46. Rantai

555 62 13
                                    

Tujuh hari.

Tujuh hari adalah hari yang berlalu semenjak Helia dinyatakan hilang. Selama tujuh hari tanpa hasil, Holland dan Demian dibuat frustrasi. Rasanya, nyawa mereka seakan ikut terenggut karena rasa gelisah yang tak tertahankan.

Kehilangan sosok yang mereka cintai itu sangat berat. Tidak pernah terbayangkan, bahwa Helia akan hilang selama itu, tanpa kabar, tanpa jejak, tanpa tanda, seakan Helia memang tidak pernah terlahir ke dunia ini, seakan nama Helia Scarlett Floral hanyalah nama ilusi dengan sosok imajinasi.

Semakin hari berlalu, wajah dari kedua Floral yang tersisa terlihat luyu, ekspresi hancurnya pun begitu kentara. Setiap inci dalam rongga dada, kerap kali meneriakkan betapa pedihnya hati mereka karena tak dapat melindungi Helia, terdapat sensasi kosong yang tak dapat dijabarkan oleh kata.

Sementara itu, Casterius telah memulihkan diri dari luka-luka kecil. Di sana, dia membantu pencarian Helia, dibantu oleh para ksatria Keehls. Namun tetap saja, usaha mereka tak pernah membuahkan hasil.

Ketiganya pun ditenggelamkan dalam rawa duka yang dalam, hingga menarik napas malah seolah memberikan ilusi bahwa mereka tengah mencekik leher mereka dengan tangan sendiri.

***

Helia terbelenggu oleh rantai tak kasat mata.

Dibandingkan dengan harus dirantai oleh baja dan dicengkeram oleh besi, belenggu tak kasat mata lebih pedih rasanya. Rasa takut, rasa gelisah, rasa sedih, rasa marah, segala macam emosi tercampur aduk dalam benak dan dada Helia hingga gadis itu merasa mual.

Allan yang Helia kenali telah lenyap, berubah menjadi sosok asing penuh obsesi yang membuat Helia dipaksa terlelap dalam hari-hari penuh siksa, tak dapat lepas, apalagi lari.

Kamar di mana Helia menetap adalah kamar yang sama kala Helia pertama kali membuka matanya di sini. Itu adalah kamar penuh trauma, saat Helia terbangun dan menyadari bahwa Allan menatap Helia dengan tatapan itu, di mana Allan memaksakan kehendaknya pada Helia, di mana Allan kerap kali membawa Helia ke dalam kubangan duka tak terhingga, di mana Allan tak lagi peduli dengan rasa takut Helia apabila Allan akhirnya bisa bersanding di sisi Helia.

Selama tujuh hari terakhir, Allan memang tidak menyentuh Helia lebih jauh lagi. Memang sentuhan fisik seperti rangkulan atau pelukan adalah hal yang wajib dilakukan tiap jamnya, Helia sudah mulai terbiasa, tetapi rasa takutnya menetap sehingga setiap kali kulit Helia bersentuhan dengan milik Allan, itu terasa mengerikan.

Helia tidak pernah keluar dari ruangan ini. Pintu dan jendelanya selalu terkunci. Makanan akan tetap datang, dibawakan oleh para pelayan. Kamar mandi berada di dalam kamarnya. Pakaian cantik seperti gaun dan kebutuhan wanita untuk bersolek tersedia, sehingga Helia tidak pernah diberikan kesempatan untuk keluar dari sini.

Namun tetap saja, walaupun terdapat puluhan gaun cantik mewah yang dibuat oleh butik ternama dalam lemarinya, produk kecantikan mahal di atas meja riasnya, sepatu cantik yang bahkan terbuat dari permata, ataupun makanan mewah yang dihidangkan, Helia tak sudi menyentuhnya.

Helia makan, jika dia dipaksa makan. Allan akan menyuapinya, dan Helia mulai muak sehingga dia mulai makan dengan keinginan sendiri.

Para pelayan membantu Helia untuk mandi setiap hari, dua kali dalam satu hari, tetapi Helia lebih memilih gaun lusuh berwarna putih dibandingkan gaun mewah lainnya.

Allan akan datang ke kamar ini tiap jamnya, seolah dia tak memiliki pekerjaan, seolah Teratia tengah tak membutuhkan peran seorang raja. Di sana, Allan akan duduk di sisi Helia, merengkuh pinggang Helia secara paksa, dan memaksa Helia untuk bercerita.

Selamanya itu abadi. Helia enggan bersanding dengan Allan dalam keabadian yang mematikan, muak sekali rasanya sehingga Helia lebih banyak termenung daripada bicara. Helia lebih banyak memandang kosong daripada harus memperlihatkan sorot cerahnya. Helia lebih banyak murung dibandingkan tersenyum.

END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang