Part 45

4.7K 275 16
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya

Karena satu vote dari kalian itu sangat berharga bagi aku.

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Ra, Lo mau kemana?" Nando bertanya ketika melihat Aira melewati tempat duduknya begitu saja.

"Mau ke toilet, Do."

Mendengar ucapan Aira kontan membuat Nanda dan Nando melepaskan pulpen secara bersamaan, pun juga bersamaan beranjak dari tempat duduk masing-masing.

Menyebabkan kursi kedua saudara kembar itu berderit nyaring sehingga menyita perhatian seisi kelas.

"Kita anterin." Ujar Nanda dan Nando kompak.

Seluruh kelas XII IPA 1 di buat terkejut mendengarnya, secara bersamaan mereka mengalihkan pandangan yang semula ke buku tulis kini beralih ke arah Aira, Nanda dan Nando.

Bisik-bisik mulai terdengar dari sebagian siswi. Sementara itu, Aira sudah melototkan matanya kearah Nanda dan Nando yang tampak tidak peduli akan cibiran-cibiran para siswi. Aira pun menggeleng pelan pertanda ia menolak.

Bukannya menuruti, malahan kini kedua lelaki itu sudah berdiri dibelakang Aira, siap untuk mengantar istri dari sahabat mereka itu.

"Ayo Ra kita antar." Ajak Nanda.

Helaan napas lelah keluar dari mulut Aira. Mata bulat itu bergerak pelan melirik ke sekitar. Dan benar saja seperti apa yang dipikirkannya, teman sekelasnya sudah menatapnya intens, sinis, penuh curiga dan penasaran. Pasti mereka sudah berpikir yang tidak-tidak tentangnya.

Tidakkah sikembar ini tahu situasi? Kenapa mereka tidak memahami kalau ucapan yang baru saja mereka lontarkan membuat orang-orang menjadi salah sangka. Aira kesal sendiri di buatnya. Bukannya ia tidak tau berterimakasih, hanya saja ia tidak suka menjadi pusat perhatian seperti sekarang.

"Jangan, aku bisa sendiri." Tolak Aira pelan.

Ia mulai melangkahkan kaki untuk segera keluar kelas. Selain tidak suka menjadi pusat perhatian, dia juga tidak kuat apabila mendengar kata-kata pedas yang terlontar dari sebagian siswi di kelasnya, yang terkadang sangat menyakiti hatinya.

"Pokoknya kita akan tetap anterin Lo, Ra." Mutlak Nanda mengikuti setiap langkah Aira hingga ketiganya sudah keluar kelas.

"Ng--"

"Lo tenang aja, kita nggak bakal macam-macam kok. Kita berdua cuma mau memastikan keselamatan Lo doang  selama gue dan Nanda di tugaskan oleh Azka buat awasin lo, Ra. Lagipula kita cuma nganterin Lo di depan toilet kok, nggak mungkin juga kita berdua masuk ke dalam kan? Bisa berabe kalau Azka tau." Ujar Nando menjelaskan.

"Gampang sih kalau Azka tau.
Ya, Lo tinggal dipukul sama dia. Iya nggak?" Sambung Nanda sedikit terkekeh.

Tak ayal ucapan Nanda membuat Nando menoyor kepala sang adik yang sangat menyebalkan itu. "Enak aja. Kalau gue di pukul, Lo juga akan dipukul. Ingat, yang ditugasin buat jagain Aira itu kita berdua."

"Iya juga sih." Balas Nanda membenarkan. "Ya udah yuk, Ra, kita anterin." Lanjut Nanda.

"Aduh... Nggak usah, Nan, Do. Kalian masuk ke kelas dan ngerjain tugas aja sana. Aku bisa sendiri kok." Tolak Aira lagi.

"Nggak bisa gitu, Ra. Kita akan tetap anterin Lo ke toilet." Kata Nando.

"Kenapa ngomongnya harus keras-keras sih? Teman sekelas kita pasti mikirnya yang nggak-nggak." Bisik Aira sedikit melirik ke dalam kelas.

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang