Helia telah resmi menjadi teman bermain Allan seperti ketika waktu belum terulang. Hanya saja, ada yang berbeda kali ini, yaitu waktu kedatangan Allan ke istana yang lebih cepat dua tahun dan Casterius ikut menjadi teman bermain Allan.
Helia dan Casterius tidak pernah absen mengunjungi Istana Jersville untuk menemani Allan di istana, memainkan permainan papan, permainan kekanakan karena mereka masih anak-anak, dan duduk bersama untuk minum teh sambil memakan kudapan manis.
"Apa yang akan kita mainkan saat ini?" tanya Casterius, menyamankan dirinya di sofa ruang berkumpul. Tidak memedulikan etiketnya meski di hadapannya adalah seorang pangeran.
"Membaca buku?" balas Helia dengan ragu.
"Nona Muda Helia terus membaca buku sampai aku rasanya muak melihat tulisan, jadi mari mainkan permainan lain yang seru." Casterius menegakkan tubuhnya dan melirik Helia yang duduk di sampingnya. "Bagaimana dengan catur? Nona Muda Helia baik dalam catur!"
"Lalu, bagaimana dengan Allan? Catur adalah permainan dua orang," jawab Helia dengan tenang.
Casterius menatap Allan dengan tatapan tak terkesan, sesekali memelototi si pemilik rambut abu keperakan, seolah mengatakan, "Kau ini mengganggu waktu kami berdua. Lagipula kenapa juga kami harus jadi teman bermainmu?"
"Aku tidak perlu ikut," ujar Allan, jemarinya menyentuh kukis di atas meja, memutar kue berbentuk bundar tersebut, lalu menatapnya seolah berharap ada lubang di sana.
"Tuh, lihat, Nona Muda," kata Casterius sambil mengerucutkan bibir. "Lagipula pangeran yang satu ini tidak pernah ikutan bermain dan cuma duduk sambil minum teh. Allan juga kelihatannya sangat menikmati hal itu. Dan lagipula, kenapa kita harus datang ke istana setiap hari? Menjadi teman bermain bukan berarti harus datang setiap hari."
Helia mengembuskan napasnya setelah Casterius protes panjang. "Entahlah, aku lebih nyaman tinggal di istana ini."
"Di istana yang hampir runtuh?" sindir Casterius.
"Istana ini tidak akan runtuh."
"Yah, siapa tahu, kan."
Helia tidak membalas dan hanya menyeruput tehnya dengan tenang. Sementara itu, Casterius merasa sangat gondok.
"Aku punya ide yang bagus, Nona Muda Helia," usul Casterius, membuat kedua pasang mata safir dan ruby langsung tertuju pada si laki-laki pemilik manik violet yang hangat. "Hal yang sangat menyenangkan, aku tahu apa itu."
"Apa itu?"
"Aku senang kamu mulai bertanya, Nona Muda Helia." Casterius menyeringai dan bangkit dari sofanya, lantas menghampiri Allan. "Pangeran, bagaimana jika kita berdua menunjukkan kemampuan kita berdua?'
Allan mengerutkan dahinya, merasa ada perasaan tak enak di dadanya.
"Ya, Yang Mulia. Mari berduel."
***
Allan hidup di dalam sebuah penderitaan berupa kekerasan fisik selama dua belas tahun kehidupannya. Entah mengenai bagaimana dia hampir diracuni sampai mati di kediaman Poluchka, atau bagaimana dia menjadi samsak tinju di panti asuhan, pun menjadi bulan-bulanan pukulan karena Allan terus mencuri di ibu kota untuk bertahan hidup.
Allan bisa dikatakan sangat berbakat jika menyangkut bertahan hidup, tetapi Allan tak pernah sekalipun menyentuh gagang pedang untuk melawan orang-orang jahat dan mempertahankan kehidupannya.
Allan akan pasrah ketika dia disakiti dan tak memiliki kesempatan untuk melawan.
Akan tetapi, untuk pertama kalinya kala dia memegang gagang pedang kayu di kedua tangannya, Allan merasa sangat kesal. Casterius, anak laki-laki berusia sepuluh tahun itu, orang yang lebih muda dari Allan, tetapi mampu memukul mundur Allan dengan sangat lihai.
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]
Ficción históricaHelia Scarlett Floral mati karena meneguk racun, tetapi ketika dia membuka mata, Helia mendapati tubuhnya menyusut! Waktu telah terulang. Bukan hanya itu, ayah Helia yang awalnya sangat membencinya juga malah berbalik menyayangi Helia sekarang. Aka...