Helia mengerjapkan kedua matanya setelah merasa bahwa kesadarannya telah kembali. Apa yang Helia lihat untuk pertama kalinya adalah sebuah ruangan lusuh yang cahaya senja menelusup di balik jendela usang. Tak hanya itu, kedua tangan dan kakinya yang terikat cukup membatasi pergerakannya. Namun anehnya, tali yang mengikat sedikit kendur.
"Sial," desah Helia dengan suara pelan.
Helia tak menyangka bahwa intensi asli dari membuat kericuhan di wilayah Keehls adalah untuk menangkapnya. Sementara itu, teriakan membahana yang meminta agar Casterius diserahkan merupakan sebuah bentuk pengalih perhatian.
"Selamat pagi, Nona Muda."
Helia tersentak pada suara rendah yang terdengar membisik. Perlahan, digerakannya kepala Helia hingga helaian hitam yang panjang mengikuti pergerakan pemiliknya.
Kala akhirnya netra merah darah dapat bersitatap dengan cokelat madu, Helia merasakan keterkejutan luar biasa di dadanya.
"Na—" Helia tak menyelesaikan katanya. Sebab, akan cukup aneh bagi pria itu ketika Helia hanya mengenalnya secara sepihak.
Bagaimana bisa Helia melupakan figur pria itu? Dengan rambutnya yang cokelat gelap dan mata madu. Penampilan khas rakyat biasa, tetapi wajah yang ditampilkan benar-benar sulit bagi Helia untuk lupakan.
Nate, informan setia Allan dan Helia yang telah membantu pergerakan mereka dalam mencapai revolusi mereka di masa lalu, kini ada di hadapannya. Orang yang tengah Helia cari saat ini, datang dengan sendirinya.
"Na?" Nate mengangkat sebelah alisnya.
"A-Ah, tidak! Maksudku, siapa?" Helia buru-buru membenarkan kalimatnya.
"Aku hanya orang yang kebetulan lewat, bisa disebut sebagai musafir juga," balas Nate dengan tenang.
Helia mengembuskan napas. Nate yang Helia kenal masih sama. Dia enggan membeberkan identitasnya dan selalu bepergian sendirian, terkadang hingga dia tersesat, dan akhirnya hanya menunggu asisten atau pelayannya menjemput Nate dengan wajah panik.
"Nona Muda sendiri, mengapa kamu ada di gudang terpencil dengan tangan dan kaki yang diikat?"
Atas pertanyaan Nate, Helia kembali menyadari situasi yang terjadi. Dia diculik.
Helia berdecih pelan. "Para bajingan yang brengsek itu rupanya mengincarku," katanya dengan geram.
"Bajingan?" Tiba-tiba, tawa meledak dari bibir Nate.
Reaksi aneh dari Nate membuat Helia melongo dan mengernyitkan dahinya heran. Sementara itu, tawa di bibir Nate sulit terhenti hingga Helia harus menunggu dengan sabar hingga tawa mereda. Meski begitu, air mata yang menetes di sudut mata Nate tak dapat membohongi apabila dia tengah merasa sangat terhibur.
"A-Anak berusia di bawah sepuluh tahun bicara kasar dengan mudah seperti itu." Tubuh Nate bergetar karena tawa. "Aku jadi penasaran, bagaimana kamu tumbuh, Nona Muda?"
Helia tersentak. Dia baru menyadari bahwa dia bicara kasar dengan ringan.
Helia mengembuskan napasnya. "Aku dibesarkan dengan normal."
Nate mengembuskan napas untuk meredakan tawa. "Baik, baik, Nona Muda."
Helia menatap Nate tanpa impresi.
"Jadi?" Nate menyambung kalimatnya setelah sorot wajahnya kembali seperti semula. Meski begitu, sorot jenaka dan tak serius masih tersisa di dalam senyumannya. "Kamu diculik, ya?"
"Tuan sendiri, mengapa ada di sini?"
Nate mengembuskan napasnya dengan sedih. "Bagaimana, ya? Aku jalan-jalan di ibu kota Keehls tanpa ditemani, makanya aku tersesat. Karena sudah sore, aku akhirnya mencari tempat untuk istirahat. Siapa sangka, setelah aku beristirahat di sini selama beberapa saat, Nona Muda dibawa dan diikat. Kehidupan bangsawan itu merepotkan, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]
Ficțiune istoricăHelia Scarlett Floral mati karena meneguk racun, tetapi ketika dia membuka mata, Helia mendapati tubuhnya menyusut! Waktu telah terulang. Bukan hanya itu, ayah Helia yang awalnya sangat membencinya juga malah berbalik menyayangi Helia sekarang. Aka...