37. Nostalgia SMA

1.1K 132 263
                                    

Jangan lupa ngeteh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa ngeteh..

🌼🌼🌼🌼🌼🌼

happy reading..

@lavignisa_cadas

01.27 wib

____________________
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.......................................

"Kenapa pelukan spontan ini rasanya masih sama, Fu?", batin April.

Sementara Fuji seolah menemukan ruang rindu yang semakin menyesakkan dadanya.

"Sorry, Li", lekas Fuji melepas pelukannya karena April hanya diam memandanginya. Biasanya April akan balik memeluk tapi tidak untuk malam ini.

Tidak ada balasan untuk pelukan Fuji.

Semua tidak lagi sama.

"It's ok. Duhh...Melly kemana sih kok lama banget", April mulai merasa tidak nyaman dengan kebersamaan itu dan mencoba mengalihkan perhatian saat Fuji terus memandangi wajahnya.

"Tuh..Melly tuh...", tunjuk Fuji ke arah pojokan.

"Ya ampun...dia lagi mojok"

Setelah pertandingan selesai mereka nongkrong di sebuah cafe. Yaitu Cafe d' Sawah Tongkrongan 24 jam. Dinamakan demikian karena lokasinya terletak diantara persawahan yang masih sangat asri. Cafe ini sederhana namun sangat luas.

Sebuah cafe yang terletak di pinggiran kota dengan bahan bangunan berbahan dasar anyaman bambu semi permanen. Sementara dapurnya didesain seperti bangunan batu bata yang memang sengaja tidak di plester. Tempat itu merupakan tempat yang nyaman karena terbuka dan agak jauh dari bising transportasi umum.

Sebelum berangkat menonton pertandingan voli sebelumnya Fuji sudah lebih dulu meminta izin kepada suaminya, Vendra. Vendra tidak pernah mengekang Fuji saat dia jauh dengan istrinya itu karena Vendra merasa sudah mengikat Fuji dengan sebuah pernikahan.

Berbeda jika Vendra sudah pulang maka Fuji tidak akan ia izinkan kemanapun kecuali bersama dengannya. Vendra pun sudah mengetahui bahwa malam ini Fuji akan menonton pertandingan mantan pacarnya. Vendra selalu santai untuk itu, dia sangat percaya kepada Fuji. Karena Vendra pun mengenal baik Herman yang juga sahabatnya.

"Selamat ya, kak. Seperti biasa. Menang", ucap Fuji saat sudah dimeja lesehan.

"Terimakasih Dwi Fuji", senyum Herman merasa diperhatikan oleh mantan kekasihnya itu.

Hasrat | gxgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang