12. Kompetisi

1.6K 164 33
                                    

Ibu kota terlihat lebih ramai hari ini. Itu karena hari ini merupakan hari diadakannya kompetisi berpedang.

Kompetisi itu bisa diikuti oleh semua kalangan tanpa terkecuali. Tak peduli bangsawan atau rakyat biasa. Asalkan mereka memiliki pedang dan tahu cara bertarung, mereka bisa mendaftar.

Sebab itulah, Helia dan Casterius menyusuri jalanan yang ramai dengan pakaian khas rakyat biasa, tetapi tetap mengenakan jubah cokelat yang tudungnya sengaja dilepaskan. Lagipula, tidak akan ada yang mengenali keduanya jika langsung menilik betapa sederhana pakaian yang dikenakan.

"Terlalu ramai, ya, Nona Muda?" tanya Casterius ketika keduanya kesulitan melewati kerumunan yang mengelilingi stan penjualan.

"Mau bagaimana lagi? Festival mengambil kesempatan untuk digelar ketika kompetisi berpedang diadakan. Jadi, jalanan lebih ramai daripada biasanya," balas Helia.

Casterius mengembuskan napas. "Apakah seluruh orang di Teratia datang ke ibu kota? Rasanya, ibu kota yang ramai kelihatan lebih ramai dari biasanya."

Helia terkekeh. "Bisa jadi. Sebab, kompetisi berpedang ini sangat penting bagi kalangan biasa. Orang-orang dari kompetisi yang menarik perhatian akan mendapatkan rekomendasi untuk pekerjaan tetap. Entah untuk menjaga istana, mengawal keluarga kerajaan atau bangsawan, pun bisa masuk ke dalam kelompok prajurit. Makanya, banyak orang yang berlomba-lomba untuk mengikuti kompetisi ini meskipun mereka berasal dari wilayah yang jauh. Alasannya untuk memperjuangkan kehidupan dan masa depan yang cerah."

Kerajaan Teratia sebelum revolusi bisa dikatakan berada di ambang kehancuran. Banyak rakyat yang menderita dan serba kekurangan dalam segi finansial. Oleh sebab itulah, diadakan kompetensi berpedang untuk mencari bakat dan potensi yang dapat membantu kelangsungan hidup mereka.

Jika seseorang mendapatkan pekerjaan tetap karena mendapat rekomendasi dari kompetisi, maka mereka bisa mengucapkan selamat tinggal pada kemalangan dan garis takdir yang tak diinginkan dari kehidupan mereka. Namun, bisa saja mereka tetap berada dalam kemalangan jikalau mendapatkan pekerjaan dengan majikan yang buruk.

"Ho? Nona Muda Helia tahu banyak, ya?" ujar Casterius dengan seringaian kecil di bibir.

Helia mengangkat alis, ditiliknya anak laki-laki di sampingnya sekilas. "Benarkah? Bukankah seharusnya Tuan Muda Casterius-lah yang mengetahui lebih banyak mengenai hal ini? Itu karena Tuan Muda memiliki mata di mana-mana."

Casterius terkekeh kecil. "Kamu benar sekali. Aku memiliki mata di mana-mana. Akan tetapi, aku bisa saja mendengar ulang seluruh reka informasi dari bibirmu tanpa bosan, Nona Muda Helia."

"Hah?" Helia terpaku selayaknya orang bodoh. "Siapa? Aku?"

Casterius mengalunkan tawa. "Benar, itu kamu, Nona Muda Helia. Mendengar suaramu rasanya candu sekali di telingaku. Seperti mendengar musik orkestra yang merdu."

"Tuan Muda ini bicara apa?" Helia mengerutkan dahi. Dia merasa aneh ketika anak laki-laki berusia sepuluh tahun malah berusaha untuk menggombalinya. Apakah ini juga merupakan cara Casterius menggaet semua nona muda ke rengkuhannya di masa lalu?

"Itu adalah sanjungan, Nona Muda." Casterius mengembuskan napas. "Sepertinya, kamu tidak mengerti sama sekali di mana letak sanjunganku, ya?"

"Eh? Jika kamu menyanjungku sedemikian rupa, kamu terasa seolah tengah menggodaku."

Casterius menghentikan langkahnya, membuat langkah Helia ikut-ikutan terhenti.

"Tuan Muda Casterius?"

Casterius menatap Helia dengan tatapan dalam. "Dari mana kamu mendengar itu? Menggoda? Gadis tujuh tahun mana yang mengerti arti dari kata menggoda?"

Helia tersentak. Apakah dia melakukan hal yang salah? Tentu Helia bisa tahu arti dari kata sederhana itu karena jiwa di dalam tubuh Helia sudah dewasa.

END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang