38. Satu Syarat

789 80 23
                                    

Rating 15+

***

Musik yang dimainkan oleh orkestrawan mengalun secara lembut, mengisi ruang pesta dengan suasana khas yang elegan di malam kedua. Lagi, Istana Juliet dipenuhi oleh para bangsawan yang berkumpul. Setiap pakaian yang dikenakan begitu megahnya dan berkilauannya akibat pernak-pernik nan memukau yang memanjakan mata.

Malam ini, tema pesta yang diambil merupakan pesta topeng. Setiap topeng para bangsawan hanya menutupi area mata hingga ke hidung, itu pun dipenuhi ukiran cantik dan elegan, guna untuk menyembunyikan identitas masing-masing sambil berinteraksi tanpa menyebutkan identitas.

Helia Floral, memiliki banyak memori menyenangkan ataupun sendu di dalam pesta topeng. Dia enggan mengingat kilas balik, tetapi tepat ketika dia menjejakkan kakinya di ruangan pesta, suara halus memasuki memorinya, pita film terputar sendiri hingga adegan manis yang seakan merayu itu hendak menariknya jauh, jauh ke dalam sebuah genangan duka.

"Lihat, aku menemukanmu."

Tiga kata yang membuat Helia mati rasa.

Helia takut. Dia enggan kembali ke istana ini lagi. Dia ingin menjauhi tempat terkutuk yang terus memberinya duka ini. Pun begitu, dia memiliki satu tujuan penting saat ini. Itu untuk menemui Allan, lantas merenggut kembali apa yang dicuri darinya.

Sebuah cincin dengan permata violet dari Casterius.

Helia, entah mengapa, merasa bahwa dia tak boleh kehilangan cincin itu. Dia harus merebutnya kembali, lalu menggenggamnya erat supaya tak hilang lagi, menyembunyikannya jika bisa.

Pesta topeng sama dengan menyembunyikan identitas. Menyembunyikan identitas membuat banyak bangsawan berbincang secara formal pada sembarang orang tanpa menyebutkan nama atau status kebangsawanan. Hal inilah yang diincar oleh bangsawan berstatus rendah, berbincang pada bangsawan berstatus tinggi dan menarik hati mereka, lalu mendapatkan keuntungan pribadi.

Maka dari itu, baik Demian ataupun Holland, yang memiliki status kebangsawanan tinggi berupa seorang Duke dan calon Duke, keduanya langsung ditarik dan diajak berbincang perihal bisnis dan politik, menyisakan Helia di sudut ruangan dengan satu gelas wine yang digoyangkan secara perlahan.

Sepasang manik merah di balik topeng menyusuri ruang pesta, mencari sosok familier yang merupakan tujuan utama Helia datang ke pesta topeng. Sesekali, anggur di dalam gelas disesap perlahan hingga lidahnya kaya akan rasa anggur yang asam serta manis.

Kedua pupil Helia sedikit melebar ketika melihat helai rambut emas yang lembut, cahaya lentera yang halus menimpa rambut emas hingga berkilauan dibuatnya. Sepasang mata violet di balik topeng terasa mendebarkan kala bersitatap dengannya.

Entah mengapa, nadi di pergelangan tangan Helia berdebar kencang hingga ia meremang. Rasanya, begitu candu kala sepasang merah dan violet bertabrakan. Sebuah perasaan di dadanya membuncah hingga meledak rasanya, dipenuhi oleh bunga musim semi yang lembut nan manis.

Gurat bibirnya yang rupawan, cantik sekali kala ditujukan pada Helia. Padahal, baru saja kemarin mereka bertemu, tetapi ada sebuah perasaan lain yang langsung berantakan tak keruan dalam rongga dada.

Sensasi yang begitu menyenangkan, debarannya tak membuat Helia takut, tetapi merasa gembira.

"Helia!" Bahkan vokal manisnya terdengar seakan merayu di telinga Helia. Membuat Helia ikut membentuk sebuah senyuman di bibir merah muda yang ranum.

Keduanya hanya terpisah beberapa meter, tetapi terasa semakin jauh kala tubuh Helia tiba-tiba menegang. Sensasi nyaman yang menyenangkan itu lenyap kala sepasang mata biru menatapnya tajam.

END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang