37. Gibran dan Resha, Sama

2.1K 496 39
                                    


"Di bilangin bandel sih ! kalau gini siapa yang sakit ? Elu kan? Siapa yang nangis ? Elu juga !
Siapa yang susah ? Gue ! Gue kan udah bilang berkali-kali gak usah mainan ayam ! Kalau mau pegang, bilang sama gue!" omel Gavin.

"Udah sih ! Gak usah dimarahin sampe segitunya! Resha juga udah minta maaf!" ketus Geon sambil melirik sinis ke arah kembarannya.
Sedangkan Resha hanya terdiam sambil menatap kedua lututnya yang barusan di perban.

Karena ini hari Minggu dan Geon gabut, cowok itu berinisiatif untuk membawa Resha ke rumahnya dan ternyata Gibran mengizinkannya karena cowok itu lagi sibuk.

Resha sih mau-mau aja lagian dia diiming-imingi mau di kasih anak ayam,jadi itu bocil langsung mau.

Pas sampai, kejadiannya juga sama dengan 3 tahun yang lalu, Resha ngambil ayam,dikejar induknya dan berakhir jatuh terjerembab.
Dan, lututnya berdarah.

Geon sebenarnya kelewat jengkel dengan Gavin yang ngomel ngomel tapi dia juga gak bisa nyeplos ngomong kasar begitu aja,karena kalau sampai iya, bisa dipastikan Resha bakal langsung niru.

"Ah udahlah ! Dasar bocah bandel!" Gavin keluar pergi dan masuk ke kamarnya, meninggalkan Geon dan Resha yang masih di ruang tengah.

"Masih sakit,Mol?" tanya Geon.

Muka Resha masih merah karena nahan sakit, ia juga berulang kali meringis kesakitan ketika menggerakkan kakinya.

"Sakit lah!"

"Ke dokter aja yuk, daripada abis ini gue yang ke dokter ye kan?" ujar Geon seraya menepuk jidatnya sendiri.

Itu ketua Zhero lupa kalau Resha punya banteng yang pasti bentar lagi ngamuk kalau bocil kematian kesayangan pulang-pulang bawa luka luka gini.

"Eh,Mol. Di rumah Lo ada siapa sih? Kayaknya gue tadi ngelihat ada orang deh di kebun depan rumah Lo"

"Nda tau,Abang bilang Eca nda boleh dekat-dekat dia" jawab Resha.

Ya,yang Geon maksud adalah Kevin tentunya.

"Dia saudara Lo?"

"Nda tauuu!"

"Masih sakit banget ya,Mol?" tanya Geon lembut sambil meniup lutut si bocil yang udah terbalut perban.

"Sakit sih,tapi Abang bilang Eca nda boleh nangis di depan orang lain, bolehnya cuman di depan Abang"

Geon mengangguk angguk paham . Pantas aja tadi Resha nangis tapi cuman senggukan. Ya lagian kan sakit apalagi buat anak kecil seusia Resha.

"Mau es krim? Atau mau jajan apa? Gue beliin deh, biar gak sakit lagi" rayu Geon.

Batin Resha tertawa, satu sisi bocil itu ingin memoroti uang Geon tapi satu sisi, kakinya yang sakit menolak semua itu. Jadi, "Eca mau susu"

"Gue buatin dulu ya-

"Eca minum nya pake dot"

"Hah? Lo masih ngedot?" tanya Geon kaget, soalnya selain Resha udah cukup besar, selama ini Geon gak pernah lihat Resha ngedot.

"Itu kan rahasia Eca!"

"Kalau rahasia kenapa gue di kasih tahu?!"

"Eca mau minum susu!"

"Tapi Mol,gue gak ada dot. Pake corong merah aja gimana?"

Resha merengut jengkel. Tangannya terkepal dan memukul pahanya sendiri, "katanya boleh minta !!"

"Ya Lo logika aja,Mol. Di rumah ini isinya cuman gue sama Gavin,ya kali ada dot di sini" geram si Geon.

Btw Geon sebenarnya agak bersyukur sekarang, soalnya Resha lagi gak nakal. Soalnya kan kakinya sedang sakit. Coba aja kalau lagi sehat, pasti Geon bakal di pukulin kalau gak ya di tendangin.

Ting tong !

"Eh bentar Mol,ada orang"

"Ikut"

Geon mencebik,tapi dia tetep gendong si bocil dengan hati-hati dan segera bukain pintu.

Ceklek

"Bran..." Geon menatap Gibran yang berdiri di depannya kaget. Bukan kaget karena takut tapi kaget yang sesungguhnya. Pasalnya,rival nya itu tampak kacau, wajahnya penuh luka dan juga tercium bau darah.

"Masuk,Bran"

Gibran masuk dan segera mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu .

"Lo kenapa bisa gini? Tawuran Lo?" tanya Geon. Seingat Geon,Alvares tidak punya musuh yang menakutkan kecuali geng nya sendiri.

"Gak."

"Terus? Lo babak belur gini? Kecelakaan?"

"Cuman ngurusin tikus" jawab Gibran acuh.

"Abang ko malah mainan tik-

"Lutut Lo kenapa?!!" Resha berjenggit kaget ketika Gibran tiba-tiba berteriak.

"Sorry Bran,dia jatuh." ujar Geon.

Gibran mengusak rambutnya kasar, terlihat sedikit lebih tenang dari biasanya. Hal ini jelas membuat Geon heran. Padahal ia sudah siap kalau mau dipukul si Gibran.

"Sini Abang pangku" Gibran mengulurkan tangannya pada Resha, berniat mengangkatnya.
Tapi si bocil menggeleng,"Abang sakit,ntar kena Eca jadi makin sakit"

Geon tampak terharu, cowok itu rada gak nyangka aja kalau Resha yang ia tahu bocil paling nakal dan paling gak mau dibantah itu ternyata perhatian banget sama abangnya yang spek setan.

Karena pada dasarnya Resha emang mau ikut Gibran, akhirnya itu bocil dipangku sama Gibran . Karena kakinya emang lagi sakit dan gak bisa ditahan, begitu sampai di pangkuan Gibran,Resha langsung nangis kejer.

"Lo gak mukulin gue karena gak bisa jaga adik Lo?" tanya Geon heran.

"Buat apa? Kalau tadi Resha ikut gue, keadaannya bakal makin parah dari ini."

Geon masih dalam kekagetannya, sedangkan si Gibran tampak tenang sambil mengusap usap punggung Resha, biasanya ini bocah bakal langsung ketiduran.

"Luka kayak gini sebenarnya belum apa-apa buat Resha,cuman kalau di depan gue,manjanya gak bisa ilang" ujar Gibran semakin membuat Geon kaget . "Dan,itu emang gue yang mau" lanjut Gibran.

"Maksud Lo?" tanya Geon.

Gibran terkekeh sinis, "Lo lupa Resha siapa? Dia adik gue,ketua Alvares. Se-lucu dan se-polos apapun Resha,dia punya darah yang sama dengan darah gue,dia gak selemah yang Lo kira"

GIRESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang