52. Terluka Dalam

717 92 340
                                    


Happy reading..

Lavignisa_cadas
040623_18.57wib
_______________________
.
.
.
.
.
.
.
.

....................................

"Pergi!! Aku tidak ingin makan dari tanganmu!"

Papa Ana tertegun dengan ucapan putrinya, ini pertama kalinya dia merasa asing dengan putrinya sendiri. Dia tidak ingin menyalahkan Ana atas apa yang telah diucapkannya. Papa Ana terdiam, memandang intens wajah Ana yang bahkan Ana sendiri membuang pandangannya.

"Maaf, sayang. Mungkin kamu sudah mendengar semuanya. Tapi percayalah, Papa sayang kamu dan--"

"Please pah! Tinggalkan Ana sendiri!"

"Baik. Papa keluar sekarang. Papa bakal nunggu sampe kamu tenang yaa...."

"Pergi!"

.
.
.

***

Menjelang sore hari Ana masih keukeuh tak mau menyentuh makanannya yang bahkan sudah diganti dengan yang baru oleh Bi Sari. Hati Ana semakin dongkol karena pintu kamarnya masih dikunci. Ia hanya bertahan dengan cemilan  yang ada di dalam kamarnya.

Dia mulai membenci keadaan di rumahnya. Sebuah keluarga yang berpura-pura romantis dan baik-baik saja. Ternyata menyimpan banyak luka.

"Kak April, hiksss...", dalam syahdunya malam, ia menyebut nama April dengan begitu lirih.

Tiba-tiba...

"Sssssttttt...."

"Suara apa tuh?", Ana bermonolog mendengar suara desisan.

"Ana...sayang, ini aku. April"

"What?!! Kak April!! Aaaaa......", Ana langsung berlari keluar kamar menuju balkon depan.

___

"Kakak.... sayang...aku yinduuuu, huhuhuhu..", ucap Ana pada April yang masih dibatas tangga.

"Ssssttt, kamu jangan bersisik. Nanti ketahuan!"

"Oh iyaa, kak April kok gak lewat depan aja sih?"

"Sudah. Tapi Mama kamu bilang kamu lagi gak dirumah. Ya aku gak percaya, orang tadi pagi kamu gak masuk sekolah"

"Terus? Kakak lewat mana?"

"Tadi setelah menyusup ke kebun belakang, aku ambil tangga ini dan menaikinya", senyum April.

"Hiksss... effort banget. Udah kek Rapunzel aja akutuh kak. Dikurung dikamar begini, terus ada pangeran yang datang menolong, eh..bukan! Salah-salah bukan pangeran tapi  Queen Irene. Dan akutuh...-"

"Cerewetnya bisa nanti dulu gak, sayang? Kaki aku kebas ini bertahan di atas tangga"

"Oh, astaga! Sampe lupa. Hayuk kak, masuk! Tapi jangan bersisik ya, biar gak ketahuan Mama"

"Yang bersisik itu kamu!", April segera masuk ke lantai balkon dan duduk disebuah kursi yang terletak diluar kamar atas.

"Hehe...yindu sih. Yindu seyindu-yindunya. Emmmmm,..Kak, Mama sudah tau hubungan kita berdua"

"Iya, tidak apa-apa sayang. Memangnya mau sampai kapan kita backstreet?"

"Terharu akutuh, kakak ternyata seserius ini.."

"Mau kan, berjuang dengan ku?", tanya April.

Ana mengangguk dengan yakin.

"Good girl"

Hasrat | gxgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang