Part 28

5.5K 322 18
                                    

Alhamdulillah akhirnya bisa up kembali

Jangan lupa vote dan komennya ya

Agar aku semakin semangat buat lanjutin cerita ini.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Malam ini adalah malam dimana keluarga Puja dan keluarga Azka akan mengadakan pertemuan dengan makan malam bersama di rumah Kakek Rino dan Nenek Rina untuk membahas tentang perjodohan.

Bunda, Ayah, Kak Taria dan Bang Tara serta tak lupa si kecil Fira sudah berangkat dari beberapa menit yang lalu. Menyisakan Azka yang masih sibuk dengan lamunannya di balkon kamar, di temani secangkir teh panas dengan mata yang tak henti memandangi langit malam yang di taburi bintang.

Lelaki yang mengenakan baju kaos hitam di lapisi jaket berwarna hitam pula serta memakai anting di telinga kirinya itu terlihat santai. Tak berniat sama sekali untuk ke pergi ke acara makan malam di rumah Kakek dan Neneknya.

Namun setelah beberapa menit berdiam diri, bayangan Aira dan juga anaknya entah kenapa tiba-tiba terlintas di pikirannya yang kontan membuat hati lelaki itu tergerak untuk ikut ke acara makan malam itu. Bukan untuk menerima perjodohan, akan tetapi untuk menyelesaikan masalah perjodohan ini secepatnya, demi Aira dan juga anaknya agar mereka bisa bersama nantinya.

Azka sengaja mengenakan pakaian seperti ini. Berpenampilan layaknya berandalan supaya keluarga Puja nanti memandangnya buruk agar mempertimbangkan perjodohan itu kembali.

Azka beranjak dari duduknya setelah menghabiskan seteguk air tehnya bertepatan dengan ponselnya yang bergetar di balik saku. Lelaki itu membuka pesan dari Kak Taria yang menyuruhnya untuk segera ke rumah kakeknya sebab keluarga Puja sudah berkumpul di sana dan makan malam pun sudah di mulai.

Menaiki motornya, Azka langsung menancap gas menelusuri jalanan yang sedikit lenggang. Mata tajam itu salah fokus pada seorang perempuan yang tengah berdiri di depan gerobak penjual batagor. Walau sekilas, tapi ia begitu mengenali siapa seseorang itu. Azka pun menghampiri, menghentikan motornya di belakang perempuan itu yang terlihat sedikit tersentak kecil.

"Azka?" Perempuan itu menoleh.

"Mau batagor juga ya?" Tanya nya.

Azka menggeleng setelah melepas helm full face nya. Menyugar rambutnya yang acak-acakan membuat sekumpulan cewek yang tengah membeli pentol kuah di samping penjual batagor itu memekik tertahan dan menatapnya penuh kagum sembari gigit jari ketika melihat ketampanan seorang Azka. Namun Azka menghiraukannya, fokusnya saat ini adalah ibu dari anaknya.

"Udah lama? Kesini bareng siapa?" Tanya Azka terdengar sedikit khawatir.

Walau jam baru menunjukkan pukul 19.25 WIB. Tapi Azka tetap khawatir, bukannya apa, ia takut seseorang akan berbuat jahat pada Aira jika perempuan itu keluar malam-malam begini. Terlebih Aira hanya sendiri.

"Tuh sama Mang Asep." Tunjuk Aira ke arah mobil yang berada di sisi jalan itu membuat lelaki itu sedikit lega.

"Ngidam ya?" Tanya Azka lagi nyaris berbisik. Aira menoleh sekilas. "Mungkin? Dari tadi kepikiran terus pas di sekolah."

"Kenapa nggak bilang?"

Aira menyerngit bingung

"Kenapa harus bilang, kan ini kemauan aku." Jawab Aira.

"Lain kali bilang, Ra. Biar aku yang turutin kemauan kamu, aku kan turut andil buat kamu kayak gini."

"Nggak usah, selagi aku masih bisa sendiri. Dan tentunya nggak ngerepotin kamu nanti." Tolak Aira.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang