"Maafkan Ayah, Helia."
Helia yang tengah menyesap tehnya dengan anggun mengangkat kepalanya perlahan untuk melihat Holland.
"Apa Ayah berbuat salah padaku?" tanya Helia dengan senyuman di bibir.
Holland menggelengkan kepalanya perlahan. "Itu hanya .... Ayah tidak bisa lagi meluangkan waktu Ayah denganmu, Helia. Pekerjaan Ayah bertambah dan Ayah jadi selalu sibuk."
"Itu bukan masalah yang besar, Ayah. Meski Ayah tidak ada di sini dan Ayah masih mengingatku saja, aku merasa bahwa itu sudah cukup."
Helia perlahan mengobservasi figur ayahnya. Holland masih sama tampannya. Pakaiannya masih rapi dan rambutnya yang lembut masih ditata dengan baik. Akan tetapi, wajahnya menunjukkan sorot kelelahan. Di matanya yang sewarna ruby, terpancar kelelahan yang nyata. Kemudian, ada juga kantung mata yang makin menebal.
Helia mana mungkin memaksa ayahnya untuk meluangkan waktu dengannya jika Holland berada dalam kondisi yang buruk.
Dan Helia mau tidak mau jadi tahu apa yang tengah terjadi pada Holland saat ini. Di Kerajaan Teratia saat ini, kerajaan hampir bangkrut karena sistem pemerintahan yang buruk, dan tentu saja hal tersebut membuat banyak pekerja pemerintahan, termasuk bangsawan, harus menekan diri dengan lebih banyak bekerja untuk kembali menstabilkan perekonomian.
Untung saja, krisis tersebut mampu berlalu ketika enam bulan telah dilewati. Jadi, Helia merasa bahwa Helia tidak perlu ikut campur dalam masalah ini dan menikmati masa mudanya yang Helia habiskan dengan sia-sia.
"Terima kasih telah memahamiku, Helia. Kamu putri yang baik." Holland tersenyum lembut, tetapi sorotnya tetap terlihat lelah.
Helia jadi merasa kasihan. Apa Helia perlu membantu sedikit? Ah, tidak usah. Hal itu hanya akan merepotkan tubuh Helia yang mungil.
"Tidak apa-apa, Ayah. Tentu saja aku harus mengerti kondisi Ayah. Lagipula, aku masih memiliki Kakak dan Tuan Muda Casterius di sisiku."
Kala Helia menyebutkan nama Casterius dari bibirnya, Holland menyipitkan matanya tidak suka. Namun, Holland tidak bisa melakukan apa pun setelah melihat betapa Helia merasa nyaman dengan Casterius di sisinya.
"Apakah Tuan Muda itu memperlakukanmu dengan baik?" tanya Holland. Jemarinya meraih cangkir teh di atas meja, meneguk isinya perlahan. Kehangatan langsung menyebar di lehernya dan Holland merasa kelelahannya sedikit menyusut.
"Tuan Muda Casterius memperlakukanku dengan sangat baik. Oh iya, Ayah. Bagaimana jika aku berkunjung ke duchy Keehls?"
Sorot Holland langsung menajam. "Kenapa?"
"Mungkin karena akhir-akhir ini, Tuan Muda Casterius selalu menceritakan mengenai aku pada Duchess. Duchess jadi tertarik dan memintaku untuk berkunjung."
"Itu berbahaya." Holland menggeram.
Helia mengerjap. "Berbahaya? Mengapa itu berbahaya, Ayah? Bukankah Floral dan Keehls memiliki hubungan yang baik satu sama lain? Tentu saja Keehls tidak akan melakukan apa pun terhadapku, kan, Ayah?"
Holland mengerang kecil. Bagaimana bisa putrinya sepolos itu. Holland jadi ragu apakah Helia benar-benar memutar waktunya sama seperti Holland memutar waktu ke masa lalu atau tidak. Sebab, sekali dilihat pun tahu, bahwa Casterius memiliki sisi lembut hanya pada Helia. Dan bagaimana mungkin Helia dengan otaknya yang cerdas tidak dapat memahami hal tersebut?
Itu terbukti setelah melihat Casterius di beberapa pesta. Casterius di masa lalu,
-Holland tentu saja mengenalnya karena Casterius merupakan komandan ksatria yang berbakat-merupakan sosok yang mendekati wanita mana pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]
Historical FictionHelia Scarlett Floral mati karena meneguk racun, tetapi ketika dia membuka mata, Helia mendapati tubuhnya menyusut! Waktu telah terulang. Bukan hanya itu, ayah Helia yang awalnya sangat membencinya juga malah berbalik menyayangi Helia sekarang. Aka...