Casterius merasa tubuhnya melayang di udara. Dan tiba-tiba saja, sensasi melayang di udara yang singkat itu, seakan tengah bersiap membantingnya menuju tanah dengan keras. Tidak hanya itu, saat kereta kuda menghantam tanah yang kasar, setiap bagian kereta hancur dan melukai Casterius.
Dia sempat kehilangan kesadarannya sejenak dan dikeluarkan dengan kusir keretanya secara susah payah, bahkan kusir itu pun memiliki luka yang parah di beberapa bagian tubuhnya. Terlebih, Casterius merasa bahwa kepalanya berdenyut nyeri, lengannya yang tergores atau bahkan tertusuk oleh serpihan kereta yang hancur, kakinya yang nyeri, dan Casterius yakin jika ada beberapa tulangnya yang retak.
Casterius menyeka wajahnya kala dia merasa cairan kental menutupi pandangan, dan saat melihat jemarinya, itu adalah darah. Kepalanya mulai berdengung, suara sang kusir yang bertanya mengenai keadaan Casterius mulai kedengaran tak jelas. Namun anehnya, satu-satunya yang jelas di dalam benak Casterius adalah perintah Demian untuk segera menemui Helia.
"... Helia, aku harus segera menemuinya," gumam Casterius.
Pria itu berdiri dengan susah payah di atas kedua kakinya yang gemetaran. Kepalanya terluka hingga mengeluarkan darah segar, darah yang mengubah helaian rambut emas Casterius menjadi kelam sewarna merah. Itu terlihat mengerikan, bahkan kondisi tubuh Casterius saja sudah harus dipertanyakan.
Akan tetapi, Casterius melangkahkan kakinya menuju seekor kuda yang sepertinya hanya memiliki luka yang ringan walau beberapa bagian tubuhnya memang mengeluarkan darah pula. Dia naik ke atas kuda, tanpa pelana, dan memecut kudanya. Tak peduli walau sang kuda meringkik kesakitan, Casterius akan bertindak keji, demi menemui sang terkasih hari ini.
Karena terjatuh menuju dasar jurang, Casterius harus mencari jalan keluar hingga dia tiba di jalanan yang familier menurutnya. Masih tersisa beberapa kilometer hingga mencapai kediaman Floral dan Casterius tak berhenti walau sejenak. Meskipun memang sang kuda rupanya telah kelelahan, bahkan menderita syok akibat terjatuh dari tepi jurang. Kemudian ada tubuh Casterius pula yang menjerit kesakitan. Seluruh tubuhnya terluka, darah masih menetes dari luka yang masih terbuka, dan setiap sendi beserta tulangnya seolah berderit nyeri.
Akan tetapi, seluruh rasa sakit yang Casterius alami rupanya telah dilenyapkan oleh emosi yang membara, sebuah emosi di mana Casterius ingin segera menemui Helia, dan meluruskan segalanya.
Betapa Casterius merasa bersalah karena harus menuding Helia dengan frasa fitnah. Dia merasa tak larat apabila harus mengulur waktu lagi hingga segalanya terlambat. Casterius ingin segera memohon maaf, menyatakan cintanya dengan benar sekali lagi, dan menerima jawaban dari Helia dengan ikhlas.
Tak lama kemudian, Casterius tiba di kediaman Floral. Ksatria yang menjaga gerbang kediaman agak panik selepas melihat kondisi mengerikan Casterius.
Pria berusia 23 tahun itu turun dari kudanya yang langsung terlihat kelelahan. Casterius sendiri menderita banyak luka fisik, tetapi dia dengan terburu-buru berusaha untuk memasuki kediaman Floral.
Para pelayan yang bekerja pun cukup panik kala melihat kondisi Casterius, tetapi satu-satunya yang memenuhi benak pria itu adalah di mana Helia sekarang. Casterius enggan mengulur waktu lagi, mengulur waktu demi melebarkan jarak keduanya, di mana dalam jarak ini saja, pria itu semakin merasa kosong.
"Di mana Helia?!" tanya Casterius.
Para pelayan bertukar pandang dengan sorot ketakutan. "N-Nona Muda tidak ada di kamarnya."
"Apa?" Casterius mengerutkan dahi.
"Nona Muda bahkan tak ada di mana pun."
Di sana, Casterius tahu bahwa dia sudah terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]
Historical FictionHelia Scarlett Floral mati karena meneguk racun, tetapi ketika dia membuka mata, Helia mendapati tubuhnya menyusut! Waktu telah terulang. Bukan hanya itu, ayah Helia yang awalnya sangat membencinya juga malah berbalik menyayangi Helia sekarang. Aka...