5. Malam Pertama

3.7K 168 21
                                    

Suatu saat nanti, akan aku jadikan kau rumahku bersama kupu-kupu yang hinggap di hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suatu saat nanti, akan aku jadikan kau rumahku bersama kupu-kupu yang hinggap di hati.

#Ana

.
.
.
.
.
.

.

.............................

Aprilia Wulan

Aku tidak bisa membayangkan bisa sampai di tempat ini. Bocah tengil ini yang selalu aku hindari, tapi lihatlah sekarang? Aku malah akan tinggal dirumahnya entah untuk berapa hari.

Semua ini aku lakukan sebagai profesionalitas ku sebagai guru yang bahkan belum segenap sebulan mengajar sudah mendapatkan surat peringatan.

"Silahkan masuk, kak"

"Kak?"

"Ini kan diluar jam sekolah. Lidah gue capek kalau harus formal terus. Emang ga mau gue panggil kak?"

"......"

"Maunya dipanggil apa? Bebeb? Honey? Atau..."

Aku melotot kearahnya.

"Ok. Ok. Sepertinya kakak saja. Hehe"

Gadis tengil ini dipapah oleh bibinya. Sementara aku memegang tas berisi beberapa keperluan ku selama stay disini. Setelah masuk didalam kamarnya, alangkah terkejutnya aku melihat isi dinding kamarnya.

Penuh dengan sticker dan poster perempuan berwajah Korea. Entah siapa itu. Hingga membuat kamar ini seperti toko poster. Ada satu poster yang menyita perhatian ku. Ini dicetak sangat besar. Disana wanita itu mengenakan suit hitam dan celana yang senada. Tanpa sadar aku memperhatikan poster itu sambil memegang wajahku.

"Kalau Kakak berdiri disitu, seperti sedang bercermin"

Lantas aku segera menjauh dari poster yang berukuran paling besar itu.

"Dia Irene kak! Irene Red Velvet. Idol gue", jelasnya

"Ga nanyak"

"Tapi gue pengen jelasin. Terserah sih kakak mau paham atau engga"

Tuh, belum sehari dia udah nyebelin.

Sabar Lia ..

Ini tidak akan lama!

Itulah kalimat jimat yang selalu aku gumamkan dalam hati.

"Non, bibi tinggal kebelakang dulu ya, mau nyiapin makan malam",

"Iya Bi, pergi aja sono!"

Kulihat gadis itu sudah rebahan dengan bantuan pembantu nya. Awalnya aku ga mau satu kamar dengan dia, tapi mama gadis ini menganggap aku hanya main-main mengatakan akan bertanggung jawab. Katanya kalau satu kamar akan lebih mudah merawat dan memantau perkembangan kesehatan anaknya. Sementara dia sendiri sibuk kerja ninggalin putri nya.

Hasrat | gxgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang