Part 32

6.7K 327 6
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya

Happy reading

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Jam menunjukkan pukul 20.30 WIB. Namun masih belum ada tanda-tanda kalau Azka akan pulang. Sedari tadi Aira menunggu cemas di ruang tamu sembari melihat ponselnya berulang kali, berharap mendapat notifikasi dari Azka. Tapi sejauh ini nihil, tidak ada sama sekali kabar dari lelaki itu. Terakhir chat dari Azka, lelaki itu hanya menanyakan apakah dia sudah makan apa belum dan setelah Aira balas tidak ada satupun lagi chat yang masuk dari Azka.

Aira kira Azka akan pulang bersama Ayah Reza ba'da isya tadi. Tapi ternyata tidak, Ayah Reza pun tidak tahu kemana perginya Azka setelah mereka pulang dari kantor. Beberapa kali mencoba menghubungi Azka nomor lelaki itu tetap tidak aktif sampai sekarang. Membuat Aira khawatir akan keadaan lelaki yang sudah menjadi suaminya itu. Terlebih di luar sana tengah hujan lebat.

Perempuan dengan piyama kebesaran itu termenung memikirkan kemana kira-kira lelaki itu pergi, tidak mungkin pergi ke tempat aneh-anehkan? Aira menggelengkan kepalanya menepis pikiran buruk yang baru saja muncul. Segera mungkin ia beristighfar karena sudah berpikiran buruk tentang suaminya.

"Kok belum tidur, Ra?"

Tersentak kaget, Aira menoleh mendapati Bunda Linda berjalan ke arahnya. Lalu duduk di sampingnya sembari mengusap puncak kepalanya yang tertutup hijab instan. Aira tersenyum, hatinya menghangat mendapat perhatian kecil dari Bunda Linda. Dia jadi teringat dengan almarhumah bundanya yang juga suka mengusap kepalanya. Mengingat kenangan itu membuat Aira rindu kepada kedua orangtuanya.

"Nungguin Azka Bun, dari tadi belum pulang-pulang. Aira jadi khawatir, terlebih di luar sana hujannya deras banget."

"Belum dapat kabar juga dari Azka?" Aira menggeleng singkat.

"Suka banget sih bikin orang khawatir." gumam Linda.

"Kalau kamu nya ngantuk jangan di paksain, Ra. Lihat tuh mata kamu udah sayu gitu, ke kamar aja sana, pasti Azka ngerti kok."

Aira menggeleng tidak mau. "Aira tetap mau nungguin Azka pulang Bun. Masa dia pulang kerja, Aira malah enak-enakan tidur." balasnya.

Bunda Linda menggenggam tangan Aira yang terasa dingin lantas berkata, "kamu benar-benar perempuan yang baik, Ra, pantas saja Azka secepat itu menjatuhkan hatinya sama kamu. Terimakasih ya Ra karena kamu sudah menerima anak Bunda yang jauh dari kata baik itu. Yang masih banyak belajar lagi tentang pemahaman agama. Selalu ingetin dia dalam hal kebaikan ya?" pinta Linda.

Aira menjawab dengan anggukan kepala.

"Sebelumnya Bunda minta maaf sama kamu, Ra. Maaf atas kesalahan yang Azka perbuat sama kamu. Mau berjanji satu hal sama bunda?"

"Berjanji apa bunda?"

"Berjanjilah untuk tidak meninggalkan Azka setelah anak kalian lahir. Bunda takut kamu akan meninggalkan Azka nanti, bunda nggak bisa bayangin gimana terpuruknya Azka kalau itu sampai terjadi. Percayalah Ra bahwa Azka itu benar-benar serius sama kamu, dia nggak ada niatan untuk main-main." Ujar Bunda Linda meyakinkan.

"Bunda tenang aja, Aira nggak akan ninggalin Azka setelah anak ini lahir kok. Aira udah janji kalau Aira itu cuma mau nikah sekali dalam seumur hidup. Justru di sini Aira lah yang khawatir kalau Azka yang bakal ninggalin Aira."

"Mana mungkin Azka ninggalin kamu, Ra. Orang mau dapetin kamu banyak banget rintangannya." kekeh Linda. Dan Aira pun ikut terkekeh.

"Kamu tau nggak? Azka itu selalu cerita tentang kamu loh ke Bunda saat di sekolah, dia selalu menceritakan kekagumannya sama kamu, Ra. Gimana kamu begitu menjaga aurat, rajin sholat sunah, tutur katamu baik, sabar dan selalu menyempatkan diri dalam membaca Al-Qur'an di sekolah. Nah, dari situ bunda udah menebak kalau Azka itu mulai tertarik sama kamu dan Bunda senang karena dia tertarik sama perempuan seperti kamu."

AZKAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang