Kamu tahu nggak? Look at Me, Your Majesty! ada versi e-book dan lagi diskon! Harganya 36k aja! Kamu yakin mau melewatkan diskon ini?! Jadi, mari segera mampir ke google play di kategori buku atau klik link di bio aku. Aku menghargai antusiasme kalian ❤️❤️❤️
***
Perasaan nostalgia adalah apa yang Helia rasakan kala kakinya menjejaki ruangan pesta di Istana Juliet.
Kilasan balik memori yang mendominasi pikirannya langsung menyerbu, layaknya semut yang mengerumuni manisan. Itu adalah memori di mana Helia akan terus menarikan satu dansa klasik sebagai dansa pembuka bersama Allan. Atau ketika Helia dan Allan selalu bisa saling menemukan satu sama lain dengan mudahnya dalam pesta topeng. Atau ketika Allan menemukan cinta pertamanya di sana dan Helia menemukan kehancurannya di ruang dimensi yang sama.
Memikirkan hal itu akan membuat Helia makin gila, maka Helia mengalihkan pandangannya pada dekorasi megah Istana Juliet. Dekorasinya terlihat lebih megah dan lebih mewah daripada pesta yang digelar oleh Allan. Hal ini dikarenakan dana untuk pesta Istana Juliet memakan dana yang seharusnya digunakan oleh para rakyat.
Helia menghela napas. Dia mengharapkan revolusi kembali terjadi dan memperbaiki tatanan pemerintahan yang berantakan. Lebih tepatnya, mengharapkan adanya Allan di sana, di sampingnya, kembali melancarkan revolusi, lalu hidup bahagia selamanya.
“Helia.”
Helia mendongak ketika namanya dipanggil.
“Ayah.”
“Ada apa, Helia? Akhir-akhir ini kamu sering melamun,” ujar Holland. Di matanya yang merah pekat, terpancar kekhawatiran yang signifikan.
Melihat hal tersebut membuat hati Helia menghangat, seolah ada ribuan bunga yang bermekaran di dalamnya. Holland di kehidupan masa lalu Helia begitu berbeda dengan figur Holland yang memegang tangan Helia saat ini.
Helia bisa merasakan jemari Holland menggenggamnya dengan penuh afeksi, erat, tetapi tidak mengikat. Seolah mencari tempat berpulang di sana.
“Tidak ada apa-apa, Ayah.”
Untung saja, penyelinapan di festival ibu kota tidak pernah disebutkan oleh Holland sehingga Helia mengira bahwa ayahnya sama sekali tidak mengetahui mengenai penyelinapan mereka.
“Kamu yakin kamu baik-baik saja?”
“Aku yakin seratus persen. Ayah tidak perlu khawatir. Jadi, bagaimana jika Ayah berkumpul dengan para ayah lainnya sementara aku akan bermain dengan nona muda lainnya.”
Holland tampak kecewa ketika Helia mengatakan secara tersirat bahwa dia ingin Holland berkumpul dengan teman bisnisnya dibandingkan Helia. Helia tentunya tidak mau terjebak dalam percakapan bisnis atau hal-hal politik di usianya yang belia. Helia ingin menikmati masa kecilnya dengan sebaik mungkin setelah Helia telah menghabiskan masa kecilnya dengan sia-sia karena mengejar kasih sayang ayahnya.
“Baiklah, tapi berjanjilah pada Ayah kalau kamu tidak akan keluar dari ruangan pesta.” Holland berlutut di depan Helia. “Agar Ayah bisa dengan mudah mencarimu. Dan jika kamu merasa bahwa ada seseorang yang berbahaya atau jahat, berteriaklah, jika perlu menangis. Ayah akan langsung datang padamu.”
Helia tertawa kecil.
Lucu ketika Holland benar-benar memiliki niat untuk melindungi Helia dari segala serangan, baik internal dan eksternal, kala dulunya bahkan Holland tidak menginginkan kehadiran Helia dalam reka fotografi kehidupannya.
Yah, bukannya Helia juga tidak merasa bahagia, justru semenjak waktu terulang, dia merasa bahwa tiap detik yang dilalui olehnya, hanya memberikan kebahagiaan yang tertera.
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]
Historical FictionHelia Scarlett Floral mati karena meneguk racun, tetapi ketika dia membuka mata, Helia mendapati tubuhnya menyusut! Waktu telah terulang. Bukan hanya itu, ayah Helia yang awalnya sangat membencinya juga malah berbalik menyayangi Helia sekarang. Aka...