34. Cinta Jangan Marah

1.3K 153 214
                                    

Ketika kamu menyakiti seseorang dan dia diam dalam waktu yang lama, percayalah dia menghukummu dengan hukuman yang lebih keras dari sekedar kata-kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika kamu menyakiti seseorang dan dia diam dalam waktu yang lama, percayalah dia menghukummu dengan hukuman yang lebih keras dari sekedar kata-kata.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

#lavignisa_cadas 💙

23:15 wib

________________________
.
.
.
.
.
.
.

.........................

"Nana please, ya! Ini tuh udah aku bela-belain lho ke sini, beliin tiket ngantri buat kamu! Sayang dong tiketnya udah kebeli!"

"Yaudah mana tiketnya!", Ana merempas tiket itu dari tangan April. Kemudian Ana menyobek tiket itu di depan April.

CRAAAATTT!!!

"Udah kan? Masih sayang sama tiketnya?", wajah Ana semakin kesal. Baginya, bisa-bisanya April masih sempat memikirkan tiket setelah apa yang dia lakukan dibelakangnya.

April mengepalkan tangannya. Ingin rasanya dia menyeret Ana yang tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba kesamber petir.

"Sabar, Lia...."

April juga terlihat menahan amarah. Namun ia masih bisa menahannya. Ia masih bisa menguasai dirinya. Ini adalah perdana baginya mengetahui watak asli masing-masing.

Setelah di luar gedung bioskop, Ana berjalan menjauhi April. April segera mengambil sepeda motornya di parkiran dan mengejar Ana.

"Ayo naik!", pinta April setelah berhasil mengolah emosinya agar tidak meledak dan menghentikan laju motornya di samping Ana.

"Aku bisa pulang sendiri", jawab Ana tanpa menoleh pada April dan semakin cepat berjalan.

"NAIK AKU BILANG!!!", bentak April akhirnya dan mengejar Ana menghentikan laju motornya tepat di depan Ana.

Dengan wajah terpaksa Ana menurut. Jika tadi saat berangkat Ana menempel dan memeluk April dari belakang. Maka kini ada jarak diantara keduanya di atas jok motor. Jika tadi waktu berangkat tidak ada jarak di antara keduanya maka sekarang jarak mereka berdua kira-kira dua jengkal tangan.

April sudah tidak menanyakan kenapa gadisnya tiba-tiba menjadi seperti ini. Karena dia tidak ingin ikut terbawa emosi jika terus mengobrol dalam keadaan marah.

"Ternyata kamu begini ya, Kak! Bisa-bisanya bersikap biasa-biasa saja seperti tidak pernah melakukan apa-apa di belakangku", batin Ana makin kesal pada April.

.
.
.
.
.
.
.

***

April menghentikan laju motor di depan gerbang rumahnya. Bukannya mengikuti April masuk ke dalam rumah, Ana malah berjalan menuju kos-kosan. April membiarkan Ana dengan sikap kanak-kanakannya.

Hasrat | gxgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang