14. Dukungan

1.1K 147 12
                                    

Ketika Holland mengetahui informasi dari Miel bahwa Helia kembali ke kediaman lebih cepat dari yang direncanakan, Holland buru-buru menemui putri kecilnya yang manis hanya untuk menyadari bahwa putrinya telah memungut seseorang di jalanan.

Terbukti dari bagaimana kotornya penampilan anak laki-laki berambut abu keperakan yang bahkan helaiannya malah mendekati cokelat. Atau bagaimana cara berpakaian yang lusuh sekali, bahkan rakyat jelata yang miskin saja memiliki pakaian yang lebih baik daripada anak laki-laki itu. Kemudian, wajah yang dipenuhi kotoran dan debu, seolah merawat diri tak pernah ada di dalam agenda kehidupannya.

"Helia, siapa dia?" Holland mengerutkan dahinya tanpa impresi. Pertemuan pertama benar-benar membuat Holland merasa tidak terkesan pada kehadiran anak laki-laki itu. Namun, Holland merasa sedikit familier dengan wajah yang ditampilkan dalam kanvas kotor tersebut.

"Ayah, dia adalah Allan."

Satu kalimat dari putrinya membuat jantung Holland seolah berhenti berdentum.

Bagaimana mungkin Holland tidak mengenal Allan? Sekarang, Holland tahu mengapa terdapat rasa familier di kala Holland menilik wajahnya. Itu karena anak laki-laki ini adalah Allan, raja masa depan, satu-satunya laki-laki yang mampu membuat Helia meneguk racun untuknya dan mati.

Holland tidak bisa memaafkan Allan mengenai betapa hancurnya hati Helia karena seorang pria. Bagi Holland yang telah menyesali kehidupannya setelah tidak menyayangi putrinya dengan semestinya, masuk akal bagi Holland untuk membenci satu-satunya derita bagi Helia.

Akan tetapi, bagaimana bisa Helia tahu jika anak laki-laki lusuh ini adalah Allan?

Seingat Holland, pertemuan pertama Helia adalah ketika Helia dikirim ke Istana Jersville untuk menjadi teman bermain Allan. Saat itu, Allan sudah diangkat menjadi Pangeran Keenam Kerajaan Teratia. Akan tetapi, bukankah Allan pada tahun ini belum ditemukan oleh pihak istana dan belum diangkat menjadi pangeran? Lantas, mengapa Helia bisa mengenali Allan?

Kecurigaan mengenai Helia yang ikut mengulang waktunya makin menjadi-jadi.

"Apa yang kamu inginkan dari anak ini, Helia?" tanya Holland, berusaha mengulik jawaban, meskipun cuma sepenggal kalimat yang akan menjadi petunjuk bagi Holland untuk mengetahui bahwa putrinya ikut memutar waktu bersamanya.

"Ayah, aku ingin bicara dengan Ayah. Apa Ayah mau meluangkan waktu?"

"Tentu."

Helia mengembuskan napas lega. Setelah itu, Helia berbalik untuk bertemu pandang dengan manik violet milik Casterius.

"Tuan Muda Casterius, maafkan aku, tapi aku ingin berbicara secara pribadi dengan ayahku."

Casterius mengulas senyum kaku. Mengusirnya secara halus, ya? Casterius ingin tertawa getir. Apakah posisinya benar-benar akan digantikan oleh laki-laki lusuh ini? Casterius memang memandang semua orang dengan setara, tetapi Casterius sadar betul bahwa laki-laki ini sangat lusuh sehingga harusnya tak perlu menarik perhatian Helia sebegitu rupa.

Casterius mengembuskan napasnya pelan-pelan. "Baiklah, Nona Muda Helia. Aku akan kembali ke kediamanku. Semoga harimu menyenangkan."

Casterius berbalik dan melangkahkan kakinya keluar dari kediaman Floral, tanpa menoleh, meski menorehkan luka di dada.

***

Holland sedikit terganggu dengan penampilan lusuh raja masa depan yang duduk di sofa ruang kerjanya. Namun, memutuskan untuk tidak memikirkannya karena hanya akan menimbulkan kecurigaan bagi Helia. Mengapa Holland memedulikan penampilan orang asing? Begitulah, apa yang akan dipikirkan Helia.

END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang