40. Alvares

1.6K 392 14
                                    


"Eh,Gibran itu ketua Alvares keberapa,anjir ? Gue lupa" tanya Lucas sambil berbisik ke Zafran.

Zafran mencebik kesal,"Tiga,bego!"

Lucas mengangguk paham. Ia melirik kanan kiri untuk memastikan jika hanya ada dirinya dan Zafran saja di markas ini. Merasa aman Lucas kembali bertanya.

"Yang pertama kan bokap nya Gibran,nah yang kedua siapa,anjir?" bisik Lucas.

"Nah itu dia,gue juga gak tahu. Mungkin adik bokap nya Gibran kali" tebak Zafran.

Memang,setelah Ayah Gibran menikah,ia memutuskan untuk menyerahkan jabatannya kepada seseorang sebelum Gibran.
Permasalahannya adalah, anggota Alvares saat ini banyak yang tidak mengetahui siapa ketua kedua tersebut.

"Gue ada pertanyaan nih" ujar Lucas dan Zafran terlihat menunggu pertanyaan itu.

"Siapa ketua setelah Gibran? Anaknya Gibran atau Resha?"

Zafran terdiam. Ia juga tidak bisa menebak sama sekali tentang pertanyaan satu ini.

"Nah kan...Gibran tuh bakal nikah bro, jadi, abis dia nikah,dia bakal nyerahin posisinya atau enggak? Atau dia bakal serahin ke anaknya langsung?" Zafran terdiam.

"Biarpun Gibran sama Resha sedeket ini,tapi mereka itu cuman saudara. Mereka bakal tetep berpisah dan punya keluarga sendiri-sendiri. Bisa jadi akhirnya mereka saingan,ya kan? Hubungan kakak adik beda sama ayah anak" lanjut Lucas.

Zafran mengangguk tapi kemudian ia memukul kepala Lucas menggunakannya topi yang ia pakai. "Gak usah ngurusin urusan mereka! Kita itu fokus aja ke Alvares dan keselamatan Resha !" ketus Zafran kemudian beranjak untuk mengambilnya gitar.

...

"Gibran ! Mau sampai kapan sih kamu benci sama aku? Kamu tahu sendiri kan kalau aku sayang banget sama kamu?" tanya Abel dengan nada yang dilembutkan pada Gibran.

Cowok dingin itu hanya diam sambil terus memainkannya handphonenya sementara Abel masih terus gencar merayu Gibran.

"Kamu benci sama aku gara-gara Papa aku ya? Please deh,itu kan masalahmu sama Papa bukan sama aku,jadi kamu gak bisa dong seenaknya benci sama aku?" ujar Abel lagi.

Kali ini Gibran muak. Ia berdiri dari tempat duduknya dan menatap tajam Abel. Kedua tangan cowok itu mengepal. Umay dan Alan buru-buru memberi kode pada Abel untuk pergi dari hadapan Gibran tapi Abel acuh.

"Gibran,kamu lagi ada masalah ya? Kamu bisa kok berbagai sama aku"

"Berhenti ngomong atau gue sobek mulut Lo" ujar Gibran penuh penekanan membuat Abel sedikit takut.

"Ih ! Gibran kok gitu sih?!" Abel menghentakkan kakinya dengan sok imutnya.

Baru saja Gibran hendak melangkah pergi, dering telepon mengganggunya, tapi cowok itu mengangkat panggilan itu.

"Ya,Selamat siang"

"Ini saya wali kelas 1-A. Maaf menganggu. Mas kakak nya Resha Leonandra?"

"Benar"

"Mas bisa ke sini? Resha menangis dan tidak bisa kami tenangkan dia-

"Saya kesana"

Tanpa banyak bicara Gibran langsung pergi dari area kantin diikuti oleh Umay dan Alan.
Tujuannya jelas sekolah dasar tempat Resha bersekolah.

...

"Udah Jean ! Udah ! Kamu jangan keterlaluan ya! Nanti Ibu laporkan kamu ke orang tua ,mau?!"

"Gak bisa Bu! Dia udah nakalin Resha ! Aku gak ikhlas!" teriak Jean nyolot.

Guru kelas 1-A dibantu oleh beberapa guru lain mengamankan Jean yang masih terus emosi dan ingin memukul Riko,salah satu siswa kelas tiga.

Jangan heran, biarpun lawan kelas tiga,Jean juga masih unggul. Tenaga bocah itu memang tenaga super. Buktinya ia bisa mengalahkan anak-anak kelas tiga yang menjahili Resha hingga bocah itu menangis tak karuan.

Sementara itu di dalam kelas ada Resha yang dikelilingi oleh anak-anak kelasnya . Mereka penasaran dengan teman mungil mereka yang selalu dikenal pecicilan itu.

"Resha ? Jangan nangis ya, Bang Gibran bentar lagi nyampe sini,kan tadi Bu Guru udah nelfon" ujar Sena menenangkan.

"Eca nda mau sekolah!" teriak Resha sambil menarik-narik tangan Sena.

"Sstt...Resha jangan nangis lagi, kan tadi yang nakal sama Resha udah dimarahin Bu guru. Udah dipukul juga sama Jean,kan?"

"Eca nda suka sekolah,Nana ! Eca nda sukaaaaa !!! Pulang !!!"

"Resha..."

Resha buru-buru menoleh ke suara yang baru ia dengar,itu suara Abangnya. Dengan segera bocah itu berlari menghampiri Gibran.
"Hei, kenapa nangis?" tanya Gibran lirih dan lembut.

"Pulang"

"Ayo, Sena ikut Resha pulang ya," ajak Gibran dan tanpa banyak berpikir Sena mengangguk setuju.

Kata guru yang sempat ditanya oleh Alan katanya Resha menantang anak kelas tiga dan berakhir kalah,tapi Gibran tidak percaya. Ia bisa tahu semuanya dari Resha dan Sena.

...

"Kenapa Resha berantem?" tanya Gibran pada Sena, sedeket cowok itu melirik ke arah Resha yang sudah tertidur pulas.

"Gini Bang, tadi kan kelas aku olahraga dan kelas Resha istirahat. Pas itu Resha sendirian. Ada temenku yang namanya Henza sama Riko. Mereka deketin Resha terus kayak ngomong sesuatu."

"Terus?"

"Pas itu aku gak bisa ngedeket karena aku mau siap-siap buat penilaiannya lari. Pas aku lirik mereka kayak ketawa ketawa dan Resha kelihatan marah, abis itu aku gak tahu karena aku harus penilaian. Pas aku selesai si Resha udah nangis gara-gara dipukul sama Riko"

Gibran menganggap paham. "Ya udah,Lo bisa pulang kerumah."

"Oke bang! Abis Maghrib aku mau kesini,boleh?"

"Gak. Lo harus siap-siap, gue tahu nyokap Lo mau jenguk nenek Lo" jawab Gibran.

"Ya udah deh,aku pulang ya Bang! Oh ya,ini botol susu nya Resha tadi sempat di ambil Henza"

"Hm,ya"

...

GIRESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang