5. Sebuah Ramalan

2.7K 274 28
                                    

Helia menantang nyawa.

Tidak, lebih tepatnya adalah bertaruh. Ini adalah pertaruhan di mana Helia bertaruh pada keselamatan nyawanya.

Mungkin Holland akan memarahi Helia nanti, tapi itu urusan belakangan. Sekarang, Helia cuma ingin bersenang-senang setelah dia terkurung di kediamannya atas rasa posesif berlebihan milik Holland.

"Jangan lepaskan tangan Kakak," kata Demian, lalu mengeratkan pegangan tangannya di jemari Helia.

Anak laki-laki itu mengenakan jubah cokelat yang begitu kontras dengan rakyat jelata lainnya, begitu pula Helia. Keduanya melakukan yang terbaik untuk menyamar sebagai rakyat biasa.

Untuk berjalan-jalan di festival ulang tahun kerajaan bukanlah kejahatan. Bukannya keduanya juga tidak perlu benar-benar bersembunyi karena orang lain tidak memedulikan kakak dan adik itu. Hanya saja, iris mata merah adalah hal yang langka yang hanya dimiliki oleh bangsawan. Dan bangsawan itu adalah Floral. Jika mereka tertangkap karena mata merah mereka, maka keduanya akan tamat.

Kedua mata Helia berbinar. Meski sudah mengunjungi festival di ibu kota selama beberapa kali, Helia tetap tidak bisa menghentikan perasaan berdebar di dalam hatinya.

Ini menakjubkan.

Festival di alun-alun ibu kota terlihat begitu meriah dan terang. Keceriaan mendominasi, benar-benar hanya ada kebahagiaan yang tersisa dalam sebuah festival. Lentera demi lentera menyala dengan sepenuh hati di berbagai sudut, menambah kesan kehidupan di dalamnya. Gelak tawa anak-anak membara, bermain, saling berkejaran. Para penjual yang mengasongkan barang dagangan mereka dengan suara sekeras mungkin, seolah menghabiskan suara mereka di sini merupakan pilihan yang tepat.

Suasana festival yang familier, tetapi Helia merasakan ratusan kenangan di dalamnya yang menyatu.

Kenangan ketika Helia mengunjungi festival secara diam-diam dengan Allan. Menghabiskan tawa dan canda di saat yang bersamaan, meluruhkan penjagaan keduanya dan hanya bersenang-senang. Mau bagaimanapun, Allan selalu ada di dalam kehidupan Helia. Allan begitu mendominasi Helia.

Namun, lupakan soal itu. Helia datang ke festival secara diam-diam dan tidak memberi tahu Holland terlebih dahulu untuk mencari sebuah kesenangan bersama Demian. Helia tidak bisa menghancurkan acara ini.

"Tentu saja tidak akan, Kakak," balas Helia dengan ceria.

Demian tersenyum kecil begitu melihat binaran antusias di kedua mata adiknya.

"Kalau begitu, mau melihat-lihat?"

"Tentu!"

Keduanya lalu berkeliling festival dan membeli makanan di stan-stan yang ramai. Lalu, memainkan permainan untuk mendapatkan boneka sebagai hadiah. Namun, baik Demian dan Helia tidak mendapatkan hadiahnya dan hanya kehabisan koin perak.

"Mereka pasti curang," kata Helia dengan kesal.

"Yah, kita tidak bisa menyalahkan mereka. Kehidupan sebagai rakyat biasa dengan gaji minimum pasti sulit, jadi mereka mengambil uang orang lain dengan hal ini untuk bertahan hidup."

Helia menggigit bibir ketika mendengarnya.

Itu benar, ini adalah masa pemerintahan Raja Louise. Di mana pemerintah Raja Louise sangatlah buruk dibandingkan pemerintah Raja Allan.

Helia ingat ketika pertama kali dia mengeksplor Kerajaan Teratia bersama dengan Allan untuk yang pertama kalinya, keadaan rakyat biasa sama sekali tidak dikatakan baik.

Jangankan rakyat biasa, para pekerja di istana saja tidak mendapatkan gaji dengan semestinya karena Permaisuri dan dua putrinya menghamburkan banyak uang.

END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang