Part 39

6.1K 285 5
                                    

Jangan lupa follow akun WP aku.

Jangan lupa vote dan komennya ya

Karena satu vote dari kalian itu sangat berharga bagi aku.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


"Udah dong ngambeknya, Ra..." Bujuk Azka sambil memeluk tubuh Aira dari belakang. Bumilnya ini sedang merajuk.

"Jangan ganggu dulu, aku lagi masak." Ketus Aira. Melepas tangan Azka yang tengah mengusap-usap perutnya dengan sedikit tidak rela, entahlah kenapa setiap kali Azka mengusap perutnya. Ada rasa nyaman tersendiri yang Aira rasakan, mungkin ini bawaan dari anaknya, mungkin?

Bukannya menuruti, malahan Azka semakin mendekap tubuh kecil istrinya itu, menjatuhkan kepalanya di bahu sempit Aira. Sesekali menduselkan kepalanya di sana.

Aira pasrah, ia membiarkan lelaki itu mendusel di bahunya. Tidak peduli Azka yang terus membujuknya. Ia lebih memilih sibuk dengan kegiatannya yaitu memasak untuk makan siang mereka.

Beberapa menit kemudian, hidangan telah tersedia di meja makan. Seperti biasa, Aira mengambil nasi beserta lauk untuk Azka. Namun tidak seperti biasa, mereka yang selalu makan sepiring berdua dan Aira yang menyuapi Azka begitu juga sebaliknya, kini malah melenggang pergi meninggalkan Azka seorang diri di meja makan.

Menghela napasnya sejenak lalu mendorong pelan piring yang di sodorkan Aira tadi, Azka memilih mengikuti Aira yang nampak melangkahkan kaki ke dalam kamar mereka.

Dia tidak mau makan jika istrinya itu masih marah padanya. Ini salahnya juga yang menanyakan soal Rindi di depan Aira tadi. Pasti istrinya itu memikirkan hal yang tidak-tidak tentang dirinya.

Mungkin Aira mengira kalau dirinya sudah mulai tertarik atau luluh kepada Rindi. Makanya Aira sedari tadi mendiamkannya, berbicara pun hanya singkat saja dan juga sedikit ketus kepadanya.

Padahal kenyataannya tidaklah seperti itu. Bagi Azka, satu-satunya perempuan yang bisa menarik hatinya bahkan meluluhkan hatinya adalah Aira. Buktinya, hampir 2 tahun lebih lamanya di kejar oleh Rindi, hati Azka tidak luluh sama sekali, yang ada lelaki itu selalu merasa risih.

Namun berbeda dengan Aira, walau sudah beberapa kali di tolak dan di acuhkan, tetap saja lelaki itu masih mengejar dan memperjuangkan cintanya. Semenarik itu Aira di mata Azka.

Bahkan Azka sampai meminta kepada sang pencipta agar Aira lah yang menjadi pendamping hidupnya kelak, karena Aira adalah perempuan yang dia inginkan. Dan ternyata Allah menghendaki.

Aira Mutya, sosok perempuan yang berbeda dari perempuan-perempuan lainnya yang ia temui.

Perempuan yang dia inginkan untuk menjadi pendamping hidupnya, akhirnya kini sudah di takdirkan bersamanya dan menjadi miliknya.

"Udah dong marahnya sayang..."

Aira tak menggubris, perempuan itu sibuk memberi makan Lili di balkon kamar mereka. Walau sempat kaget akan panggilan sayang yang di lontarkan Azka. Sebisa mungkin, Aira menormalkan wajahnya agar tidak salah tingkah atau malu.

"Sayang... Udah dong marahnya." Rengek Azka.

"Sayang... Maafin aku ya?"

Lagi, Azka memanggil Aira dengan kata sayang. Tapi Aira tetap menghiraukannya, fokusnya sekarang adalah mengelus bulu lebat milik Lili. Meletakkan kucing kesayangannya itu ke pangkuannya dengan Aira yang mendudukkan diri di kursi balkon.

Azka berjongkok di depan Aira, dia pun turut mengelus bulu Lili. "Lili, bujuk ibu dari anak-anak aku dong, supaya dia itu  nggak ngambek lagi sama aku." Ucap Azka dengan wajah sendunya.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang