29. Jatuh dan Bangkit

854 96 9
                                    

Membutuhkan satu minggu bagi Allan untuk pulih dari racun yang melukai organ dalamnya. Walau Allan lebih sering muntah darah dan terkena anemia, kekebalan tubuhnya dengan cepat memulihkannya dari racun.

Helia yang tidak memercayai dokter kerajaan memutuskan untuk membawa dokter dari Floral untuk mengobati racun di tubuh Allan, dan kini Allan telah pulih.

Satu bulan juga telah berlalu untuk merencanakan langkah-langkah menyudutkan Magnolia secara halus untuk membuat dendam mereka lenyap dan mampu bekerja sama dengan Teratia. Kini, sudah tiba waktunya untuk mengunjungi Magnolia.

"Tanah Viserra telah perlahan-lahan menjadi subur," ungkap Allan dengan senyum lembut di bibirnya pada Helia. Setiap kali dia menilik sosok Helia, senyum lembut kerap kali terukir.

"Tentu saja," balas Helia.

Helia mengantarkan Allan menuju halaman istana, di mana para escort yang akan mengantarkan Allan menuju Kerajaan Magnolia telah berkumpul, hanya menunggu Allan untuk bergabung bersama mereka.

Allan mengenakan pakaian mewah berwarna putih dan biru langit, jubahnya hanya sepinggang yang tersampir di sebelah pundak, serta sepasang sepatu bot warna putih sebagai alas kakinya. Pakaian yang dibuat dari butik ternama itu dibuat secara khusus atas perintah Louise. Mau bagaimanapun, Allan hendak mengunjungi Kerajaan Magnolia untuk urusan diplomasi. Allan tidak bisa mempertahankan kesan tak enak dipandangnya hingga aksesori yang menempel pun terbuat dari berlian dan emas yang berkilauan.

Allan kelihatan tampan, Helia sudah tahu itu. Bahkan Helia sudah berlaku curang pada takdir karena telah lebih dulu melihat Allan versi dewasa yang lebih menawan.

Satu-satunya hal yang membuat Helia hampir goyah sebelumnya adalah Allan yang menawarkan lengannya untuk digandeng. Helia bahkan tak berpikir dua kali untuk menerimanya, hingga keduanya akhirnya berjalan berdampingan sambil mengikis jarak.

"Kamu sangat pintar, Helia."

Helia mendongakkan kepalanya hanya untuk menabrakkan diri pada manik safir yang terasa lembut. Helia tak ingin terjebak di dalamnya hingga buru-buru mengalihkan pandangnya. Gadis mungil itu perlu menahan keinginan untuk menetap di dalam sepasang manik itu lagi. Sebab, kala Helia menatap sepasang safir di sana, hanya ada ketulusan yang tertera. Di sana pula, Helia merasa nyaman dan tenang.

Namun, tak ada yang tahu apabila sorot yang ditampilkan tidaklah palsu. Di masa lalu, Helia telah tertipu selama bertahun-tahun hanya untuk mendapatkan pengkhianatan. Kini, Helia akan mulai tegas pada perasaannya.

"Ketika kamu memikirkan cara untuk mengembalikan tanah yang tandus menjadi subur, aku seolah tengah bicara pada wanita terpandai di kerajaan ini," sambung Allan, senyumnya melebar.

"Kamu berlebihan, Allan," kekeh Helia.

"Tidak sama sekali. Di masa ini, belum ada yang sukses dalam menyuburkan tanah tandus. Namun Helia, di kepalamu, kamu memiliki banyak pemikiran menakjubkan. Jika kamu menjadi penguasa kerajaan, Teratia akan menjadi kerajaan yang paling maju."

Helia tersentak. Penguasa kerajaan? Mimpi lama itu terkadang membuat hati Helia berkedut nyeri. Sebab, kala frasa itu terlintas di benaknya, apa yang Helia pikirkan hanyalah seorang gadis berambut emas dengan mata hijau flora, mengenakan mahkota ratu dengan bangganya, dan bersanding dengan sosok yang pernah dicintainya.

"Kamu berlebihan, Allan." Helia berusaha agar tidak kelihatan gugup. "Aku hanya tiba-tiba menemukan bagaimana cara menyuburkan tanah yang tandus."

Helia tak sepenuhnya berbohong. Di masa lalu, sudah banyak ilmuwan yang meneliti bagaimana cara untuk menyuburkan tanah tandus. Helia hanya meminjam ide mereka untuk melangsungkan kehidupan Kerajaan Teratia.

END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang