Part 10

6.3K 315 6
                                    

Assalamu'alaikum...

Maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan.

Hanyalah penulis pemula yang masih banyak belajar lagi

Vote dan komennya jangan lupa
Biar aku tambah semangat buat lanjutin cerita ini

Happy reading...

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Alhamdulillah Dit, istri kamu baik-baik aja. Kemungkinan sebentar lagi dia akan sadar. Tapi..."

"Tapi apa, Tan."

"Janinnya selamat kan, Tan?" Tanya Adit tidak sabaran.

Terlihat Dokter Dita menghela napas. Segala pemikiran buruk tentu sudah  berkeliaran di kepala Adit beserta temannya yang lain.

"Alhamdulillah janinnya selamat, Dit."

"Alhamdulilah..." Ucap Aira, Nanda, Nando, Azka dan Adit serempak.

"Tapi kondisi janinnya saat ini masih lemah, apalagi setelah pendarahan tadi."

Lalu Tante Dita tersenyum hangat ke arah Adit. "Anak kalian cukup kuat, Dit. Buktinya masih bisa bertahan sampai sekarang di rahim Bundanya."

Adit ikut tersenyum. "Karena istri Adit juga kuat. Terimakasih ya, Tan."

"Terimakasih sama Allah, Dit." Adit hanya balas mengangguk.

"Untuk saat ini Tante sarankan Dinda bed rest dulu untuk memulihkan kondisi janinnya yang lemah serta menghindari pendarahan yang mungkin bisa terjadi lagi, Dit." Jelas Dokter Dita.

"Apa sekarang kita boleh jenguk Dinda Dok?"

Dokter Dita mengalihkan pandangannya dari Adit, terlihat wanita itu mengingat siapa gadis yang bertanya di samping Azka itu.

"Kalau tidak salah, kamu Aira ya? Yang waktu itu Azka bawa ke apartementnya?"

Nanda dan Nando kompak membulatkan matanya ke arah Azka, sedangkan Adit sendiri terlihat biasa saja karena sudah mengetahui cerita tersebut dari Azka.

"Wah, parah Lo Ka. Lo ngapain bawa Aira ke apartement hah?!" Tanya Nando heboh.

"Ingat dosa woi, udah banyak jangan di tambah. Utang cerita Lo sama kita," sambung Nanda.

"Berisik!"

"Tapi ini beneran Aira kan?" Tanya Tante Dita memastikan.

"Iya Tan, makasih udah nolongin aku waktu itu ya, Tan." Tante Dita balas tersenyum.

"Jadi...apa kita sekarang boleh jenguk Dinda?"

"Maaf ya Aira, hanya satu orang saja yang boleh jenguk Dinda untuk sekarang." Raut wajah Aira mendadak lesu.

"Ada yang mau di tanyakan lagi sebelum Tante pergi?"

"Kira-kira bed restnya berapa lama Tan?" Tanya Adit.

"Sampai pendarahannya tidak terjadi lagi, Dit. Tante akan pantau terus keadaan Dinda nanti."

"Makasih, Tan."

"Sama-sama. Ingat, selalu jagain Dinda Dit, agar kejadian ini tidak terulang lagi. Allah masih mempercayakan kalian untuk menjadi orang tua. Jadi, banyak-banyaklah bersyukur. Kalau gitu Tante permisi dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Setelah kepergian Tante Dita, Adit langsung membuka pintu ruang rawat istrinya, lelaki itu tidak sabar untuk bertemu dengan istrinya. Sedari tadi hatinya tidak tenang sebelum melihat langsung wajah istrinya. Adit menghentikan langkahnya di ambang pintu, lelaki itu memutar tubuhnya menghadap teman-temannya.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang