Jangan lupa vote dan komennya ya
Agar aku semakin semangat buat lanjutin cerita ini.
Happy reading
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Helaan napas keluar dari bibir sedikit pucat itu saat membuka pintu mobil. Dengan tangan mungilnya yang menenteng sekantong batagor, perempuan itu keluar dari mobil dengan wajahnya yang terlihat begitu lesu bercampur pucat.
Aira, dalam perjalanan pulang tadi, dia kembali mual dan terpaksa menyuruh Mang Asep menghentikan mobil lantaran tak bisa menahan perutnya yang semakin bergejolak ingin muntah.
Pada akhirnya perempuan itu memuntahkan isi perutnya di pinggir jalan. Padahal ia baru saja mengisi perutnya, namun sudah dia keluarkan lagi. Mang Asep yang melihatnya pun menjadi tidak tega, memang lelaki berumur 50 tahun itu sudah mengetahui kehamilan Aira karena tak sengaja mendengar percakapan antara Azka dan juga Bi Sumi beberapa hari yang lalu.
Lelaki yang tak lagi muda itu pun meminta penjelasan, awalnya Mang Asep sempat marah pada Azka karena telah merusak perempuan yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri itu. Tapi tidak sampai memukul Azka, walau Azka sudah menyuruhnya berulang kali.
Mang Asep hanya berpesan kepada Azka untuk tidak menyakiti Aira dan selalu menjaga Aira serta menyuruh Azka untuk segera bertanggung jawab atas perbuatannya.
Bukan itu saja penyebab wajah Aira berubah lesu seperti ini, tetapi juga karena tak sengaja mendengar ucapan Gabriel tadi. Yang kata-katanya terus saja terngiang di kepalanya.
Jujur, mendengar bahwa pernikahan Azka akan di percepat membuat hati Aira sedikit sakit, maka dari itu ia memutuskan pergi begitu saja untuk sedikit menenangkan perasaannya yang bercampur aduk terhadap Azka.
Langkahnya yang pelan seiring tatapan mata yang melamun itu menuju ke arah pintu rumah dengan berbagai pertanyaan memenuhi otaknya. Salah satunya adalah apakah dia dan Azka memang tidak di takdirkan untuk bersama?
Pasalnya ketika Azka serius ingin bertanggung jawab, pasti satu persatu masalah selalu muncul yang membuat hati Aira kembali meragukan sosok Azka. Sebenarnya lelaki itu serius atau hanya sekedar kasihan ataukah main-main terhadapnya? Itulah yang menjadi tanda tanya dalam benak Aira.
Namun jika di lihat-lihat dan mendengar cerita perjuangan Azka dari teman-temannya, lelaki itu memang terlihat serius juga tulus dan Aira telah mempercayai itu.
Lalu kenapa di saat Aira sudah menerima bahkan menaruh sedikit harapan pada lelaki itu justru harus dihadapkan oleh kenyataan pahit bahwa Azka sebentar lagi akan menikah? Rasa pusing setelah muntah di tambah memikirkan Azka semakin membuat kepalanya berdenyut sakit. Ia pun memijat pelipisnya pelan.
Lamunan Aira buyar saat rasa mual kembali menghampirinya. Perempuan yang beberapa bulan lagi akan menginjak usia 17 tahun itu berlari kecil seraya memegang perutnya untuk segera membuka pintu rumah, hendak menuntaskan rasa mualnya ini.
Namun setelah membuka pintu bahkan baru beberapa langkah masuk ke dalam, tubuhnya malah di siram menggunakan air dingin.
Refleks netra coklatnya terpejam saat rasa dingin menjalar di tubuhnya. Memeluk tubuhnya erat berharap sedikit memberi kehangatan. Hingga beberapa detik kemudian barulah Aira membuka matanya kembali.
Detik itu juga ia langsung di suguhkan wajah Tante Bela yang terlihat marah sekali, juga di sampingnya ada Salsa yang menatap dirinya dari atas sampai bawah dengan tatapan menjijikan sembari bersedekap dada. Aira menatap heran keduanya, entah kenapa hatinya menjadi was-was. Firasatnya mengatakan kalau sesuatu yang buruk akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKAIRA
Spiritual°Jangan lupa follow sebelum baca° Aira Mutya. Seorang perempuan yang memantapkan hatinya untuk berhijrah. Mulai dari mencoba menutup aurat dan taat beribadah. Begitu banyak rintangan yang harus di hadapi oleh Aira di kala proses hijrahnya. Namun per...