3. Keraguan

3.3K 330 49
                                    

Mohon baca writer's note di bawah
꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡

***

Helia sudah menerima kenyataan bahwa waktu terulang sebanyak enam belas tahun. Kini, alih-alih 23 tahun, usianya adalah tujuh. Dia adalah gadis mungil sekarang.

Helia berusia tujuh tahun adalah gadis kecil yang tengah gencar-gencarnya mencari kasih sayang ayahnya dengan berbagai cara. Misalnya, dengan menyakiti dirinya sendiri atau berbuat onar. Helia melakukannya untuk mendapatkan perhatian Holland, yang tentu saja tidak pernah didapatkan oleh Helia. Dibandingkan dengan menghampiri Helia secara langsung, Holland malah mengutus Miel, pelayan pribadinya, untuk mengatasi segala kekacauan yang Helia perbuat.

Helia menangis keras dan berteriak tidak terima ketika Miel yang muncul di hadapannya. Membutuhkan waktu yang lama untuk membuat Helia kembali tenang.

Kini, Helia berpikiran bahwa perilakunya dulu sangat kekanakan. Begitu kekanakan hingga Helia merasa bersyukur bahwa waktu telah terulang, sehingga dia bisa menghindari perilaku negatif seperti itu.

Saat ini, Mary tengah merias Helia dengan sangat anggun. Meski usianya tujuh, Helia tetap mempertahankan aura keanggunannya alih-alih manis seperti anak-anak yang lain.

"Nona sangat cantik," kata Mary sambil melihat refleksi Helia di cermin rias.

"Ini semua karenamu, Mary," balas Helia dengan senyuman lembut di bibirnya.

"Terima kasih, Nona Muda."

Mary puas terhadap kerja kerasnya.

"Kalau begitu, apa Nona ingin mengunjungi Tuan Duke sekarang?" tanya Mary.

Helia mengerutkan dahinya atas pertanyaan Mary. "Mengunjungi Ayah? Untuk apa?"

"Bukankah Nona Muda akan mengunjungi Tuan Duke setiap pagi untuk melakukan salam pagi?"

Ah, Helia memang sering melakukan hal tersebut setiap hari ketika dia masih kecil. Namun, Holland tetap tidak pernah melirik Helia sedikit pun dan itu menyakiti Helia. Hatinya selalu terasa perih, ada sesuatu yang terluka di dalam rongga dadanya, tetapi Helia buta. Dia buta dan terus melakukan hal yang sama untuk mendapatkan luka yang sama.

Helia memberikan salam pada Holland setiap pagi dengan postur tubuh yang sempurna. Guru etiketnya saja mengagumi Helia dan mengatakan bahwa Helia adalah gadis yang berbakat. Hanya Holland saja yang mengabaikan Helia dan menganggap bahwa gadis itu hanya membuang-buang waktunya saja.

Helia mengakuinya, tetapi dia benar-benar menginginkan perhatian ayahnya. Dia benar-benar menginginkan mata merah itu memandangnya dengan penuh rasa bangga. Bangga bahwa Helia adalah putrinya; bangga bahwa Helia adalah sosok yang menakjubkan; bangga bahwa Helia adalah gadis muda yang berbakat; bangga bahwa Helia merupakan keturunan Floral; bangga bahwa Helia dapat menguasai setiap subjek yang dia pelajari; bangga bahwa Helia memiliki hati yang teguh; bangga bahwa Helia adalah Helia.

"Nona Muda?"

Helia takut. Bagaimana jika Holland mengabaikannya lagi? Bagaimana jika Holland mengusir Helia dari ruang kerjanya seperti ribuan kali dalam beberapa tahun seperti kehidupan Helia sebelumnya? Bagaimana jika Holland makin membencinya? Bagaimana jika-

"Nona Muda!"

Helia tersentak.

"Ada apa, Nona?"

"Ya?"

Helia menatap Mary, tetapi anehnya pandangannya memburam. Dia tidak dapat melihat Mary dengan jelas. Pelupuk matanya berat, seolah ada sesuatu di sana yang menghalangi visinya untuk bekerja secara maksimal.

END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang