37. Melarikan Diri

734 73 12
                                    

Di dalam kereta kuda di mana ketiga anggota keluarga Floral hendak kembali ke kediaman, suasana di dalamnya terasa suram sehingga ayah dan kakak Floral mulai saling melemparkan pandangan.

"Ada apa dengan Helia?" tanya Holland dengan kontak matanya.

Mungkin karena Holland dan Demian sehati, keduanya bisa berkomunikasi dengan kontak mata dan ekspresi wajah saja.

Demian menjawab pertanyaan Holland dengan gelengan kecil, lalu melirik Helia sekilas dengan pandangan sedih sebelum kembali menatap ayahnya. Dia lalu balik bertanya sambil sedikit mengerutkan dahinya, "Apa yang Ayah lakukan pada Helia?"

"Mengapa menyalahkan aku? Aku tidak bersalah!" protes Holland.

"Di ruang pesta, Helia ada bersamamu, 'kan? Jangan mengelak lagi, Ayah!"

Holland memelototi Demian. "Helia datang ke pesta denganmu, dan bukan aku. Jelas masalahnya ada padamu!"

"Jangan mulai menyalahkanku di saat Ayah juga tidak ingin disalahkan!"

"Lihat, sekarang, kamulah yang mengelak!"

Sementara itu, di sisi Helia, dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela kereta, menatap pemandangan kota di bawah langit puncak purnama, mengabaikan segala pelototan dan kedipan mata kedua ayah dan kakaknya yang terlihat aneh.

Pesta dansa telah berakhir, tetapi Helia masih belum bisa melupakan apa saja yang terjadi di Istana Juliet hari ini. Selama pesta berlangsung, sang raja memang tak lagi menampakkan dirinya, hanya muncul di saat pesta hari pertama hendak ditutup. Sungguhpun jika Allan berupaya untuk menghindari Helia, Helia tak lagi dikejar oleh sosok itu, melainkan dengan trauma dan memori buruknya.

Ingatan Helia dan Allan yang berada di pekarangan Istana Juliet sulit lenyap walau Helia telah berusaha untuk melupakannya. Helia tak dapat lupa akan setiap kata yang terlontar dalam bibir Allan, yang seharusnya terdengar manis, tetapi malah berubah menjadi bisa yang menyakitkan.

Helia kira, dia dapat mengubah persepsi Allan terhadapnya. Helia kira, dengan menyelamatkan Allan dan mengulurkan tangannya pada Allan ketika seorang anak laki-laki tak lagi mampu bertahan hidup sendirian, Allan akan mengasihinya dengan sepenuh hati. Tak apa apabila Helia tak kembali dicintai, tetapi Helia hanya ingin memulihkan luka masa lalu di mana dia pernah dibodohi hingga pedih rasanya. Seharusnya, memang tak mengapa apabila Allan menemukan cinta selain Helia, asalkan luka yang tenggelam dalam darahnya sendiri di sanubari dapat pulih. Akan tetapi, Helia tak dapat mengira jika Allan begitu mengasihi Helia hingga intensi lembut Allan berubah menjadi intensi yang menginginkan Helia terkunci dalam sangkar, hanya untuk dipandang oleh dirinya sendiri.

Di ruang pesta, Helia juga menghindari pertanyaan Casterius dan sebisa mungkin menghilang dari pandangan pria itu. Helia bahkan menolak ajakan dansa dengan alasan terlalu letih, melihat wajah kecewa Casterius memang membuat hati Helia perih, tetapi Helia tak bisa mengambil risiko jika Casterius tahu bahwa cincin yang tersemat dalam rantai perak di lehernya telah raib. Meskipun memang sebelumnya cincin itu disembunyikan di balik kalung permata, Helia tak ingin Casterius tahu bahwa Helia telah menghilangkannya.

"Helia."

Helia mengalihkan pandangannya dari panorama malam pada ayahnya yang duduk di hadapan Demian, sementara kakaknya duduk di sampingnya.

Holland memang kelihatan gelisah karena kebungkaman Helia, seolah Helia tidak lagi tertarik untuk memulai percakapan menyenangkan di antara ketiganya. Ruang sempit dalam kereta pun jadi terasa kelam sehingga sedari tadi, masih belum ada obrolan yang mengudara.

END | Ignore Me, Your Majesty! [S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang