Jangan lupa vote dan komennya agar aku semangat untuk lanjutin cerita ini.
Happy reading
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Dit, kok Aira nggak jenguk aku lagi ya?" Tanya Dinda setelah mengunyah potongan buah dari Adit.
Adit yang ingin menyuapkan potongan buah ke mulut Dinda lagi pun seketika terhenti. Lelaki itu dengan ragu menatap istrinya yang menyerngitkan alis bingung melihat keterdiamannya. Perasaan bersalah seketika muncul di benak Adit karena dirinya sudah berbohong kepada istrinya itu.
Dua hari berlalu sejak Adit membohongi Dinda, yang mana ia mengatakan bahwa Aira datang ke sini menjenguk Dinda saat istrinya itu tertidur. Padahal Aira sama sekali tidak menjenguk Dinda, sebab Adit sendiri yang melarangnya waktu itu.
"Padahal kalau aku lagi sakit tuh dia pasti jengukin aku dan nemenin aku sampai keadaan aku membaik. Tapi ini nggak, walau sesibuk apapun dia pasti akan meluangkan waktunya untuk aku. Nggak biasanya tau Aira kayak gini."
Meletakkan piring berisi potongan buah di atas nakas samping brankar, lelaki itu mengelus punggung tangan istrinya sembari menatap dalam netra cokelat yang terlihat sedih itu. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk Adit berkata jujur, mengingat kondisi Dinda yang sudah membaik. Tangannya pun beralih menggenggam tangan kanan istrinya, ada rasa tak tega melihat wajah sedih Dinda.
"Aku mau jujur sama kamu." Ucapnya kemudian. "Tapi jangan marah ya? Dengerin penjelasan aku dulu." pinta Adit.
"Jujur apa? Aira nggak jenguk aku bukan karena kamu kan alasannya?" Tanya Dinda penuh selidik.
"Jawab Dit," desak Dinda saat melihat keterdiaman suaminya itu.
Dan dari sini Dinda yakin di balik Aira yang tidak menjenguknya pasti ada sangkut pautnya dengan Adit.
"Kamu nggak ngomong macam-macam sama Aira kan, Dit?" Tanya Dinda lagi
Adit menghela napasnya lalu menundukkan kepalanya. Raut bersalah menghiasi wajah tampannya. "Tapi janji jangan marah ya?" Cicitnya kemudian.
"Jelasin yang jelas biar aku nggak marah sama kamu." tutur Dinda lembut.
"Maafin aku karena udah bohongin kamu soal Aira yang jenguk kamu waktu itu. Kenyataannya Aira nggak pernah jenguk kamu, karena aku yang melarang dia untuk datang ke sini..."
"Aku juga nggak sengaja ngomong yang nyakitin hati Aira banget, maafin aku..." lirih Adit.
Jujur ada sedikit rasa kecewa di hati Dinda karena Adit sudah berbohong kepada nya. Namun perempuan itu mencoba terlihat tenang, dia ingin mendengar lebih jelas lagi setiap kata-kata yang terucap dari bibir suaminya itu. "Kamu bilang apa sama Aira?" Tanya Dinda kemudian.
"Aku bilang kalau Aira itu selalu ngerepotin kamu, nyusahin kamu dan karena masalah Aira kamu juga kena im---"
Dinda menarik tangannya dari genggaman Adit. Dinda menatap penuh kecewa kepada lelaki di hadapannya ini.
"Kamu udah keterlaluan Dit. Di sini Aira itu nggak salah, yang salah itu Salsa. Aku kecewa sama kamu, bisa-bisanya kamu ngomong kayak gitu sama Aira, selama ini Aira tuh nggak pernah ngerepotin aku, Dit. Malahan aku lah yang sering ngerepotin Aira."
"Dulu saat aku sakit, Aira itu rela beliin aku martabak sampai hujan-hujanan hanya demi nurutin kemauan aku. Padahal dia sendiri itu lagi kerja, Dit. Jadi di sini akulah yang sering ngerepotin Aira bukan malah sebaliknya. Dan masih banyak lagi cerita aku yang udah ngerepotin dia." Jelas Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKAIRA
Spiritual°Jangan lupa follow sebelum baca° Aira Mutya. Seorang perempuan yang memantapkan hatinya untuk berhijrah. Mulai dari mencoba menutup aurat dan taat beribadah. Begitu banyak rintangan yang harus di hadapi oleh Aira di kala proses hijrahnya. Namun per...