Ruang konferensi begitu damai, tetapi tidak dengan suasana yang begitu tajam. Dengan merasakannya saja, sudah membuat Allan merinding. Namun, dia harus menjalankan segalanya sesuai rencana. Helia telah memintanya untuk bertempur dan kembali dengan bendera kemenangan, maka Allan tak boleh gagal.
Di atas meja panjang, terdapat dua pria penting untuk perwakilan Kerajaan Magnolia. Pertama adalah putra mahkota Magnolia, William Visenya Magnolia. Sementara itu, di sisinya adalah Duke Randolph, Elias Randolph.
"Sekali lagi, saya sama sekali tidak membenci Anda, Pangeran Ferdinanz dan Pangeran Allan. Maka dari itu, mari diskusikan hal ini tanpa perselisihan," kata William. Bibirnya yang merah muda menarik garis senyuman dengan begitu cantik, ditambah manik emerald di kedua bola matanya begitu memukau, ataukah helaian hitam yang identik dengan sang langit malam. Segala mengenai laki-laki itu begitu menawan, rasanya bisa membuat semua orang terpikat.
"Begitu pula dengan saya, Yang Mulia Pangeran," balas Ferdinanz, tak memberikan Allan kesempatan untuk angkat bicara.
"Akan tetapi, mungkin diskusi ini akan sedikit pelik. Sebab, Kerajaan Teratia yang memulai pertentangan terlebih dahulu, bukan?" Senyuman hangat William berubah menjadi senyuman yang dingin.
Allan memperhatikan segalanya dengan saksama. Mengenai bagaimana William seolah tak memiliki dendam di dadanya, tetapi di kedua matanya. Bagaimana cara sepasang emerald itu menyapu, begitu membeku, dingin, dan membuat Allan merasa gugup.
Allan meneguhkan diri, perlu percaya diri. Dia membuka suara, "Yang Mulia Pangeran tidak perlu risau. Saya di sini akan mendiskusikan segalanya dengan Anda. Sudah waktunya untuk Teratia dan Magnolia menjadi rekan, bukan?"
William mengangkat sebelah alis. "Maaf? Apa saya tidak dengar? 'Saya'? Bukan 'kami'?"
Allan hanya tersenyum lembut. "Yang Mulia Pangeran mungkin salah paham hanya karena saya pangeran keenam, tetapi saya di sini sebagai pencetus ide, Yang Mulia. Kakak saya hanya bertugas untuk mengawasi. Mau bagaimanapun, Kakak saya enggan melepas saya pergi sendirian karena terlalu khawatir."
Di sudut matanya, Allan bisa melihat ekspresi Ferdinanz yang masam.
"Ah, begitu rupanya. Maafkan ketidaksopanan saya karena telah meremehkan Anda secara diam-diam, Pangeran Allan."
Jadi, Allan diremehkan. Mendengarnya saja membuat Allan ingin mengelus dada. Akan tetapi, dia sadar diri bahwa dirinya masih belum bisa diakui. Dengan statusnya yang seorang pangeran keenam tanpa dukungan, tentu saja Allan tak akan dengan mudah diakui oleh seseorang yang hebat.
"Bukan masalah besar, Yang Mulia."
"Kerajaan Teratia telah lebih dulu asal mengaku kepemilikan tanah Aera beberapa tahun yang lalu," ujar Elias, membuat atensi terarah padanya.
William mengangguk setuju. "Itu pada musim semi tahun lalu, pada festival panen kami. Teratia tahu apabila tanah Aera adalah sumber kehidupan Magnolia. Kami tentu tidak akan menyerahkan tanah tersebut begitu saja."
"Sekarang, Aera masih diperebutkan oleh Magnolia dan Teratia. Setelah diperebutkan, tanah tersebut yang awalnya sangatlah subur menjadi kering karena digunakan sebagai medan perang." Elias mengerutkan dahinya dengan dingin pada Allan. "Walaupun kita berada di fase gencatan senjata, perlakuan Teratia terhadap Magnolia tak dapat dilupakan begitu saja."
"Lagipula, apa alasan Teratia hendak merebut tanah Aera? Apakah karena Viserra yang semakin tandus? Namun, bukankah kekerasan merupakan hal yang salah, Pangeran? Kini, bukan hanya tidak mendapatkan Aera, Teratia juga menderita kerugian karena kehilangan banyak ksatria yang potensial dalam peperangan satu dekade silam."
![](https://img.wattpad.com/cover/321604367-288-k686582.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]
Ficción históricaHelia Scarlett Floral mati karena meneguk racun, tetapi ketika dia membuka mata, Helia mendapati tubuhnya menyusut! Waktu telah terulang. Bukan hanya itu, ayah Helia yang awalnya sangat membencinya juga malah berbalik menyayangi Helia sekarang. Aka...