18. Kunjungan

951 121 9
                                    

Hari ini, Casterius tidak mengunjungi Istana Jersville. Helia sendiri tidak tahu mengapa Casterius melewatkan jadwal mereka sebagai teman bermain Allan. Bahkan keputusan bahwa Helia dan Casterius dijadikan teman bermain Allan telah disetujui oleh Raja Teratia sendiri. Maka, apabila Casterius tidak mengunjungi istana untuk menemani Allan, sama saja seolah Casterius tengah menentang perintah raja.

"Ke mana si rambut emas?" tanya Allan, enggan menyebut satu patah nama itu di dalam bibirnya setelah insiden duel mereka yang berujung kurang mengenakkan.

"Panggil namanya, Allan. Dan aku juga tidak tahu mengapa Tuan Muda Casterius melewatkan jadwal kita." Helia meraih cangkir teh dan menyesap teh darjeeling secara perlahan, menikmati aroma dan rasanya yang unik.

Allan menghela napas. "Tidak sudi. Dan bukannya aku penasaran juga orang itu ke mana, hanya saja dia menentang perintah raja jika dia tidak mengunjungi Istana Jersville sekarang juga."

"Kamu hanya takut dia dipenggal mati?"

Allan sedikit mengerutkan dahi ketika seorang gadis berusia tujuh tahun mengucapkan hal-hal menyeramkan dengan tenang, bahkan masih asik menikmati teh yang disajikan.

"Tidak sama sekali. Justru jika dia tidak muncul di depanku, akan lebih baik."

Tak, cangkir diletakkan di atas tatakan setelah Allan selesai mengucapkan kalimatnya.

"Kamu masih marah atas insiden kemarin?" keluh Helia.

"Tentu saja aku marah!" aku Allan. "Dialah yang memulai segalanya terlebih dahulu. Harga diriku seolah tengah diinjak-injak, Helia."

"Meskipun begitu, aku berharap kamu bisa lebih berhati-hati ke depannya, Allan. Bukan untuk diriku, tetapi untuk dirimu sendiri." Helia menatap Allan dengan pandangan dalam. "Aku sudah mengatakan bahwa kehidupan di istana cukup keras, sehingga kamu harus mulai memperhatikan perilakumu di sini. Jika kamu seenaknya, maka kamu akan langsung kalah. Kamu ingin kalah sebelum memulai?"

Allan mendesah kecil. Kalah sebelum memulai. Allan memiliki keinginan untuk memerintah Kerajaan Teratia. Tentu saja kala Allan memikirkan mahkota raja di kepalanya, hanya dendam membara yang ada di dadanya.

Akan tetapi, untuk memiliki impian sebesar itu, yakni memerintah Teratia, Allan pasti akan mendapatkannya apabila dia benar-benar menginginkannya. Dan untuk menjadi seseorang yang kalah sebelum mampu berjuang, Allan tak akan rela, pun tak akan sudi.

"Aku tidak akan melakukan hal yang sama pada orang lain. Aku akan memperhatikan perilakuku mulai sekarang," balas Allan dengan tenang.

"Kamu bersungguh-sungguh?" tanya Helia, menaikkan sebelah alis.

"Ya."

Helia lantas mengulas senyum dan meraih teko berisi teh hangat, kemudian menuangkannya ke dalam cangkir setengah kosong milik Allan.

"Sebagai rasa terima kasihku," ujar Helia.

Allan hanya memperhatikan bagaimana Helia menuangkan teh ke dalam cangkirnya, lalu kembali duduk dengan anggun di kursinya. Jika Allan tidak melihat fisik mungil Helia, Allan akan mengira kalau Helia adalah wanita terhormat yang begitu disegani. Terkadang, Allan bertanya-tanya mengenai mengapa seorang gadis muda berusia tujuh tahun bisa seanggun itu dalam beretika?

Allan mengangkat cangkir teh dan menghirup aroma darjeeling yang khas, sebelum sebuah irama ketukan mengudara dan pintu dibuka oleh Nevada, kepala pelayan di Istana Jersville.

"Yang Mulia Pangeran, maaf mengganggu waktu Anda." Nevada sedikit membungkukkan tubuhnya. "Akan tetapi, Pangeran Ferdinanz dan Pangeran Gale mengunjungi Anda."

END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang