34. Lari, Lari, dan Lari

791 96 20
                                    

Di tiap tahunnya, Helia memang selalu menantikan festival ulang tahun kerajaan. Sebab, hanya satu malam itu saja, Holland memberikan Helia izin untuk menikmati gemerlapan festival yang menyenangkan.

Meskipun usia Helia telah menginjak angka dua puluh, Holland masih sama protektifnya pada Helia. Mengatakan bahwa mau sedewasa apa pun rupa putrinya, di mata Holland, Helia hanyalah bayi kecilnya.

Pada malam yang sama pula, Holland mengizinkan Helia untuk menghabiskan waktu dengan Allan dan Casterius, meski harus memelototi satu-persatu dari mereka untuk memeringatkan keduanya agar Helia kembali ke kediaman Floral dengan aman dan utuh.

Seperti malam ini. Akan tetapi, hati Helia tidak merasa gembira seperti tahun sebelumnya. Sebab, bagaimana bisa Helia merasa gembira di saat esoknya, hari pertama pesta perayaan ulang tahun digelar, adalah hari patah hati pertama milik Helia di masa lalu.

Memang benar bahwa perasaan Helia terhadap Allan telah memudar, tetapi tak sepenuhnya lenyap. Sebagaimana rasa sakitnya di masa yang telah lalu, kembali memberikan sensasi tak mengenakkan di dada, membuat sudut hatinya berdenyut, seolah akan terkoyak apabila sesosok wanita dengan maniknya yang flora pada akhirnya menarik atensi sang raja lagi.

"Mengapa melihat ke satu titik, Helia? Kamu ingin gulali itu?"

Sebuah suara yang menelusupi indra pendengarannya mampu menarik Helia dari lamunannya. Dia lalu mengerjap dan menatap Casterius di sampingnya.

"Gulali?" Helia mengerutkan dahi.

Allan di sisi lain Helia menganggukkan kepalanya. "Kamu melihat stan gulali itu lama sekali. Kamu ingin? Tunggu, akan aku belikan satu."

Mungkin karena Helia melamun di satu titik yang sama, baik Allan atau Casterius menjadi salah paham.

"Tidak!" sela Casterius, menarik pergelangan tangan Allan yang mengambil tindakan untuk menghampiri stan dengan penuh aroma yang manis itu. "Kau diam di sini, Allan. Aku yang akan membelikannya untuk Helia."

Kelopak mata Allan berkedut. "Kau yang diam, akulah yang akan membelikan gulali untuk Helia!"

"Tidak, aku yang akan membelinya!"

"Akulah rajanya di sini, kau diam saja."

"Justru karena kau raja, tidak mungkin, 'kan, mengunjungi stan dan membeli sebuah gulali!"

"Diamlah, rambut emas! Biar aku yang membelinya!"

"Tidak, aku!"

"Aku!"

"Aku!"

Begitulah bagaimana ceritanya Helia memegang dua buah gulali di kedua tangannya. Meski kedua pria yang berdiri di sisi kanan dan kiri Helia ini telah menginjak kepala dua, entah mengapa sisi kekanakan mereka memilih untuk menetap.

Namun, bukannya protes, Helia merasa senang. Dengan kehadiran keduanya, Helia merasa aman, dia dilindungi, seakan-akan terdapat sebuah kepastian bahwa kebahagiaan yang dinanti, akan tiba dengan sendirinya.

Pada festival di ibu kota, Helia dan Casterius mengenakan pakaian yang hampir menyerupai rakyat biasa, mengecualikan bahan sutra mahal yang hanya bisa dibeli oleh para bangsawan. Sementara itu, Allan perlu mengenakan jubah berwarna putih untuk menutupi wajahnya.

Setelah revolusi, wajah Allan dikenali oleh para rakyatnya sebagai seseorang yang berjasa besar di Kerajaan Teratia. Potret wajahnya sudah tersebar dengan menyeluruh sehingga hanya sedikit saja yang tak mengetahui rupa sang raja. Maka dari itu, menginjakkan kaki ke ibu kota memiliki risiko tersendiri bagi Allan.

Helia menjilat gulalinya, rasa manis menyebar di lidahnya, membuat Helia tersenyum lembut.

"Untuk apa senyuman manis ini, hm?" Allan mencubit pipi kiri Helia, membuat Helia mengaduh singkat.

END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang