ِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Sesampainya di rumah, Aira langsung memasukkan sepedanya di garasi, tidak lupa mengunci garasi tersebut yang kuncinya sudah tergantung di sana. Sejenak Aira menghentikan langkahnya di depan pintu, dengan pelan ia menolehkan kepalanya ke belakang.
Di sana, di depan pagar rumahnya, Azka dengan wajah datarnya masih memperhatikannya dari kaca mobil yang terbuka. Setelah mengatakan ucapan yang berupa penolakan secara halus itu membuat Azka terdiam, tetapi lelaki itu masih saja mau mengikutinya sampai ke rumah memastikan bahwa dirinya baik-baik saja.
Jauh di lubuk hati Azka, lelaki itu merasakan sakit sebenarnya. Ini pertama kali dirinya jatuh cinta, belum juga berjuang sudah di tolak begitu saja. Azka tau perempuan itu begitu menjaga diri dari yang bukan mahramnya juga menghindari yang namanya pacaran.
Maka dari itu Azka akan berusaha memperjuangkan Aira dengan merayu penciptanya supaya menakdirkan seorang lelaki yang jauh dari kata baik ini dengan perempuan baik seperti Aira.
Setelah mengungkapkan perasaannya tadi bukannya Azka ingin mengajak Aira pacaran, dia cuma ingin mengungkapkan isi hatinya saja supaya hatinya lega dan meyakinkan Aira bahwa dirinya itu tulus tanpa ada niat buruk sedikit pun pada gadis itu.
Melihat Aira sudah masuk ke dalam rumah, Azka menghela napasnya. Getaran ponsel di saku celananya membuat lelaki itu segera mengambilnya. Ternyata panggilan masuk dari bundanya. Azka menggeser ikon hijau di layar.
"Assalamu'alaikum, Bun."
"Wa'alaikumussalam. Ka, kamu malam ini pulang kerumah atau apartement?" Tanya Bundanya di seberang sana.
"Kenapa?"
"Ini Nenek kamu nanya."
"Azka pulang ke apartement, Bun."
"Azka, pulang ke rumah ya? Nenek kangen loh. Ini di rumah juga ada Cantika, kasihan dari tadi dia nungguin kamu di sini. Seharusnya kamu tuh jangan cuek-cuek lah ke Cantika, kasihan dia. Dia cuma pengen kenalan sama kamu doang. Dia ingin lebih dekat sama kamu karena dia kesepian nggak ada temannya. Terlebih sekarang kedua orang tuanya lagi ke luar kota dan seminggu kemudian baru pulang." Itu suara neneknya.
"Maaf nek, Azka nggak bisa. Oh iya Bun, Nek, Azka mau ngabarin ke kalian kalau Dinda masuk rumah sakit."
"Innalillahi, kenapa? Kok sampai bisa masuk rumah sakit?"
"Pendarahan Bun, kalau Bunda mau jenguk, nanti Azka kabarin kalau Dinda nya udah bisa di jenguk, ya."
"Terus, gimana sama janinnya? Nggak kenapa-napa kan?" Tanya Nenek Rina.
"Alhamdulillah Nek, janinnya masih bertahan, cuma kondisinya masih lemah."
"Kalau Dinda nya udah bisa di jenguk kabarin kita secepatnya ya, Ka?" Ucap Linda.
"Iya Bun. Ya udah kalau gitu Azka tutup teleponnya, assalamu--"
"Azka, jangan lupa pulang ke rumah ya? Nenek tunggu."
"Maaf Nek, Azka nggak bisa."
Tut
Azka mematikan sambungan telepon itu sepihak, sebelum meninggalkan rumah Aira. Lelaki itu melirik sekilas, tak sengaja ia melihat seorang gadis yang tengah mengintip di balik tirai. Senyum tipis terbit di wajahnya. Hatinya senang mengetahui jika Aira masih peduli padanya.
Sedangkan Aira yang ketahuan mengintip dari tirai pun dengan cepat menutup tirai lalu berlari menaiki tangga ingin ke kamarnya, dia malu sudah ketahuan oleh Azka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKAIRA
Spiritual°Jangan lupa follow sebelum baca° Aira Mutya. Seorang perempuan yang memantapkan hatinya untuk berhijrah. Mulai dari mencoba menutup aurat dan taat beribadah. Begitu banyak rintangan yang harus di hadapi oleh Aira di kala proses hijrahnya. Namun per...