                    


"Resha, sayang, grandma mau ke pasar. Mau ikut?" tanya Grandma pada si bayi yang tengah asyik menarik-narik truk besarnya berkeliling ruangan.

"Acay ana?"

"Pasar tradisional,sayang. Grandma mau beli banyak sayur sama buah soalnya" jelas grandma.

Saat ini jam masih menunjukkan pukul lima pagi dan grandma akan segera membeli belanjaannya agar bisa memilih dengan lebih leluasa.

"Ni hayi apa,?" tanya si bayi sambil mendongak ketika grandma mendekatinya dan menggendong sang cucu dengan pelan.

"Hari Minggu, Abang gak sekolah. Resha mau ikut apa dirumah sama Abang?"

"No, Eca au mah ja !!"

"Beneran? Tapi temen Abang mau main Loh hari ini,"

"Nda papa,"

"Ya udah,Resha main lagi ya,grandma mau siap-siap ke pasar dulu"

"Yaaa"

...

Ngomong-ngomong ini sudah satu Minggu sejak meninggalnya Erik. Kematian Erik tak bisa dianggap biasa saja bagi anak-anak Alvares. Mereka berniat menuntut balas.

Dua hari yang lalu,terjadi pertarungan besar antara Alvares dengan Zhero. Tentu saja Alvares yang tengah berduka ditambah rada emosi yang begitu membara bisa mengalahkan Zhero dalam waktu singkat. Bahkan banyak anggota Zhero yang masuk rumah sakit karena serangan membabi buta anak-anak Alvares.

Dan,mau sesedih apapun mereka tapi kini dunia mereka sudah berbeda dan mereka harus melanjutkan hidup ini. Rencananya hari ini beberapa anak Alvares akan berkunjung ke rumah Gibran untuk menenangkan diri. Tentu saja dengan penampilan yang rapi kalau tidak,bisa syok berat grandma kalau tahu cucunya pemimpin geng begajulan yang begitu ia benci itu.

3 anggota inti Alvares yang datang dipersilahkan masuk oleh maid yang bekerja dan langsung memandu untuk menunggu Gibran di ruang tengah. Ya karena mana mungkin Gibran membiarkan temannya yang tak bisa anteng itu duduk diruang tamu.

"Silahkan duduk dulu, Den Gibran bakal turun sebentar lagi"

"Iya terima kasih bibi" ucap Alan sopan.

Mereka langsung duduk dan menikmati drama yang tersaji pada layar televisi di depan mereka.
"Ni pertama kalinya gue sampe sini" ucap Umay , cowok paling religius diantara mereka.

Yang lain mengangguk hingga, "IH CAPA TUH YAMAI YAMAI !!!"

"Hais,lupa si bos punya tuyul di rumahnya" decak Alan kesal.

"HEH ! TU NEKA ECA ! WA CINI ! JAN DI DUDUKI!!!"

Resha dengan tubuh kotornya menarik-narik boneka kelinci yang tak sengaja diduduki Lucas. Bukannya langsung diberikan,Lucas malah punya niatan buat ngerjain ini makhluk.

"Ambil aja kalo Lo bisa" tantang Lucas sambil ketawa mengejek si bayi.

Resha yang sebal langsung memukul wajah Lucas lalu kembali berusaha menarik-narik bonekanya dengan susah payah.

"Ih ! Yepas ! Nti ati !!!!"

"Lah, boneka Lo emang mati "

"Hiiiii ! Eca duin Bang nih!"

"Idih ngancem,*

"Bilang yang baik dulu, Bang Lucas, Resha minta bonekanya dong, gitu" suruh Lucas.

Menyadarinya dirinya diperintah Lucas,emosi Resha makin meledak-ledak. Teriakan melengking segera keluar dari mulutnya . "Bilang dulu"

"Cas njing!"

"HEH !!!"

Sontak mereka langsung tertegun bahkan Alan yang sedang memakan keripik kaca , gusi nya langsung tertusuk begitu saja.

"Paan si ribut-ribut Lo pada!" kesal Gibran yang baru turun dari lantai dua. Cowok itu langsung duduk disamping Lucas yang mana pasti lihat muka merah nya si bayi yang lagi marah.

"Adik Lo, ngumpat " bisik Lucas masih dalam mode terkejut nya.

"Hah?" beo Gibran.

"Serius gue"

"Bang..." Resha berusaha naik ke atas pangkuan si Abang, Untung aja si Gibran langsung bantuin naiknya.

"Lo main dimana,Sha ?! Berasa mandi tanah Lo" komen Gibran .

Saat Gibran teriak-teriak,maka disitulah Resha tertawa. Bayi itu bahkan lupa dengan boneka pemberian Sena yang masih diduduki Lucas dengan nyamannya.

"Eca di jat hon ! Api nda Ica"

"Astaghfirullah, pohon apa yang lo panjat hahh" greget Gibran tuh,

"Hon yapa"

"Heh! Kalau Lo kejatuhan kelapa nya gimana coba?! Nih anak emang hihhhh"

"Noo, paya Eca wat !"

"Sekuat apapun kepala Lo,kalau lawan lo udah kelapa ya gak usah berharap, Sha"

Resha menatap Gibran polos. Btw untuk anak berusia 3 tahun, bahasa itu cukup sulit dimengerti.

"Eca nda ham"

"Hhh,udahlah. Mandiin grandma aja. Padahal baru aja mandi" gerutu Gibran.

"Eca au koyah" pinta si bayi sambil menatap Gibran. Sedangkan yang ditatap tampak memperhatikan Umay yang sedang memberikan tausiyah pada Lucas.

Umay paling religius, Lucas paling aneh, Alan paling cerewet dan Gibran paling sangar tapi Resha yang paling berkuasa. Ingat itu !

"Lo tuh kalau makan jangan sambil ngomong"

"Iya-iya"

"Berdoa dulu, kalau nggak berdoa,makanan Lo gak berkah "

"Njih"

"Bagus-bagus"

Ketika sedang asyik-asyiknya goleran sambil nonton dan makan, tiba-tiba Alan mengatakan sesuatu yang ia rasa cukup penting untuk untuk diketahui ataupun dibahas saat ini.

"Gibran, gue rasa musuh Lo si Geon,tahu sesuatu soal Resha" ucap Alan sambil menatap Resha yang duduk dalam bak truk mainannya yang besar. Sesekali bayi itu bergerak,sehingga truk yang ia duduki akan berjalan.

Gibran hanya mengangguk-angguk paham. Wajahnya terlihat tenang tanpa ada rasa takut ataupun khawatir. Berbeda dengan ketiga temannya yang malah khawatir.b

"Lo gak khawatir? Gimana kalau si Geon jadiin Resha umpan . Secara yang Lo punya dan berarti buat Lo itu Resha " ucap Umay bingung.

Gibran tersenyum miring. Memang,ia tak banyak bicara jika tengah bersama orang lain,bahkan jika mereka adalah anggota inti Alvares sekalipun. Gibran itu jutek nya bukan main.

"Dia gak tahu apa-apa tentang Resha" ucap Gibran dingin.    

"Dia tahu" ucap Alan sekali lagi. Biarpun ia suka kesal karena Resha nakalnya bukan main, tapi kalau bayi itu berada dalam bahaya, ia juga tidak akan rela.

"Bener kata Alan. Jangan lupa,Geon udah musuh bebuyutan sama kita. Jadi mungkin aja dia bakal balas dendam lewat si Resha" ucap Umay meyakinkan.

Gibran tersenyum miring, ia menjawab "Apa Lo semua gak heran,kenapa sekarang gue pede bawa Resha keluar ?*

Ketiga anggota inti Alvares itu menggeleng tak tahu. Melihat hal itu Gibran makin tersenyum puas. "Karena gue yakin, dia aman"

Lucas mendengus, "apa buktinya emang? Lagian Geon tuh bisa ngelakuin apa aja buat nyingkirin musuhnya"

"Lihat aja nanti, intinya mereka gak akan bisa macam-macam lewat Resha sekalipun."

Gibran dan Geon sudah menjadi musuh sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama. Awalnya mereka adalah teman dekat tapi entah apa yang terjadi, kini keduanya berubah menjadi musuh.

...

GIRESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang